Imam Ma’shum Orang yang Dibenci Allah ?


Allah ta’ala pernah berfirman :
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya” [QS. At-Taubah : 100].

Melalui ayat ini Allah ta’ala menjelaskan kepada kita tentang keridlaan-Nya terhadap As-Saabiquunal-Awwaaluun (generasi pertama yang masuk Islam) dari kalangan Muhaajirin dan Anshaar. Di antara mereka adalah Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmaan, ‘Aliy, Thalhah, Az-Zubair, dan yang yang lainnya radliyallaahu ‘anhum. Ayatnya jelas, faktanya pun jelas. Keridlaan tentu berlawanan dengan kebencian. Jika ada sesuatu yang diridlai, tidak mungkin dibenci; dan sebaliknya, jika ada sesuatu yang dibenci, tidak mungkin diridlai. Akan tetapi orang Syi’ah membuat makar atas firman Allah ta’ala ini dengan mengeluarkan – seenaknya – orang-orang yang diridlai tersebut dari lingkaran Islam. Minimal, mereka mengatakan fasiq. Padahal kefasiqan adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah ta’ala dan orang yang beriman.
لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الأمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الإيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“…Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus” [QS. Al-Hujuraat : 7].
Saya tidak berhajat untuk membantah mereka dalam artikel ini. Hanya saja, saya akan mengajak para Pembaca yang budiman untuk ‘berwisata’ sejenak melihat-lihat beberapa hadits dalam kitab mu’tabar Syi’ah. Terutama terkait dengan judul yang tercantum di atas artikel.
Al-Kulainiy berkata :
عَلِيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ أَبِي عُمَيْرٍ عَنْ غَيْرِ وَاحِدٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ مَا مِنْ شَيْ‏ءٍ مِمَّا أَحَلَّهُ اللَّهُ عَزَّ وَ جَلَّ أَبْغَضَ إِلَيْهِ مِنَ الطَّلَاقِ وَ إِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ الْمِطْلَاقَ الذَّوَّاقَ
‘Aliy bin Ibraahiim, dari ayahnya, dari Ibnu Abi ‘Umair, dari lebih dari seorang, dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam), ia berkata : “Tidak ada sesuatupun yang dihalalkan Allah ‘azza wa jalla yang lebih dibenci-Nya daripada thalaq. Dan sesungguhnya Allah sangat benci pada setiap orang yang suka/sering menthalaq” [Al-Kaafiy, 6/54 no. 2; Al-Majlisiy (21/94) berkata : “Hasan”].
مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى عَنْ أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى عَنْ طَلْحَةَ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ سَمِعْتُ أَبِي ( عليه السلام ) يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَ جَلَّ يُبْغِضُ كُلَّ مِطْلَاقٍ ذَوَّاقٍ
Muhammad bin Yahyaa, dari Ahmad bin Muhammad, dari Muhammad bin Yahyaa, dari Thalhah bin Zaid, dari Abu ‘Abdillah (’alaihis-salaam), ia berkata : Aku mendengar ayahku (‘alaihis-salaam) berkata : “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla sangat benci pada setiap orang yang suka/sering menthalaq” [Al-Kaafiy, 6/55 no. 4; Al-Majlisiy (21/94) berkata : “Seperti muwatstsaq (kal-muwatstsaq)”].
وَ بِإِسْنَادِهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ بَلَغَ النَّبِيَّ ( صلى الله عليه وآله ) أَنَّ أَبَا أَيُّوبَ يُرِيدُ أَنْ يُطَلِّقَ امْرَأَتَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) إِنَّ طَلَاقَ أُمِّ أَيُّوبَ لَحُوبٌ
Dan dengan sanadnya dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam), ia berkata : “Sampai kepada Nabi (shallallahu ‘alaihi wa aalihi) bahwasannya Abu Ayyuub hendak menthalaq istrinya. Maka Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa aalihi) bersabda : “Sesungguhnya thalaqnya Ummu Ayyuub benar-benar merupakan dosa” [Al-Kaafiy, 6/55 no. 5; Al-Majlisiy (21/94) berkata : “Seperti muwatstsaq (kal-muwatstsaq)”].
Ini saya ambil dari kitab Al-Kaafiy. Kemudian dalam Wasaailusy-Syii’ah (22/7 no. 27875) :
وعنه، عن محمّد بن الحسين، عن عبد الرحمن بن محمّد، عن أبي خديجة، (عن أبي هاشم)، عن أبي عبدالله (عليه السلام) قال: إن الله عزّ وجلّ يحب البيت الذي فيه العرس ويبغض البيت الذي فيه الطلاق
Darinya, dari Muhammad bin Al-Hasan, dari ‘Abdurrahmaan bin Muhammad bin Abu Khudaijah (dari Abu Haasyim), dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam), ia berkata : “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla mencintai rumah yang padanya terdapat ikatan pernikahan, dan sangat membenci rumah yang padanya terdapat thalaq” [selesai].
Beberapa riwayat di atas memberikan keterangan pada kita bahwa – menurut Syi’ah – perceraian (thalaq) adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah ta’ala meskipun dihalalkan/boleh.
Kemudian mari kita simak satu riwayat berikut :
حُمَيْدُ بْنُ زِيَادٍ عَنِ الْحَسَنِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ سَمَاعَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادِ بْنِ عِيسَى عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سِنَانٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ إِنَّ عَلِيّاً قَالَ وَ هُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ لَا تُزَوِّجُوا الْحَسَنَ فَإِنَّهُ رَجُلٌ مِطْلَاقٌ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ هَمْدَانَ فَقَالَ بَلَى وَ اللَّهِ لَنُزَوِّجَنَّهُ وَ هُوَ ابْنُ رَسُولِ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) وَ ابْنُ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ ( عليه السلام ) فَإِنْ شَاءَ أَمْسَكَ وَ إِنْ شَاءَ طَلَّقَ
Humaid bin Ziyaad, dari Al-Hasan bin Muhammad bin Samaa’ah, dari Muhammad bin Ziyaad bin ‘Iisaa, dari ‘Abdullah bin Sinaan, dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam), ia berkata : Sesungguhnya ‘Aliy pernah berkata saat ia berada di atas mimbar : “Janganlah kalian menikahkan (wanita kalian) dengan Al-Hasan (bin ‘Aliy), karena ia adalah seorang laki-laki yang sering/suka menthalaq”. Lalu berdirilah seorang laki-laki dari suku Hamdaan, lalu berkata : “Ya, - demi Allah – sungguh kami akan menikahkannya dengan wanita kami. Ia adalah anak/cucu Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa aalih), dan juga anak Amiirul-mukminiin (‘alaihis-salaam). Jika ia (Al-Hasan) ingin, ia akan mempertahankannya atau menceraikannya” [Al-Kaafiy, 6/56 no. 4; Al-Majlisiy (21/96) berkata : “Muwatstsaq”].
Dengan data seperti di atas, bolehkah kita menyusun silogisme sebagai berikut :
Premis 1 : Allah ‘azza wa jalla sangat membenci orang yang suka/sering menthalaq.
Permis 2 : Al-Hasan bin ‘Aliy suka menthalaq
Kesimpulan : Al-Hasan bin ‘Aliy adalah orang yang sangat dibenci Allah ‘azza wa jalla (?).
Saya sama sekali tidak menuduh, hanya bertanya saja kepada orang Syi’ah : Bisakah dibenarkan silogisme ini ?. Jika tidak bisa, alasannya apa ?.
Saya harap alasannya bukan karena kema’shuman, karena justru hal tersebut menjadi titik kritis dalam konsekuensi silogisme ini.[1]
Catatan kecil : Khutbah ‘Aliy bin Abi Thaalib di atas menunjukkan ia sendiri tidak suka dengan perbuatan Al-Hasan yang sering menthalaq wanita yang dinikahinya.
Selamat menjawab…..
[abul-jauzaa’ – wonokarto. Wonogiri, Ramadlan 1432 H].


[1]        Karena Al-Bahraaniy dalam Al-Hadaaiqun-Naadlirah (25/148) pun mengakui bahwa ia belum mendapatkan jawaban tentang hal tersebut.

Comments

Anonim mengatakan...

tanyakan pada rumput yang bergoyang