Dulu
sekali - di akun FB yang lama - saya pernah menulis status tentang motif
sebagian penuntut ilmu hadir di pengajian ulama (waktu itu saya mengangkat case
Tabligh Akbar Ulama di Masjid Istiqlaal) untuk kopi darat dan foto-foto,
sementara pelajaran yang disampaikan pemateri tak ada bekasnya. Tak beberapa
lama kemudian diinbox oleh seseorang - sebut saja namanya Mawar - yang
'mencak-mencak' karena merasa status saya membicarakan dirinya. Saya malah baru
tahu apa yang ditulisnya setelah saya coba membuka apa yang tertulis dalam statusnya.
Ooo, ternyata dia baru janjian mau ketemu dengan temannya di acara tersebut.
Saya jelaskan padanya bahwa saya tidak memaksudkan ke individu tertentu,
terlebih dirinya. Ia tak percaya, terus marah-marah. Akhirnya di-unfriend.
Bahkan kemudian jika yang bersangkutan membicarakan saya, bawaannya
selalu ofensif dan negatif setelah sebelumnya sering copy paste status
saya.😎😁
Hal yang demikian bukan sekali dua kali terjadi pada diri saya.
Rekans,.... kita ingin nyaman
bermedia sosial. Selain pandai pilih-pilih teman, seharusnya kita juga jangan
terlalu sensitif. ‘Baper’ kata orang sekarang (dan saya sendiri honestly
sangat tidak suka menggunakan kata 'baper'). Sebenarnya, 'baper' bisa juga
membawa spirit positif. Sering merasa tersindir ketika membaca nasihat
orang lain, dan kemudian memperbaiki diri tanpa perlu bilang : "Anda
sedang membicarakan saya ?". Jika kita bawaannya sakit hati,
kapan kita akan merasa sehat dalam bermedia sosial ?. Apa yang dipikirkan orang
lalu dituliskannya, belum tentu sama seperti yang ada dalam alam pikiran kita.
Saya justru khawatir pada orang yang bawaannya emosian,
selalu curiga kepada orang, dan paranoid. Pertama, (mungkin) ia mempunyai
gangguan mental, berdelusi orang lain bersekongkol mencelakakan dirinya. Salah
satu tanda skizofrenia paranoid. Kedua, (mungkin) ia memang sedang melakukan
hal-hal negatif yang dibicarakan orang (karena jika ia tidak melakukannya,
tentu tidak akan merasa).
Jika kita tidak siap membaca tulisan semua orang, pilih
teman-teman yang membuat kita senang saja. Delete oknum yang tak disuka
tanpa harus pengumuman kepada orang sedunia. Buang jauh-jauh pikiran bahwa kita
orang penting dimana orang pasti rugi besar jika tak berteman dengan kita. Atau,
tutup akun saja.
Atau.....
ambil segelas air putih dingin, baca basmalah, minum, lalu ambil napas,
baru buka media sosial.
Media sosial bagaikan dunia liar yang berisi manusia dengan
berbagai tabiat.
[abul-jauzaa’
– dps – 19012018].
Comments
Sangat menarik tulisan anda. Narasinya mudah mengena. Tulisan anda berkualitas. Terimakasih
Posting Komentar