Syaikhul-Islaam
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
ومما ينبغي أن يعرف أن الطوائف المنتسبة
إلى متبوعين في أصول الدين والكلام على درجات، منهم من يكون قد خالف السنة في أصول
عظيمة ومنهم من يكون إنما خالف السنة في أمور دقيقة
"Dan
termasuk diantara hal yang perlu diketahui bahwasannya golongan-golongan yang
berafiliasi pada tokoh-tokoh tertentu dalam perkara pokok-pokok agama dan ilmu
kalam itu bertingkat-tingkat. Diantara mereka ada yang menyelisihi sunnah dalam
pokok-pokok yang agung, dan diantara mereka ada yang hanya menyelisihi sunnah
dalam perkara-perkara kecil" [Majmuu' Al-Fataawaa, 3/348-349].
الْبِدْعَةُ الَّتِي يُعَدُّ بِهَا
الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الْأَهْوَاءِ مَا اشْتَهَرَ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ
بِالسُّنَّةِ مُخَالَفَتُهَا لِلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ: كَبِدْعَةِ الْخَوَارِجِ،
وَالرَّوَافِضِ، وَالْقَدَرِيَّةِ، وَالْمُرْجِئَةِ
"Bid'ah
yang menyebabkan pelakunya terhitung sebagai pengikut hawa nafsu adalah bid'ah
yang terkenal di kalangan ulama Ahlus-Sunnah yang menyelisihi Al-Qur’an dan
As-Sunnah (secara jelas), seperti bid'ah Khawaarij, Rafidlah, Qadariyyah, dan
Murji'ah" [idem, 35/414].
Asy-Syaikh
Rabii' Al-Madkhaliy hafidhahullah pernah ditanya : "Bid'ah apakah
yang terhitung dapat mengeluarkan seseorang dari wilayah Ahlus-Sunnah
wal-Jamaa'ah ?". Beliau menjawab:
مثل بدعة القدر وبدعة الإرجاء وبدعة الرفض
وبدعة الخروج والبدع الصوفية مثل الموالد الشركية وغيرها وشدّ الرحال إلى القبور
والأشياء هذه بارك الله فيكم ؛من هذا النوع.
تولّي أهل البدع يُصيِّر الإنسان منهم
ومناصرتهم والذبّ عنهم ؛فإنّ أحمد ابن حنبل رحمه الله قيل له : إنّ بعض الناس يجلس
إلى أهل البدع فقال : انصحه ,قال : نصحته فأبى ,قال : ألحقه بهم.
فالذي يجالس أهل البدع ويُعاشرهم يُستدلّ
عليه أنّه مريض وأنّه يُوافق هؤلاء وهذا فيه أدلّة ؛( الأرواح جنودٌ مجندة ما
تعارف منها ائتلف وما تناكر منها اختلف ) ,فهذا يأتلف مع أهل البدع دليل أن هناك
توافق وتشابه بين الأمرين والشخصين أو الجماعتين.
وعلى كلّ حال ما ذكرناه هو الذي يُخرج عن
دائرة أهل السنّة والجماعة
"Semisal
bid'ah qadar (Qadariyyah), bid'ah irjaa', bid'ah Raafidlah, bid'ah Khawaarij,
bid'ah Shuufiyyah seperti (perayaan) maulid yang syirik dan yang lainnya, syaddur-rihaal[1]
ke kuburan, dan yang lainnya semisal ini, baarakallaahu fiikum, termasuk
jenis bid'ah yang mengeluarkan dari Ahlus-Sunnah.
(Juga)
memberikan loyalitas kepada ahlul-bid'ah dengan menjadikan seseorang dari
kalangan mereka (ahlul-bid'ah) sebagai penolongnya; serta membela mereka
(ahlul-bid'ah). Pernah dikatakan kepada Ahmad bin Hanbal rahimahullah :
'Sesungguhnya sebagian manusia bermajelis dengan Ahlul-Bid'ah'. Maka ia (Ahmad
bin Hanbal) berkata : 'Nasihatilah ia!'. Dijawab : 'Aku sudah menasihatinya,
namun ia menolak'. Ahmad berkata : 'Masukkanlah ia ke dalam golongan mereka
(ahlul-bid'ah)'.
Orang
yang bermajelis dengan ahlul-bid'ah dan bergaul dengan mereka, maka ini sebagai
dalil bahwa dirinya 'sakit' dan dirinya menyepakati mereka. Dan dalam hal ini
terdapat dalil : 'Ruh-ruh itu berkelompok-kelompok yang banyak. Yang cocok
di antara mereka akan saling berkumpul, dan yang tidak cocok akan saling
menjauh'. Dan berkumpulkan orang dengan ahlul-bid'ah sebagai tanda bahwa di
sana terdapat kecocokan dan kesamaan antara dua perkara, dua orang, atau dua
jama'ah.
Apapun
itu, apa yang kami sebutkan adalah perkara yang mengeluarkan seseorang dari
wilayah Ahlus-Sunnah" [https://goo.gl/ze5qBZ].
Begitu
juga Asy-Syaikh Ahmad bin Yahyaa An-Najmiy pernah ditanya hal serupa, maka
beliau rahimahullah menjawab:
من خرج عن السنة بأخذه ببدعة من البدع؛
سواءً كانت بدعة الخروج كالخوارج أو بدعة تعطيل الصفات كالجهمية والمعتزلة, أو
تأويلها كالأشاعرة, أو بأن يقول بأنَّ الإسلام لا يضر معه ذنبٌ كالمرجئة, أو غير
ذلك من البدع، فإذا كنت قد عرفت عنه بدعة، فنصح عنها، ولكنَّه أصرَّ على البقاء
عليها فهو يعتبر قد خرج عن السنة، وأخذ بالبدعة، وقد روى مسلمٌ في مقدمة كتابه
أنَّ أبا عبد الرحمن السلمي نصح بعض طلاب العلم في ذلك الزمن ألاَّ يسمعوا إلى قول
شقيق، وكان شقيق غير شقيق بن سلمة، وكان يرى رأي الخوارج، فقال ألاَّ يسمعوا
كلامه، ولاتأتوا إليه، وظاهر هذا أنَّ من استقر أمره على الأخذ ببدعةٍ، واشتهرت
عنه تلك البدعة فإنَّه ينبغي أن ينصح طلاب العلم منه، وأن يحذروا منه؛ لأنَّه يعتبر
قد خرج عن منهج أهل السنة بذلك؛ أمَّا إذا حصلت المخالفة في أمورٍ فرعية اجتهادية،
فهذا لا يعتبر خلافًا ممنوعًا ولا موجبًا للعتب على المخالف كمن يقول: "إنَّ
الزنا لا يثبت إلاَّ بالاعتراف أربع مرات، ومن يقول: أنَّه يثبت بالاعتراف
مرة"، وبالله التوفيق
"Barangsiapa
yang keluar dari sunnah dengan mengambil satu bid'ah, baik itu bid'ah khuruuj/pemberontakan
seperti Khawaarij, atau bid'ah peniadaan sifat seperti (bid'ah) Jahmiyyah dan
Mu'tazilah, atau (bid'ah) ta'wiil seperti Asyaa'irah, atau mengatakan
tidak memudlaratkan Islam dengan sebab dosa seperti (bid'ah) Murji'ah, atau
bid'ah-bid'ah yang lainnya. Apabila engkau mengetahui darinya satu bid'ah, lalu
engkau nasihati, namun ia tetap dalam bid'ahnya, maka dirinya dianggap keluar
dari Ahlus-Sunnah dan beralih kepada bid'ah (Ahlul-Bid’ah). Muslim meriwayatkan
dalam muqaddimah kitabnya bahwa Abu 'Abdirrahmaan As-Sulamiy pernah
menasihati sebagian penuntut ilmu pada waktu itu agar tidak mendengar (riwayat)
dari Syaqiiq. Syaqiiq yang dimaksud bukan Syaqiiq bin Salamah. Syaqiiq ini
memiliki pemikiran Khawaarij. Ia (Abu 'Abdirrahmaan As-Sulamiy) berkata :
'Janganlah dengar perkataannya dan jangan pula mendatanginya’. Yang nampak di
sini, bahwasannya barangsiapa yang tetap pada diri seseorang memegang satu
bid'ah dan terkenal darinya bid'ah tersebut, maka sudah seharusnya untuk
menasihati para penuntut ilmu darinya dan memperingatkan (mentahdzir) darinya,
karena ia dianggap keluar dari manhaj Ahlus-Sunnah dengan sebab tersebut.
Adapun jika penyelisihan yang terjadi pada perkara-perkara furuu'iyyah
ijtihadiyyah, maka ini tidak dianggap sebagai penyelisihan yang terlarang
dan tidak mengkonsekuensikan celaan terhadap orang yang menyelisihi tersebut.
Seperti orang yang berkata : 'Sesungguhnya (hukuman) zina tidak tetap kecuali
dengan pengakuan sebanyak 4 kali', dan orang yang mengatakan : '(Hukuman) zina
itu tetap dengan pengakuan sekali saja'. Wabillaahit-taufiiq" [https://goo.gl/ze5qBZ].
Asy-Syaikh
'Ubaid Al-Jaabiriy hafidhahullah pernah ditanya kapankah seseorang
keluar dari manhaj salafiy dan ia dihukumi bukan salafiy ?. Beliau menjawab:
هذا بيّنه أهل العلم ، وضمنته كتبهم
ونصائحهم وهو ضمن منهجهم وذلك أن الرجل يخرج من السلفية إذا خالف أصلا من أصول أهل
السنة ، وقامت الحجة عليه بذلك وأبى الرجوع ، هذا يخرج من السلفية ، كذلك قالوا
حتى في الفروع إذا خالف فرعا من فروع الدين فأصبح يوالي ويعادي في ذلك فإنه يخرج
من السلفية نعم.
"Permasalahan ini telah dijelaskan ulama serta dimasukkan
dalam kitab-kitab dan berbagai nasihat mereka. Dan hal itu merupakan bagian
dari manhaj mereka. Seseorang keluar dari salafiyyah apabila menyelisihi
pokok-pokok Ahlus-Sunnah dan telah tegak hujjah atas mereka namun enggan untuk
rujuk. Orang ini keluar dari salafiyyah. Begitu juga mereka (ulama) berkata :
'Bahkan dalam masalah furuu' (cabang)'. Yaitu apabila ia menyelisihi
cabang agama dan kemudian dirinya mengikat loyalitas dan bermusuhan berdasarkan
atas hal tersebut, maka ia keluar dari salafiyyah. Na'am" [Kaset Jinaayatut-Tamyi'
'alal-Manhajis-Salafiy].
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang keluar dari lingkup
Ahlus-Sunnah (Salafiyyah) apabila:
1.
menyelisihi
prinsip-prinsip pokok dalam agama serta tegak padanya hujjah namun enggan untuk
rujuk;
2.
menyelisihi perkara
cabang dalam agama dan ia membangun al-walaa' wal-baraa' atas hal itu.
NB : Di sini didapatkan satu faedah tambahan
bahwa dikeluarkannya seseorang dari Ahlus-Sunnah dalam penyelisihan masalah furuu'
itu bukan semata-mata karena penyelisihannya tersebut, namun karena al-walaa'
wal-baraa' yang ia bangun atas hal tersebut.
3.
bergaul dan bermajelis dengan Ahlul-Bid’ah
(tanpa alasan yang dibenarkan), serta ber-walaa’ wa baraa’ di atasnya.
Penyelisihan
dalam perkara khilafiyyah ijtihadiyyah yang mu’tabar di kalangan
ulama, bukan menjadi sebab untuk mengeluarkan seseorang dari lingkup
Ahlus-Sunnah.
Wallaahu
a'lam.
Semoga
ada manfaatnya.
Baca
juga artikel terkait : Firqah Sesat.
[1] Silakan baca artikel : http://abul-jauzaa.blogspot.co.id/2014/04/larangan-safar-dalam-rangka-ibadah.html
Comments
Apakah ini berkaitan dgn tahdzir Ustadz Abdurrahman Thoyyib kepada Ustadz Firanda?
ada yang terbaru bantahan dari ustadz riyadh bajrey terhadap ustadz firanda.
http://gigitsunnah.com/soal-jawab-dengan-ustadz-riyadh-bajrey-hafizhahullah-jilid-2/
makin heran saja sama ini ustadz RB.
Assalamu'alaikum.
Ustadz, apakah masuk dalam perkara bid'ah aqidah kelompok yg mewajibkan baiat kepada para pengikutnya dan bersyahadat ulang, yg langsung menjadikan mereka masuk kelompok 72? Kelompok ini mengakui penguasa negeri ini hanya sebagai pemimpin negara bukan pemimpin kaum muslimin. Maka mereka mengangkat pemimpin sendiri sbg pemimpin agama dg dalil hadist ini "Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah saw bersabda : “Dahulu bani Israil selalu dipimpin oleh Nabi, tiap mati seorang Nabi digantikan oleh Nabi lainnya, dan sesudah aku ini tidak ada lagi nabi, dan akan terangkat sepeninggalku Khalifah-Khalifah dan akan banyak. Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah apa pesanmu kepada kami?” Jawab Nabi: “Tepatilah baiatmu yang pertama, dan berikan kepada mereka haknya, dan mohonlah kepada Allah bagimu, maka Allah akan menanyakan mereka dari hal apa yang diamanatkan dalam memelihara hambanya.”
Tolong jelaskan ya ustadz, syukran.
Wa'alaikumus-salaam.
@Anonim 29 Agustus 2017 09.50,.... apa yang ditulis di atas adalah perkataan ulama.
----
@Anonim 30 Agustus 2017 18.45,.... ya mereka adalah di luar lingkup Ahlus-Sunnah.
hati-hati terhadap kelompok ldii, mereka mengklaim mengikuti Al-Qur'an dan Al Hadist, tetapi mereka menafsirkannya tanpa merujuk kepada referensi yang benar yaitu tafsir sahabat Nabi Shallallahu'alayhiwassallam dan murid-muridnya (salafus shalihin)
mereka menafsirkan text-text wahyu dengan pemahaman buatan mereka sendiri. hati-hati mas.
mintalah petunjuk kepada Allah dan ikutilah ajaran Rasulullah Shallallahu'alayhiwassallam dan para shahabat beliau.
Posting Komentar