Apakah
ada orang kafir yang baik hati ? Ada, tidak sedikit. Tentu kita tidak lupa
tentang Abu Thaalib, paman Nabi ﷺ.
Dirinya telah mengorbankan segala yang ia miliki untuk membela Nabi ﷺ
dari ancaman orang-orang kafir Quraisy. Akan tetapi di akhir hayatnya ia tetap
tidak mau masuk Islam. Lantas bagaimana nasibnya di akhirat ? Bahagia atau
celaka ? Jawab : celaka.
عن الْعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ لِلنَّبِيِّ ﷺ: مَا أَغْنَيْتَ عَنْ عَمِّكَ
فَإِنَّهُ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَغْضَبُ لَكَ، قَالَ: هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ
نَارٍ، وَلَوْلَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
Dari
Al-'Abbaas bin 'Abdil-Muthallib radliyallaahu 'anhu, ia berkata kepada
Nabi ﷺ : “Apakah engkau bisa memberikan sesuatu
kepada pamanmu (Abu Thaalib). Sesungguhnya ia dulu telah melindungimu dan marah
untuk (membela)-mu”. Beliau ﷺ bersabda : “Ia berada di pinggir neraka
yang dangkal. Seandainya saja bukan karena aku (syafa’atku), niscaya ia berada
di dalam kerak neraka paling dalam” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no.
3883].
Amal
kebaikan orang kafir di dunia tidak akan bermanfaat untuk menyelamatkannya dari
siksa neraka. Tokoh wanita kafir peraih Nobel perdamaian, yang suka menolong
orang-orang miskin dan lemah, namun memurtadkan banyak orang serta memindahkan satu
bentuk kekafiran (penyembah sapi) kepada kekafiran yang lain (penyembah 'Isa 'alaihis-salaam
dan ibunya[1]);
bagaimana nasibnya kelak di akhirat ?. Jawab : neraka. Ini jawaban dalam
perspektif ‘aqidah Islam[2].
Banyak
contoh lain yang semisal. Diantara yang terdapat dalam riwayat adalah sosok Mulaikah,
ibu Salamah bin Yaziid Al-Ju'fiy radliyallaahu 'anhu.
عَنْ سَلَمَةَ بْنِ يَزِيدَ الْجُعْفِيِّ،
قَالَ: انْطَلَقْتُ أَنَا وَأَخِي إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ: قُلْنَا: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ أُمَّنَا مُلَيْكَةَ كَانَتْ تَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَقْرِي
الضَّيْفَ، وَتَفْعَلُ وَتَفْعَلُ، هَلَكَتْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَهَلْ ذَلِكَ
نَافِعُهَا شَيْئًا؟ قَالَ: لَا
Dari
Salamah bin Yaziid Al-Ju'fiy, ia berkata : Aku bersama saudaraku pernah pergi
menemui Rasulullah ﷺ. Kami berkata (kepada beliau ﷺ)
: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibu kami, Mulaikah, dulu orang yang
gemar menyambung silaturahim, memuliakan tamu, dan berbuat banyak kebaikan. Ia
telah meninggal semasa Jahiliyyah. Apakah kebaikannya tersebut bermanfaat
baginya?". Beliau ﷺ menjawab : "Tidak"
[Diriwayatkan oleh Ahmad 3/478; shahih].
Dalam
riwayat lain dari jalan Ibnu Mas'uud :
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: جَاءَ ابْنَا
مُلَيْكَةَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَا: إِنَّ أُمَّنَا كَانَتْ تُكْرِمُ
الزَّوْجَ، وَتَعْطِفُ عَلَى الْوَلَدِ، قَالَ: وَذَكَرَ الضَّيْفَ غَيْرَ
أَنَّهَا كَانَتْ وَأَدَتْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، قَالَ: " أُمُّكُمَا فِي
النَّارِ "، فَأَدْبَرَا، وَالشَّرُّ يُرَى فِي وُجُوهِهِمَا، فَأَمَرَ
بِهِمَا، فَرُدَّا، فَرَجَعَا وَالسُّرُورُ يُرَى فِي وُجُوهِهِمَا، رَجِيَا أَنْ
يَكُونَ قَدْ حَدَثَ شَيْءٌ، فَقَالَ: أُمِّي مَعَ أُمِّكُمَا
Dari
Ibnu Mas'uud, ia berkata : Dua orang anak Mulaikah mendatangi Nabi ﷺ.
Mereka berkata : “Sesungguhnya ibu kami semasa hidupnya dulu memuliakan suami
dan berlemah-lembut kepada anak". Kemudian mereka menyebutkan siakp ibunya
terhadap tamu. Namun ibunya tersebut melakukannya pada masa Jahiliyyah (dan
kini telah meninggal). Nabi ﷺ bersabda : "Ibu kalian di neraka".
Maka mereka pergi dan kekecewaan terlihat di wajah keduanya. Keduanya lalu
diperintahkan untuk kembali dan nampak kegembiran di wajah keduanya. Mereka
berharap telah terjadi sesuatu. Namun Nabi ﷺ
bersabda : “Ibuku[3]
bersama ibu kalian berdua (di neraka)" [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/398,
Al-Bazzaar dalam Al-Bahr no. 1534, dan yang lainnya].
Begitu
pula dengan kisah Ibnu Jud'aan yang meninggal dalam keadaan kafir semasa
Jahiliyyah.
عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قُلْتُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، ابْنُ جُدْعَانَ، كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَصِلُ الرَّحِمَ،
وَيُطْعِمُ الْمِسْكِينَ، فَهَلْ ذَاكَ نَافِعُهُ؟ قَالَ: لَا يَنْفَعُهُ، إِنَّهُ
لَمْ يَقُلْ يَوْمًا: رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ
Dari
'Aaisyah, ia berkata : "Wahai Rasulullah, Ibnu Jud'aan dulu di masa
Jahiliyyah selalu menyambung silaturahim dan memberi makan orang-orang miskin.
Apakah itu berguna baginya di akhirat?". Beliau ﷺ
menjawab : "Tidak akan berguna baginya, karena ia tidak pernah
mengucapkan : 'Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku di Hari Pembalasan nanti"
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 214].
An-Nawawiy
rahimahullah berkata:
مَعْنَى هَذَا الْحَدِيث : أَنَّ مَا كَانَ
يَفْعَلهُ مِنْ الصِّلَة وَالْإِطْعَام وَوُجُوه الْمَكَارِم لَا يَنْفَعهُ فِي
الْآخِرَة ؛ لِكَوْنِهِ كَافِرًا ، وَهُوَ مَعْنَى قَوْله ﷺ : ( لَمْ يَقُلْ رَبّ
اِغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْم الدِّين ) أَيْ لَمْ يَكُنْ مُصَدِّقًا بِالْبَعْثِ
، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّق بِهِ كَافِر وَلَا يَنْفَعهُ عَمَل
“Makna
hadits ini : apa saja yang ia perbuat dahulu berupa menyambung silaturahim,
memberi makan (orang-orang miskin), dan perbuatan mulia tidak bermanfaat
baginya di akhirat dikarenakan dirinya berstatus kafir. Itulah makna sabda
beliau ﷺ : ‘Ia tidak pernah mengucapkan : Ya
Allah, ampunilah dosa-dosaku di Hari Pembalasan nanti’; yaitu ia tidak
membenarkan hari kebangkitan. Dan barangsiapa yang tidak membenarkan hari
kebangkitan, maka ia kafir dan tidak bermanfaat baginya amal kebaikan (kelak di
akhirat)” [Syarh Shahiih Muslim, 3/87].
Allah
ﷻ telah berfirman:
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ
حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ
مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang lalim itu seorang penolong pun" [QS. Al-Maaidah : 72].
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا
فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi"
[QS. Aali 'Imraan : 85].
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ
عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
"Dan
Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan" [QS. Al-Furqaan : 23].
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَلِقَاءِ
الآخِرَةِ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ هَلْ يُجْزَوْنَ إِلا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Dan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui
akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari
apa yang telah mereka kerjakan" [QS. Al-A'raf : 147].
Al-Qaadliy
'Iyaadl rahimahulah berkata:
وَقَدْ اِنْعَقَدَ الْإِجْمَاع عَلَى أَنَّ
الْكُفَّار لَا تَنْفَعهُمْ أَعْمَالهمْ ، وَلَا يُثَابُونَ عَلَيْهَا بِنَعِيمٍ
وَلَا تَخْفِيف عَذَاب ، لَكِنَّ بَعْضهمْ أَشَدّ عَذَابًا مِنْ بَعْض بِحَسَبِ
جَرَائِمهمْ
"Dan
telah terjadi ijmaa' bahwasannya amal kebaikan orang-orang kafir tidak akan
memberikan manfaat bagi mereka, tidak akan diberikan pahala atasnya berupa
kenikmatan dan keringanan adzab. Akan tetapi sebagian mereka diberikan adzab
yang lebih keras dibandingkan yang lain sesuai dengan kadar kejahatan/dosa
mereka" [Syarh Shahiih Muslim, 3/87].
Allah
ﷻ tidak akan pernah berbuat dhalim terhadap
hamba-Nya. Amal kebaikan mereka (orang-orang kafir) akan Allah ﷻ balas di dunia dengan lunas, sedangkan di
akhirat mereka tak lagi mempunyai kebaikan untuk dibalas sehingga neraka adalah
tempat kembalinya.
Allah
ﷻ berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا
يُبْخَسُونَ * أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ
وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat,
kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di
dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?" [QS. Huud :
15-16].
Nabi
ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مُؤْمِنًا
حَسَنَةً يُعْطَى بِهَا فِي الدُّنْيَا، وَيُجْزَى بِهَا فِي الْآخِرَةِ، وَأَمَّا
الْكَافِرُ فَيُطْعَمُ بِحَسَنَاتِ مَا عَمِلَ بِهَا لِلَّهِ فِي الدُّنْيَا
حَتَّى إِذَا أَفْضَى إِلَى الْآخِرَةِ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَةٌ يُجْزَى بِهَا
"Sesungguhnya
Allah ﷻ tidak mendhalimi satu kebaikan pun dari seorang mukmin, diberi
dengannya di dunia dan dibalas dengannya di akhirat. Adapun orang kafir, ia
diberi makan dengan kebaikan yang dilakukannya karena Allah di dunia; hingga
apabila tiba di akhirat, dirinya tidak memiliki kebaikan untuk dibalas"
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 2808].
Wallaahu
a’lam bish-shawwaab.
Semoga
yang sedikit ini ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’
– 09032019]
NB
: Di bawah adalah cuplikan pemahaman agama Islam Nusantara yang baru direkayasa
seseorang untuk mengakomodasi penganut agama lain dalam ‘aqidah Islam.
[1] Nasrani sering mengatakan mereka tidak Maryam
(Maria) dan/atau patungnya, akan tetapi hanya sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah ﷻ dengan
sedekat-dekatnya saja. Maryam/Maria dikultuskan kaum Nasrani (Katolik) dalam peribadahan
mereka. Dalam ‘aqidah Islam, ini adalah kesyirikan sebagaimana kesyirikan
orang-orang musyrik Arab yang difirmankan Allah ﷻ:
أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ
دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ
اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
“Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan
supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka
berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar” [QS. Az-Zumar : 3].
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ
ابْنُ مَرْيَمَ
"Sesungguhnya
telah KAFIRLAH orang-orang yang berkata : 'Sesungguhnya Allah itu ialah Al
Masih putra Maryam" [QS. Al-Maaidah : 17].
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ
وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ
لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
"Sesungguhnya
KAFIRLAH orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari
yang tiga[2]",
padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang
Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih"
[QS. Al-Maaidah : 73].
[3] Disebutkan dalam sebuah hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: زَارَ
النَّبِيُّ ﷺ قَبْرَ أُمِّهِ، فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ، فَقَالَ: "
اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِي،
وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِي، فَزُورُوا الْقُبُورَ
فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ "
Dari Abu Hurairah, ia
berkata : “(pada suatu waktu) Nabi ﷺ
berziarah ke kubur ibunya, lalu beliau menangis sehingga orang-orang di sekitar
beliau pun ikut menangis. Beliau ﷺ
bersabda : “Sesungguhnya aku telah memohon izin Rabb-ku untuk memintakan ampun untuknya,
namun Ia tidak mengizinkanku. Dan aku meminta izin-Nya untuk menziarahi
kuburnya, dan Ia mengizinkanku. Maka berziarahlah kalian ke
kubur, karena itu akan mengingatkan kalian kepada kematian” [No. 976].
An-Nawawiy rahimahullah
berkata tentang hadits di atas:
فِيهِ جَوَاز زِيَارَة الْمُشْرِكِينَ فِي
الْحَيَاة ، وَقُبُورهمْ بَعْد الْوَفَاة ؛ لِأَنَّهُ إِذَا جَازَتْ زِيَارَتهمْ
بَعْد الْوَفَاة فَفِي الْحَيَاة أَوْلَى ، وَقَدْ قَالَ اللَّه تَعَالَى : {
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا } وَفِيهِ : النَّهْي عَنْ الِاسْتِغْفَار
لِلْكُفَّارِ . قَالَ الْقَاضِي عِيَاض رَحِمَهُ اللَّه : سَبَب زِيَارَته صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْرهَا أَنَّهُ قَصَدَ قُوَّة الْمَوْعِظَة
وَالذِّكْرَى بِمُشَاهَدَةِ قَبْرهَا ، وَيُؤَيِّدهُ قَوْله صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي آخِر الْحَدِيث : ( فَزُورُوا الْقُبُور فَإِنَّهَا
تُذَكِّركُمْ الْمَوْت ) .
“Dalam hadits tersebut
terdapat penjelasan tentang kebolehan untuk menziarahi orang-orang musyrik saat
masih hidup, dan menziarahi kubur mereka setelah meninggal. Hal itu dikarenakan
apabila diperbolehkan untuk menziarahi mereka setelah meninggal, maka ketika
hidup lebih layak untuk kebolehannya. Allah ﷻ telah berfirman: ‘Dan pergaulilah keduanya
di dunia dengan baik’ (QS. Luqmaan : 15).
Dalam
hadits tersebut juga terdapat penjelasan tentang larangan untuk memintakan
ampun kepada orang-orang kafir. Al-Qaadliy ‘Iyaadl rahimahullah berkata
: ‘Faktor penyebab ziarahnya Nabi ﷺ ke
kubur ibunya yaitu karena beliau ﷺ ingin
menguatkan nasihat dan peringatan dengan mengunjungi kuburnya’. Hal tersebut
dikuatkan dengan sabda beliau ﷺ yang ada di akhir hadits : ‘Berziarahlah kalian ke kubur,
karena itu akan mengingatkan kalian kepada kematian” [Syarh Shahih
Muslim, 7/45].
Comments
Posting Komentar