Biografi Al-Imam Al-Humaidiy rahimahullah


Nama, Nisbat, dan Kun-yah Beliau

Nama lengkap beliau adalah Al-Haafidh ’Abdullah bin Az-Zubair bin ’Isa bin ’Ubaidillah bin Usamah bin ’Abdillah bin Humaid bin Zuhair bin Al-Harits bin Asad bin ’Abdil-’Izzi.

Ada yang mengatakan : ”Ibnu ’Isa bin ’Abdillah bin Az-Zubair bin ’Ubaidillah bin Humaid Al-Qurasyi Al-Asadiy Al-Humaidiy Al-Makkiy”.[1]

Adz-Dzahabiy berkata : ”Ada yang mengatakan bahwa kakeknya adalah ’Isa bin ’Abdillah bin Az-Zubair bin Al-Humaid Al-Imam Al-Haafidh Al-Faaqih Syaikh Al-Haraam Abu Bakr Al-Qurasyiy Al-Asadiy Al-Humaidiy Al-Makkiy”.[2]

Al-Qurasyiy dengan men-dlammah-kan huruf qaaf, mem-fat-hah-kan huruf ra’, dan huruf akhirnya syin mu’jamah. Ini adalah nisbah kepada suku Quraisy yang memiliki berbagai kabilah, tidak terhitung banyaknya orang-orang yang menisbahkan diri kepada suku ini.[3]

Al-Asadiy dengan mem-fat-hah-kan huruf alif, huruf sin muhmalah, dan setelahnya huruf dal muhmalah (tidak bertitik). Ini adalah nisbah kepada Bani Asad yang merupakan nama dari beberapa kabilah Asad bin ’Abdil-’Izziy bin Qushaiy bin Quraisy.[4]

Al-Humaidiy dengan men-dlammah-kan huruf ha’, mem-fat-hah-kan huruf ya’ yang di bawahnya bertitik dua, dan akhirnya huruf dal muhmalah. Ini adalah nisbah kepada Humaid, yaitu kabilah dari suku Asad bin ’Abdil ’Izziy bin Qushay.[5]

Al-Makkiy dengan mem-fat-hah-kan huruf mim dan men-tasydid-kan huruf kaaf. Ini merupakan penisbatan kepada kota Makkah yang dijaga Allah. Beliau (Al-Imam Al-Humaidiy) menisbatkan dirinya kepada kota ini karena beliau tinggal, belajar, memberi fatwa di sana dan merupakan akhir dari perjalanannya hingga beliau wafat.

Adz-Dzahabiy berkata : ”’Abdullah bn Az-Zubair bin ’Isa Al-Imam Abu Bakr Al-Qurasyiy Al-Asadiy Al-Humaidiy dari Humaid bin Zuhair bin Al-Haarits bin Asad Al-Makkiy”.[6]

Kun-yah Beliau

Semua kitab biografi sepakat menyebut bahwa kun-yah beliau adalah Abu Bakr. Tidak satupun dari kitab-kitab itu menyebutkan selain dari kun-yah tersebut.

Kelahiran Beliau

Kami belum menemukan tempat dan tanggal lahir beliau dari kitab-kitab biografi yang sudah kami baca. Namun dari hasil studi dan penelitian dari guru-guru beliau dapat diperkirakan bahwa beliau lahir di akhir tahun 170 H. Karena guru beliau yang tertua adalah Muslim bin Khaalid Az-Zanziy yang wafat tahun 180 H.[7]. Wallaahu a’lam.

Pertumbuhan dan Masa Belajar Beliau

Al-Humaidiy rahimahullah tumbuh di masa bermunculannya banyak ulama yang terkenal di bidang ilmu hadits dan memberikan pelayan terhadap ilmu tersebut, yaitu pada abad kedua hijriyah. Di antara ulama yang terkenal di masa itu adalah ’Abdullah bin Al-Mubaarak wafat tahun 181 H, Waki’ bin Al-Jarrah wafat tahun 197 H, Sufyan bin ’Uyainah, ’Abdurrahman bin Mahdi, Yahya bin Al-Qaththan wafat tahun 198 H, dan lain-lain. Beliau banyak mengambil faedah dari aktifitas ilmiah yang beliau lakukan pada saat itu. Beliau menimba ilmu dari para Masyaikh yang ada di Makkah dan Mesir. Lalu beliau mengembara ke tempat ulama-ulama lain untuk menuntut ilmu. Mengembara adalah salah satu hal penting di dalam menuntut ilmu dan bertemu dengan para ulama. Ibnu Khaldun berkata : ”Mengembara dalam mencari ilmu dan menemui para ulama menambah kesempurnaan dalam belajar. Oleh karena itu, mengembara dalam menuntut ilmu sangat dibutuhkan untuk menambah faedah dan meraih kesempurnaan dengan bertatap muka langsung dengan para Masyaikh dan bertemu langsung dengan orang banyak”.[8]

Untuk itulah Al-Humaidiy rahimahullah melanglang buana ke negeri Baghdad dan negeri Mesir, karena pada saat itu kedua negeri ini terdapat markas-markas penting yang merupakan markas ilmu dan pengetahuan. Ibnu Hidaayah mengatakan : ”Beliau mengembara bersama Al-Imam Asy-Syafi’iy dari Makkah ke Baghdad dan Mesir. Beliau terus belajar kepada Al-Imam Asy-Syafi’iy hingga Al-Imam Asy-Syafi’iy wafat. Lantas beliau kembali ke Makkah dan menjadi mufti di sana hingga wafat”.[9]

Beliau banyak menimba ilmu dari para ulama muhaddits senior pada jamannya. Al-Humaidiy bercerita tentang dirinya : “Aku belajar kepada Ibnu ‘Uyainah selama kurang lebih 17 tahun”.

Al-Imam Asy-Syafi’iy berkata : “Beliau menghafal hadits dari Sufyan bin ‘Uyainah sebanyak 10.000 hadits”.[10]

Para ulama hadits terkemuka banyak mengambil ilmu dari beliau dan yang paling terkenal di antara mereka adalah Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah, penulis kitab Sunnah Al-Musthafa shallallaahu ‘alaihi wasallam yang paling shahih. Al-Bukhari mencantumkan dalam kitab Shahih-nya sebanyak 75 hadits dari beliau. Al-Imam Muslim meriwayatkan satu hadits dari beliau yang beliau cantumkan dalam muqaddimah kitab Shahih-nya. Termasuk ulama hadits yang mengambil hadits dari beliau adalah Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan lain-lain lewat perantaraan seorang perawi dari beliau.

Guru-Guru Beliau

Al-Humaidiy rahimahullah mengambil ilmu dari para ulama yang hidup pada jaman beliau dengan jalan riwayat dan sanad. Ini merupakan metode yang terkenal di kalangan ulama generasi pertama dari As-Salafush-Shaalih. Metode ini merupakan yang terbaik dan paling shahih dalam menuntut ilmu dan pengetahuan. Berikut ini saya cantumkan sebagian guru beliau yang terdapat dalam kitab Musnad dan lain-lain :

1. Abu Ishaq Ibrahim bin Sa’ad bin Ibrahim Al-Qurasyiy Al-’Aufiy, wafat tahun 183 H.

2. Abu Dlamrah Anas bin ’Iyadl Al-Laitsiy Al-Madaniy, wafat tahun 200 H.

3. Abu ’Abdillah Bisyr bin Bakr Al-Bajaliy, ia adalah Ad-Dimasyqiy At-Tunisiy, wafat tahun 205 H.

4. Abu Usamah Hammad bin Usamah bin Zaid Al-Kuufiy, wafat tahun 201 H.

5. Abu Muhammad Sufyan bin ’Uyainah Al-Hilaliy Al-Kuufiy, wafat tahun 198 H.

6. ’Abdurrahman bin Sa’ad Al-Muadzdzin.

7. Abu Tamam ’Abdul-’Aziz bin Abi Haazim Al-Madaniy, wafat tahun 184 H.

8. Abu ’Abdish-Shammad ’Abdul-’Aziz bin ’Abdish-Shammad Al-’Amaa, wafat tahun 187 H.

9. Abu Muhammad ’Abdul-’Aziz bin Muhammad Ad-Darawardiy, wafat tahun 187 H.

10. ’Abdullah bin Al-Haarits Al-Jumahiy.

11. ‘Abdullah bin Al-Haarits Al-Makhzumiy.

12. Abu ‘Imran ‘Abdullah bin Raja’ Al-Makkiy Al-Bashriy, wafat tahun 218 H.

13. ‘Abdullah bin Sa’id Al-Umawiy.

14. ‘Abdullah bin Yarfa’ Al-Madaniy.

15. ‘Ali bin ‘Abdil-Hamid bin Ziyad.

16. ’Umar bin ’Ubaid Al-Khazzaaz.

17. Faraj bin Sa’id Al-Ma’ribiy.

18. Abu ‘Ali Fudlail bin ‘Iyadl At-Tamimiy, wafat tahun 187 H.

19. Abu Raja’ Qutaibah bin Sa’id Al-Balkhiy, wafat tahun 240 H.

20. Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-‘Abbas Al-Muthallibiy Asy-Syaafi’iy, salah seorang dari empat ulama madzhab, wafat tahun 204 H.

21. Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Ubaid Ath-Thanafisiy, wafat tahun 204 H.

22. Abu ‘Abdillah Marwan bin Mu’awiyyah Al-Fazzariy Al-Kuufiy, wafat tahun 193 H.

23. Abu Khaalid Muslim bin Khaalid Az-Zanjiy, wafat tahun 179 H.

24. Abu Sufyan Waki’ bin Al-Jarrah Ar-Ra’asiy, wafat tahun 197 H.

25. Abul-‘Abbas Al-Walid bin Muslim Ad-Dimasyqiy, wafat tahun 194 H.

26. Abu Yusuf Ya’laa bin ‘Ubaid Ath-Thanafisiy, wafat tahun 209 H.[11]

Kedudukan dan Rekomendasi Ulama terhadap Beliau

Para ulama memberikan pujian yang baik terhadap Al-Humaidiy, karena beliau adalah salah seorang Huffadh dan Muhaddits terkenal dan termasuk seorang yang jujur, zuhud, dan shalih.

Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata : “Dalam pandangan kami, Al-Humaidiy adalah seorang imam”.[12]

Ishaq bin Rahawaih berkata : “Imam pada jaman kita adalah Asy-Syaafi’iy, Al-Humaidiy, dan Abu ‘Ubaid”.[13]

Ya’qub Al-Fasawiy berkata : “Al-Humaidiy telah meriwayatkan beberapa hadits kepada kami, dan aku belum pernah melihat orang yang paling antusias memberikan nasihat agama Islam dan penganutnya seperti beliau”.[14]

Al-‘Ijliy berkata : “Beliau adalah seorang yang tsiqah”.[15]

Al-Bukhariy berkata : “Al-Humaidiy adalah imam dalam ilmu hadits”.[16]

Ibnu Sa’ad berkata : “Beliau adalah seorang yang tsiqah dan memiliki banyak hadits”.[17]

Abu Haatim berkata : “Orang yang paling kuat hafalannya tentang hadits Ibnu ‘Uyainah adalah Al-Humaidiy. Ia adalah pemimpin dari murid-murid Ibnu ‘Uyainah dan beliau seorang yang tsiqah dan seorang imam”.[18]

Ibnu ‘Adiy berkata : “Beliau pernah pergi bersama Al-Imam Asy-Syafi’iy ke negeri Mesir dan beliau adalah orang pilihan”.[19]

Ar-Rabi’ berkata : “Aku mendengar Al-Imam Asy-Syaafi’iy berkata : ‘Aku tidak pernah melihat penduduk Balgham yang lebih kuat hafalannya daripada Al-Humaidiy. Ia menghafal dari Ibnu ‘Uyainah sebanyak 10.000 hadits”.[20]

Ibnu Hibban berkata : “Beliau adalah pengikut Sunnah, pemilik keutamaan, lagi taat beragama”.[21]

Al-Haakim berkata : “Beliau adalah seorang yang tsiqah lagi terpercaya dan Al-Bukhari jika mendapat hadits dari beliau, tidak akan beralih kepada yang lainnya karena kepercayaan beliau kepadanya”.[22]

Muhammad bin ‘Abdirrahman Al-Harawiy berkata : “Aku datang ke Makkah setelah Ibnu ‘Uyainah wafat. Aku bertanya tentang murid Ibnu ‘Uyainah yang paling utama. Mereka menjawab : ‘Al-Humaidiy’. Maka akupun menulis hadits Ibnu ‘Uyainah dari beliau”.[23]

Adz-Dzahabiy berkata : “Beliau termasuk ulama agama yang paling ‘alim”.[24]

Ia juga berkata : “Beliau adalah seorang imam dan pemilik hujjah”.[25]

Ia berkata lagi : “Beliau adalah muhaddits dan ahli fiqh kota Makkah dan murid Ibnu ‘Uyainah yang paling berbobot”.[26]

Ibnul-Qayyim berkata : “Beliau termasuk salah satu guru besar Al-Bukhariy dan seorang imam ahli hadits dan fiqh pada jamannya. Beliau adalah orang pertama yang disebutkan Al-Bukhariy sebagai pembuka kitab Shahih-nya”.[27]

Al-Haafidh Ibnu Hajar berkata : “Beliau seorang yang tsiqah, haafidh, faaqih, dan murid Ibnu ‘Uyainah yang paling terkemuka”.[28]

Al-‘Abbadiy berkata : “Beliau adalah Syaikhul-Haram pada jamannya, pembela Ahlus-Sunnah, dan beliau adalah tempat rujukan untuk memecahkan semua kesulitan. Posisinya di kalangan penduduk tanah Haram seperti posisi Al-Imam Ahmad bin Hanbal di kalangan penduduk ‘Iraq”.[29]

Keluasan Ilmu dan Hafalan Beliau

Sesungguhnya kekuatan hafalan dan ingatan adalah anugerah yang Allah ta’ala berikan dan merupakan modal penting dalam meriwayatkan dan menukil hadits. Allah ta’ala telah menganugerahkan Al-Humaidiy kekuatan hafalan dan ingatan, sampai-sampai ‘Abdullah Al-Haakim berkata : “Al-Humaidiy adalah mufti dan muhaddits kota Makkah, posisinya di kalangan penduduk tanah Haram seperti posisi Al-Imam Ahmad bin Hanbal di kalangan penduduk ‘Iraq”.[30] Telah kita singgung ucapan Amirul-Mukminin dalam bidang hadits, Al-Imam Al-Bukhari : ‘Al-Humaidiy adalah imam dalam bidang hadits”.[31]

Bukti dari kekuatan hafalan dan ingatan beliau sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawiy dari Al-Humaidiy, beliau berkata : ”Ketika aku berada di Mesir, Sa’id bin Manshur mempunyai halaqah yang dihadiri oleh orang-orang Khurasan dan ‘Iraq di Masjid Mesir. Lalu aku duduk bersama mereka. Pada waktu itu (mereka) sedang menyebut-nyebut nama salah seorang guru Sufyan bin ‘Uyainah. Mereka bertanya : ‘Berapa hadits yang diriwayatkan Sufyan bin ‘Uyainah dari gurunya tersebut ?’. Aku (Al-Humaidiy) jawab : ‘Jumlahnya sekian’. Namun Sa’id bin Manshur memotongnya, dan ia mengingkarinya. Demikian pula Ibnu Dusaim. Namun pengingkaran Ibnu Dusaim lebih berat aku rasakan. Kemudian aku mendatangi Sa’id bin Manshur dan aku tanyakan : ‘Berapa hadits yang Anda hafal dari Sufyan dari gurunya itu ?’. Lalu ia menyebutkan setengah dari jumlah yang aku sebutkan. Lantas aku mendatangi Ibnu Dusaim dan aku bertanya : ‘Berapa hadits yang Anda hafal dari Sufyan dari gurunya tersebut ?’. Lalu ia menyebut tigapuluh hadits lebih banyak dari jumlah yang aku sebutkan. Aku katakan kepada Sa’id : ‘Apakah Anda hafal yang Anda tulis dari Sufyan dari gurunya tersebut ?’. Ia menjawab : ‘Ya’. Aku katakan : ‘Coba sebutkan !’. Lalu Sa’id menyebutkannya. Kemudian aku katakan kepada Ibnu Dusaim : ‘Apakah Anda hafal apa yang Anda tulis dari Sufyan dari gurunya tersebut ?’. Ternyata Sa’id menyebutkan hadits yang tidak diriwayatkan oleh Ibnu Dusaim, dan Ibnu Dusaim menyebutkan banyak hadits yang tidak diriwayatkan oleh Sa’id. Berarti ada hadits-hadits yang mereka lupa. Lalu aku sebutkan hadits-hadits yang terluput dari Sa’id dan hadits-hadits yang terluput dari Ibnu Dusaim. Ia berkata : ‘Aku lihat wajah mereka memerah karena perasaan malu”.[32]

Murid-Murid Beliau

Beberapa penuntut ilmu dan para ulama muhadditsiin meriwayatkan dan berguru kepada Al-Humaidiy. Ibnu Nashiruddin berkata : “Al-Bukhariy dan beberapa ulama terkemuka telah meriwayatkan hadits dari beliau”.[33]

Adz-Dzahabi berkata : “Al-Bukhari, Adz-Dzuhali, Abu Zur’ah, Abu Haatim, Bisyr bin Musa, dan lain-lain telah meriwayatkan dari beliau”.[34]

Berikut ini adalah beberapa murid beliau :

1. Ibrahim bin Shaalih Asy-Syiraziy.

2. Abul-Azhar Ahmad bin Al-Azhar bin Mani’ An-Naisaburiy, wafat tahun 261 H.

3. Abu Bisyr Isma’il bin ‘Abdillah bin Mas’ud Al-‘Abdiy, wafat tahun 267 H.

4. Abu ‘Ali Bisyr bin Musa bin Shaalih Al-Asadiy Al-Baghdadiy, wafat tahun 288 H. Dan ia meriwayatkan kitab ‘aqidah Ushuulus-Sunnah dari Al-Humaidiy rahimahullah.

5. Abu Muhammad Al-Haarits bin Muhammad bin Abi Usamah At-Tamimiy, wafat tahun 282 H.

6. Abu ‘Ali Hanbal bin Ishaq bin Hanbal Asy-Syaibaniy, wafat tahun 263 H.

7. Abu ‘Abdirrahman Salamah bin Syabib Al-Hajuriy, wafat tahun 247 H.

8. Abu Yahya ‘Abdullah bin Ahmad Al-Makkiy, wafattahun 279 H.

9. Abu Zur’ah ‘Ubaidullah bin ‘Abdil-Kariim Ar-Raaziy, wafat tahun 264 H.

10. Abu Qadid ‘Ubaidullah bin Fudlalah An-Nasa’i.

11. Abu Musa ‘Isa bin ‘Abdillah Ath-Thayalisiy, wafat tahun 277 H.

12. Muhammad bin Ahmad Al-Qurasyiy.

13. Abu Bakr Muhammad bin Idris bin ‘Umar Al-Makkiy Warraq Al-Humaidiy.

14. Abu Haatim Muhammad bin Idris bin Al-Mundzir Ar-Raaziy, wafat tahun 275 H.

15. Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim Al-Bukhariy , pemilik Shahiih Al-Bukhaariy, wafat tahun 256 H.

16. Muhammad bin ‘Abdillah bin Sinjar Al-Jurjaaniy, wafat tahun 258 H.

17. Abu Bakr Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdirrahman Al-Yarqi, wafat tahun 249 H.

18. Muhammad bin ‘Ali bin Maimun Ar-Raqiy, wafat tahun 263 H.

19. Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yahya bin ‘Abdillah Adz-Dzuhaliy, wafat tahun 258 H.

20. Muhammad bin Yunus An-Nasa’i.

21. Abul-’Abbas Muhammad bin Yunus bin Musa Al-Kudaimiy, wafat tahun 256 H.

22. Abu Musa Harun bin ’Abdillah bin Marwan Al-Hammal, wafat tahun 242 H.

23. Abu Yusuf Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawiy, wafat tahun 277 H.

24. Abu Yusuf Ya’qub bin Syaibah bin Ash-Shalat Ad-Duwaisiy, wafat tahun 262 H.

25. Abu Ya’qub Yusuf bin Musa bin Raasyid Al-Qaththan, wafat 253 H.[35]

Karya-Karya Beliau

Kitab-kitab yang mencantumkan biografi Al-Humaidiy yang telah saya baca tidak menyebutkan karya-karya beliau, kecuali kitab-kitab berikut :

1. Kitaab Al-Musnad. Sudah dicetak dengan tahqiq Habiburrahman Al-A’dhamiy. Kitab ini tersebar di majelis ilmu di negeri India. Hadits-hadits dan atsar yang tercantum dalam Al-Musnad ini berjumlah sebanyak 1390 hadits.

2. Kitaab Ad-Dalaail (hilang). Nama kitab ini disebutkan oleh ‘Umar Kahalah dalam Mu’jamul-Mu’allifiin, Al-Baghdadiy dalam Al-Hadiyyatul-‘Aarifiin, dan Haji Khalifah dalam Kasyfudh-Dhunuun.[36]

3. Kitaabut-Tafsiir.[37]

4. Kitaab Ar-Radd ‘alan-Nu’man.[38]

5. Ushuulus-Sunnah.

Wafat Beliau

Al-Humaidiy rahimahullah wafat pada pagi hari Senin bulan Rabi’ul-Awwal tahun 219 H di Makkah.

Hal ini disebutkan oleh Ibnu Sa’ad dalam kitab Thabaqaat [39] dan Al-Bukhariy dalam kitab At-Taariikh.[40]

Al-Haafidh Al-Mizziy berkata : “Selain mereka berdua telah mengatakan bahwa beliau wafat tahun 220 H”.[41]

Al-Haafidh Ibnu Hajar berkata : “Ibnu Sa’ad mengatakan : ‘Beliau wafat di Makkah tahun 219 H. Beliau adalah seorang yang tsiqah dan banyak menghafal hadits. Demikian juga sebagaimana yang disebutkan Al-Bukhariy dan lain-lain. Ia wafat pada tahun 220 H”.[42]

[selesai – Dr. Abdullah bin Sulaiman Al-Ghufailiy dengan sedikit perubahan dan penyesuaian oleh Abul-Jauzaa’ – 20 Muharram 1430 H, 22.29 WIB.].



[1] Lihat biografi beliau di dalam kitab Ath-Thabaqaatul-Kubraa karya Ibnu Sa’ad (V/502), Taariikh Ibni Ma’in (II/308), At-Taariikhul-Kabiir karya Al-Bukhaariy (V/96), At-Taariikhush-Shaghiir (227), Al-Kunaa wal-Asmaa’ karya Muslim (I/228), At-Taariikhuts-Tsiqaat karya Al-’Ijliy (256), Al-Ma’rifah wat-Taariikh karya Al-Fasaawiy (III/184), Al-Kunaa wal-Asmaa’ karya Ad-Dulabiy (I/118), Taariikh Ath-Thabariy (I/339), Al-Jarh wat-Ta’diil (V/57), Ats-Tsiqaat karya Ibnu Hibbaan (VIII/341), Al-Intiqaa’ karya Ibnu ’Abdil-Barr (104), Thabaqaatul-Fuqahaa’ karya Asy-Syiraziy (99), Thabaqaatul-Fuqahaa’ Asy-Syaafi’iyyah karya Al-’Abbadiy (15-16), Tartiibul-Madaarik karya Al-Qaadli ’Iyadl (II/522), Rijaal Shahiih Al-Bukhaariy karya Al-Kilabadziy (I/406-407), Al-Jam’u Baina Rijaalish-Shahiihain karya Ibnu Qisrani (I/265), Thadziibul-Kamaal karya Al-Mizziy (XIV/512), Al-Ansaab karya Ibnus-Sam’aniy (IV/231), Thabqaatusy-Syaafi’iyyah karya Ibnu Qaadli Syuhbah (I/66), Al-Mu’jamul-Musytamil karya Ibnu ’Asaakir (153-154), Al-Lubab karya Ibnul-Atsiir (I/321), Thabaqaatusy-Syaafi’iyyah karya Al-Asnawiy (I/19-20), Siyaru A’laamin-Nubalaa’ (X/616,621), Duwalul-Islaam (I/133), Tadzkiratul-Huffadh (I/413-414), Al-’Ibaar (I/227), Al-Ma’iin fii Thabaqaatil-Muhadditsiin (75), Al-Kaasyif (II/77), Taariikhul-Islaam karya Adz-Dzahabiy bab Hawaadits Wafayaat (219-220 hal. 212), Thabaqaatusy-Syaafi’iyyah Al-Kubraa karya As-Subkiy (II/140, 143), Al-Bidaayah wan-Nihaayah (X/282), Al-Waafi bil-Wafayaat (XVII/179), Al’Aqduts-Tsamiin karya At-Taqiy Al-Fasi (V/160), Tahdziibut-Tahdziib (V/215,216), Taqriibut-Tahdziib (173), Thabaqaatusy-Syaafi’iyyah karya Ibnu Katsir (I/39), An-Nujuumuz-Zaahirah (II/231), Husnul-Muhaadlarah (I/347), Thabaqaatul-Huffadh karya As-Suyuthiy (181), Khulaashah Tahdzibit-Tahdziib (197), Syadzdzaratudz-Dzahab (II/45), Thabaqaatusy-Syaafi’iyyah karya Ibnu Hidaayah (15), Ar-Risaalah Al-Mustahthrafah karya Al-Kattaniy (50), Mu’jamul-Mu’allifiin karya Al-Kihalah (VI/45), Al-A’laam karya Az-Zarkaliy (IV/78), Kasyfudh-Dhunuun (1417, 1682, 1685), Iidlaahul-Maknuun karya Al-Baghdadiy (II/481), dan Hadiyatul-’Aarifiin (I/439).

[2] Siyaru A’laamin-Nubalaa’ (X/616).

[3] Al-Lubaab (III/25).

[4] Al-Lubaab (I/52).

[5] Al-Lubaab (I/392)

[6] Taariikhul-Islaam (Hawaadits Wafayaat no. 211-220 hal. 212).

[7] Tahdziibut-Tahdziib (X/129).

[8] Muqaddimah Ibni Khaldun (279).

[9] Thabaqaatusy-Syaafi’iyyah karya Ibnu Hidayah (15).

[10] Siyaru A’laamin-Nubalaa’ (X/618).

[11] Lihat Tahdziibul-Kamaal (XIV/514), Siyaru A’laamin-Nubalaa’ (X/616), Tahdziibut-Tahdziib (V/215), Thabaqaatusy-Syaafi’iyyah karya As-Subkiy (II/140), dan buku-buku biografi lain yang telah disebutkan sebelumnya.

[12] Tahdziibul-Kamaal (XIV/513) dan Al-‘Ibaar (I/297).

[13] Siyaru A’laamin-Nubalaa’ (X/618), Thabaqaatusy-Syaafi’iyyah karya As-Subkiy (II/140), Taariikhul-Islaam karya Adz-Dzahabiy (Hawaadiits Wafayaat no. 112-220 hal. 212).

[14] Al-Ma’rifah wat-Taariikh (III/184) dan, Tahdziibut-Tahdziib (V/215).

[15] Taariikhuts-Tsiqaat karya Al-‘Ijliy (256).

[16] Taariikhul-Islaam karya Adz-Dzahabiy (Hawaadiits Wafayaat 112-220, hal 213).

[17] Thabaqaat Ibni Sa’ad (V/502).

[18] Al-Jarh wat-Ta’diil (V/75).

[19] Tahdziibut-Tahdziib (V/216).

[20] Siyaru A’laamin-Nubalaa’ (X/617).

[21] Ats-Tsiqaat karya Ibnu Hibbaan (VIII/341).

[22] Tahdziibut-Tahdziib (V/216).

[23] Tahdziibut-Tahdziib (V/215).

[24] Tadzkiratul-Huffadh (II/414).

[25] Al-‘Ibaar (I/297).

[26] Taariikhul-Islaam karya Adz-dzahabi (Hawaadiits Wafayaat no. 112-220, hal. 212).

[27] Ijtimaa’ul-Juyuusy Al-Islaamiyyah (220).

[28] Taqriibut-Tahdziib (173).

[29] Thabaqaat Fuqahaa Asy-Syaafi’iyyah karya Al-‘Abbadiy (15).

[30] Thabaqaatusy-Syaafi’iyyah karya As-Subkiy (II/141).

[31] Taariikhul-Islaam karya Afz-dzahabiy (Hawaadiits Wafayaat no. 112-220, hal. 213).

[32] Al-Ma’rifatu wat-Taariikh (II/79), Tahdziibul-Kamaal karya Al-Mizziy (XIV/514-515), Siyaru A’laamin-Nubalaa’ karya Adz-Dzahabiy (X/617-618).

[33] Syadzdzaratudz-Dzahab (II/46).

[34] Tadzkiratul-Huffadh (I/413).

[35] Lihat Tahdziibul-Kamaal (XIV/513), Siyaru A’laamin-Nubalaa’ (X/617-618), Tahdziibut-Tahdziib (V/215), Syadzdzaratudz-Dzahab (II/46), dan buku-buku biografi beliau yang telah disebutkan sebelumnya.

[36] Mu’jamul-Mu’allifiin (VI/54), Hadiyyatul-‘Aarifiin (I/439), dan Kaysfudh-Dhunuun (II/1418).

[37] Al-Jarh wat-Ta’diil (VIII/40).

[38] Idem (VIII/40).

[39] Thabaqaat Ibni Sa’ad (V/502).

[40] At-Taariikh Ash-Shaghiir karya Al-Bukhariy (II/339).

[41] Tahdziibul-Kamaal (XIV/515).

[42] Tahdziibut-Tahdziib (V/216).

Comments