Ahlul-Bait Tidak Mengakui Wasiat Estafet Imamah dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam – ‘Aliy – Al-Hasan – Al-Husain – ‘Aliy bin Al-Husain – Muhammad bin ‘Aliy


Ibnu Sa’d rahimahullah berkata :
أخبرنا شبابة بن سوار قال أخبرنا فضيل بن مرزوق قال سألت عمر بن علي وحسين بن علي عمي جعفر قلت هل فيكم أهل البيت إنسان مفترضة طاعته تعرفون له ذلك ومن لم يعرف له ذلك فمات مات ميتة جاهلية فقالا لا والله ما هذا فينا من قال هذا فينا فهو كذاب قال فقلت لعمر بن علي رحمك الله إن هذه منزلة تزعمون أنها كانت لعلي إن النبي صلى الله عليه و سلم أوصى إليه ثم كانت للحسن إن عليا أوصى إليه ثم كانت للحسين إن الحسن أوصى إليه ثم كانت لعلي بن الحسين إن الحسين أوصى إليه ثم كانت لمحمد بن علي إن عليا أوصى إليه فقال والله لمات أبي فما أوصى بحرفين قاتلهم الله والله إن هؤلاء إلا متأكلون بنا هذا خنيس الخرؤ ما خنيس الخرؤ قال قلت المعلى بن خنيس قال نعم المعلى بن خنيس والله لفكرت على فراشي طويلا أتعجب من قوم لبس الله عقولهم حين أضلهم المعلى بن خنيس

Telah menceritakan kepada kami Syabaabah bin Sawwaar, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Fudlail bin Marzuuq, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Umar bin ‘Aliy dan Husain bin ‘Aliy, paman Ja’far. Aku berkata : “Apakah ada pada kalian Ahlul-Bait, seseorang yang wajib ditaati, yang kalian akui/ketahui hal itu (kewajiban ditaati) ada padanya[1]. Dan barangsiapa yang tidak mengetahui/mengakui kewajiban taat kepada orang tersebut, jika ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyyah ?”. Mereka berdua berkata : “Tidak, demi Allah. Hal ini tidak ada pada kami. Barangsiapa yang mengatakan hal ini ada pada kami, maka ia adalah pendusta”. Fudlail bin Marzuuq berkata : Aku bertanya kepada ‘Umar bin ‘Aliy : “Semoga Allah merahmatimu. (Dan dikatakan juga), sesungguhnya kedudukan ini (yaitu imamah), kalian katakan hal itu untuk ‘Aliy, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke Al-Hasan karena ‘Aliy telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke Al-Husain, karena Al-Hasan telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke ‘Aliy bin Al-Husain, karena Al-Husain telah berwasiat kepadanya. Kemudian beralih ke Muhammad bin ‘Aliy, karena ‘Aliy (bin Al-Husain) telah berwasiat kepadanya”. Maka ia (‘Umar bin ‘Aliy) berkata : “Demi Allah, sungguh ayahku meninggal tanpa berwasiat apapun. Semoga Allah memerangi mereka. Demi Allah, sesungguhnya mereka (yang mengatakan hal itu) hanyalah menjadi beban/menyusahkan kami saja. Ini adalah perbuatan Khunais Al-Kharu’. Tahukah engkau Khunais Al-Kharru’ ?”. Fudlail berkata : Aku menjawab : “Al-‘Mu’allaa bin Khunais”. Ia (‘Umar bin ‘Aliy) berkata : “Benar, Al-Mu’allaa bin Khunais. Demi Allah, sungguh aku telah menghabiskan waktu lama di atas tempat tidurku memikirkan satu kaum yang Allah kacaukan akal-akal mereka, yaitu ketika Al-Mu’allaa bin Khunais menyesatkan mereka” [Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat, 5/158].
Sanad hadits ini hasan.
Syabaabah bin Sawwaar adalah seorang yang tsiqah lagi haafidh, dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Adapun Fudlail bin Marzuuq, maka ia adalah orang yang shaduuq, hasan haditsnya.[2]
‘Umar bin ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib adalah salah seorang ulama dari kalangan Ahlul-Bait. Seorang yang shaduuq lagi mempunyai keutamaan.
Al-Husain bin ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib adalah salah seorang ulama dari kalangan Ahlul-Bait. Juga seorang yang shaduuq.
Keduanya adalah dua orang anak dari imam keempat Syi’ah, ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib rahimahumullah.
Diriwayatkan juga oleh Muhammad bin ‘Aashim Ats-Tsaqafiy dalam Juz-nya no. 41 dan dari jalannya Ibnu ‘Asaakir dalam At-Taariikh 41/392-393. Ibnu Hajar membawakan riwayat Muhammad ‘Aashim dalam Al-Lisaan (8/111 no. 7843).
Diriwayatkan juga oleh Ad-Daaruquthniy dalam Al-Fadlaail no. 65 dari sanad lain dari Fudlail bin Marzuuq, namun sangat lemah (karena As-Sarriy bin ‘Aashim, muttaham bil-kidzb).
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Khaitsamah dalam As-Safaruts-Tsaaniy no. 3190 dan Al-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 2695; dari jalan Mush’ab, dari ‘Umar bin ‘Aliy bin Al-Husain. Sanad ini munqathi’ (terputus), karena Mush’ab tidak pernah bertemu ‘Umar.
Ibnu Hajar rahimahullah menuliskan identitas Al-Mu’allaa bin Khunais ini dalam Lisaanul-Miizaan (8/111 no. 7843) sebagai salah seorang gembong Raafidlah.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’ – ngagelik, sele-man, yogyakarta, 1432 H].



[1]     Ja’far bin Muhammad rahimahullah, salah seorang yang dianggap imam oleh Syi’ah, pun mengingkari hal itu ada pada dirinya :
إنكم إن شاء الله من صالحي أهل مصركم، فأبلغوهم عني: من زعم أني إمام معصوم مفترض الطاعة، فأنا منه برئ، ومن زعم أني أبرأ من أبي بكر وعمر، فأنا منه برئ
“Sesungguhnya kalian termasuk di antara orang shalih di antara penduduk negeri kalian, Mesir. Maka sampaikanlah kepada mereka perkataanku : ‘Barangsiapa yang mengatakan bahwa aku seorang imam ma’shuum yang wajib ditaati, maka aku berlepas diri terhadap mereka. Dan barangsiapa yang berkata bahwa aku berlepas diri terhadap Abu Bakr dan ‘Umar, maka aku berlepas diri terhadapnya (orang yang mengatakan itu)” [Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy dalam Al-Fadlaail no. 71 dan dari jalannya Adz-Dzahabiy dalam As-Siyar, dengan sanadnya, 6/259. Sanad riwayat ini lemah, karena Makhlad bin Abi Quraisy Ath-Thahhaan, majhuul].
Berlepas dirinya Ja’far dan Ahlul-Bait yang lainnya dapat dibaca dalam artikel : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/04/berlepas-dirinya-imam-ahlul-bait.html.
[2]     Baca keterangan Fudlail bin Marzuuq ini dalam artikel : http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/05/ahlul-bait-menyepakati-keputusan-abu.html.

Comments

Anonim mengatakan...

Teranglah sudah, hanya saja Syi'ah tetap berkilah, parahnya malah menggunakan pembenaran dari litelatur ahlus sunnah berkenaan 12 imam. Sungguh, tanpa ahlus sunnah Syi'ah itu ketahuan banget buruknya.

Anonim mengatakan...

Pasti ga berapa lama ntar keluar deh artikel bantahannya dari si muhaddits kacangan, secondprince dan kroni2nya, hehehee...

Anonim mengatakan...

anda seperti ada seketul batu kecil yg hendak dilontar keistana besar lalu mgharap istana itu roboh.

tahukah anda yg syiah mempunyai beratus hadis dari imam2 mereka yg menyatakan kemaksumam dan keimamah mereka?

apa anda rasa iman mereka akan tergugat dengan hanya riwayat ini?
dan anda merasa sudah cukup dengan ini untuk berhujah dengan mereka?

lihatlah dari semua sudut, jgn terburu2 mengeluarkan kenyataan yg hanya org2 malas berfikir mengakuinya, ia hanya membuat anda kelihatan seperti pemimpin untuk org bodoh sahaja.

salam.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Insya Allah, saya sangat-sangat mengetahui tentang statement-statement Syi'ah. Baik tentang imamah ataupun kema'shuman.

Harap Anda tahu, tulisan di atas merupakan satu bagian saja dari rangkaian tulisan saya yang ada di Blog ini. Telah banyak artikel yang saya tulis yang menyinggung apa yang Anda katakan itu.

Riwayat di atas merupakan salah satu penegasan atas batalnya klaim mereka tentang imamah. Tentu saja ini dilihat dari kaca mata riwayat Ahlus-Sunnah. Bukankah Anda juga mengetahui - mungkin - bahwa orang Syi'ah sering menggunakan riwayat Ahlus-Sunnah untuk membuktikan klaim dusta mereka tentang imamah ?.

Janganlah Anda menjadi orang yang pura-pura bodoh dalam permasalahan ini.....

Anonim mengatakan...

afwan ust klo prtanyaan sy keluar dr tema,

ust kaidah2 fiqhiyah i2 apakah lahir dr adax dalil2 al qur'an n As sunnah..???

lalu Kaidah ini "Mencegah bahaya lbh di dahulukan drpd mengambil manfaat" dalilx apa ust..???

lalu Kaidah "Menimbang-nimbang bahaya n Manfaat" dalilx apa ust..???

bolehkan kita mengambil isitimbath hukum berdasarkan kaidah2 di atas di karenakan gk ada dalil2 dr Al-Qur'an n as sunnah yg penunjukanx Jelas..??????

jazakallahu khoran..., ana lg bingung jd tlong dibantu...! :)

Anonim mengatakan...

salam pak ustadz,

saya berpura2 bodoh lebih baik dari berpura2 bijak rasanya. adakah anda memaknai "batu kecil" yang saya katakan itu hanya bermaksud satu bahagian yg anda tulis diatas saja? anda salah faham, maksud "batu kecil"
itu adalah seluruh riwayat yg anda bawa untuk membantah syiah.

kelebihan yg ada pada mereka adalah mereka boleh berhujah dengan riwayat dari mereka dan dari ahlul sunnah sendiri, melainkan yang anda maksudkan ahlul sunnah itu ialah jumhur pengikut ibnu taimiyah sahaja.

cuba anda bantah hujah mereka dengan riwayat yg mereka ambil dari ahlul sunnah saja, tak perlu dibawa riwayat lain untuk menyokong hujah anda itu kerana jika anda tidak dapat membantah riwayat yg mereka bawa, itu bermaksud anda x mengakui sebahagian dari ulama2 ahlul sunnah sendiri hanya kerana mereka meriwayatkan seperti yang ada juga pada syiah sendiri.

dan andai benar anda tidak mengakui ulama2 itu mungkin yang tinggal hanyalah syaikhul2 anda saja yg menjadi tali hujah anda. dan apa yg saya sebutkan disini bukan berkaitan artikel diatas saja, maksudnya menyeluruh kepada semua hal kerana saya pasti anda membantah suma hujah yg mereka bawa dari ahlul sunnah.

mohon juga bimbingan pak ustadz.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Asli, .... saya sebenarnya tidak paham dengan kerangka pikir Anda berkomentar di artikel ini. Kok bisa-bisanya nyambung ke Ibnu Taimiyyah segala. Mengenai bantahan saya terhadap sebagian hujjah Syi'ah yang mengambil riwayat Ahlus-Sunnah, sebagiannya telah saya tuliskan di Blog ini.

Seandainya artikel Syi'ah dalam Blog ini Anda anggap tidak terlalu banyak manfaatnya, terserah Anda jika Anda mau berkata begitu. Toh saya menulis bukan bertujuan agar Anda puas membacanya.

Perlu Anda ketahui bahwa blog ini saya buat dan saya tulis bukan fokus membahas Syi'ah. Materi Syi'ah hanyalah salah satu tema saja yang saya angkat di Blog ini. Blog ini berisi masalah 'aqidah, manhaj, fiqh, ushul fiqh, tokoh, bahkan materi umum pun ada.

Kerjaan saya juga bukan menulis Blog ini. Blog ini saya isi di sisa-sisa waktu saya menyelesaikan kesibukan saya.

So, sekali lagi, jika Anda merasa tidak puas dengan artikel di atas, ya silakan saja dilengkapi. Dunia ini masih terlalu luas jika tangan Anda ingin lelah menulis tentang Syi'ah.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Anonim 17 Mei 2011 11:57,....

Kaidah fiqhiyyah itu diambil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Coba antum baca :

http://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/11/kaidah-menolak-mafsadat-lebih.html

barangkali dapat membantu......

Anonim mengatakan...

saya juga x berniat hendak mempersoal berlebihan disini sebenarnya, maaf jika komentar saya membosankan pak ustad, cuma bila anda mengatakan "klaim dusta" syiah itulah yg membuat saya mahu menulis lagi.

seharusnya seorang muslim menghormati keyakinan org lain, bukan mgatakan mereka berdusta, sedang mereka membawa hujah dari pihak anda.

sebagai contoh, mereka mgatakan fatimah as tidak meredhai abu bakar ra dan umar ra sehingga wafat seperti dalam shahih bukhari, tapi sebagian ahlul sunnah mgatakan fatimah as memaafkan mereka lalu dibawa bukti dari kitab lain. ia seperti mereka menolak bukhari hanya kerana tak sejalan dengan mereka. itulah maksud saya batu kecil yg hendak merobohkan istana.

sama juga dengan artikel pak ustad di blog ini. saya tahu pak ustad x berpura bodoh seperti saya, cuma kurang pantas mengerti saja.

maaf jika sukar difaham krana saya org malaysia.

Anonim mengatakan...

dan bila pak ustad bertanya kenapa nyambung ke ibnu taimiyah segala itu, mungkin itu terlalu mutasyabihat untuk org malas berfikir, tggalkan saja disitu kerana saya yakin masih ada org yang mengerti maksud sebenar tulisan saya.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Belajarlah berkomentar secara realistis. Jika Anda mengatakan bahwa Faathimah tidak ridlaa atau marah kepada Abu Bakr, kapan Anda menemukan saya mendustakan hal itu ?. Adapun jika ada orang lain yang mengatakan bahwa Faathimah ridlaa dengan Abu Bakr berdasarkan riwayat Asy-Sya'biy dari 'Aliy, ya itu urusan orang yang berhujjah dengan riwayat itu.
Saya pun telah menanggapi tentang kasus Fadak itu di blog ini.

Jika saya mengatakan bahwa klaim estafet imamah itu dusta, apakah saya berbohong dengan itu ? Lihatlah riwayat di atas. Ahlul-Bait tentu lebih mengerti madzhabnya daripada Syi'ah yang mengaku-aku bermadzhab Ahlul-Bait.

Kalau Anda tidak paham, lain kali belajarlah ilmu riwayat dan dirayat hadits, dan kemudian metode istinbathnya.

Syi'ah memang mengklaim imamah dengan mengkais-kais riwayat Ahlus-Sunnah yang sama sekali tidak tepat. Saya pun telah membahas sebagiannya.

No way untuk menghormati 'aqidah sesat Syi'ah. Jika Anda menulis komentar di atas hanya untuk mengkampanyekan persaudaraan dengan Syi'ah, maaf, Anda salah alamat berpartisipasi komentar di Blog ini. Blog ini sama sekali tidak membuat ruang untuk mentoleransi dan menghormati 'aqidah sesat Syi'ah.

Dan nampaknya, sudah mulai kelihatan motif Anda sebenarnya. Saya harap, komentar Anda di atas adalah yang terakhir di kolom ini. Tidak perlu Anda ulang-ulang, karena saya sudah paham.

Anonim mengatakan...

assalamu alaikum utz.

bisa diceritakan kepada kami jalan sebenarnya gembong syiah ( kalau tidak salah Abdullah Bin Sa'ad )biar kta semua tahu siapa sebenarnya syiah?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Bukan 'Abdullah bin Sa'd, tapi 'Abdullah bin Saba'.

Bisa dibaca di :

'Abdullah bin Saba' - Tokoh Nyata yang Difiktifkan.

Sekilas Tentang Raafidlah dan Pendirinya