Sebuah Masukan (1)


Belakangan ini kita dihebohkan oleh khabar beredarnya rekaman suara Ustadz Abdullah Taslim yang berkomentar terhadap Ustadz Adi Hidayat, hafidhahumallah. Sebuah rekaman yang asalnya dari grup WA atas sebuah pertanyaan yang diajukan kepada beliau (Ustadz Abdullah Taslim) dari anggota grup tentang Ustadz Adi. Isinya adalah nasihat kepada anggota grup dan tahdzir kepada Ustadz Adi Hidayat terkait dengan manhaj beliau. Sebenarnya, apapun kontennya tidak patut dipermasalahkan[1]. Tahdzir yang beliau katakan adalah wujud pertanggungjawaban atas pengetahuan yang dimiliki, sebagai pembina grup. Tahdzir bukan barang yang asing[2] meski substansinya sah-sah saja jika ada yang tidak sepakat. Yang menjadikan ramai – selain oknum yang menyebarkan keluar grup – adalah gorengan dan tambahan kata-kata oleh oknum tak bertanggung jawab yang bernada provokatif. Misalnya : Kembalilah kepada para asatidz yang jelas manhajnya yaitu para asatidz Rodja yang pasti benar dan di atas manhaj yang benar. Ada juga framing berita dengan judul : Takut Ditinggal Jama’ah! Ustadz Rodja’ Ini Larang Jama’ahnya Dengarkan Ceramah Ustadz Adi Hidayat!. Benar-benar dagelan…. Saya yakin, ini bukan berasal dari Ustadz Adi Hidayat hafidhahullah, dan memang bukan tipikal beliau. Entah siapa….

Maybe ‘they’ realize, making a lie is the only way to win the war (?).
Kembali,… kemarin, saya menyimak respon positif Ustadz Adi Hidayat terkait perkataan Ustadz ‘Abdullah Taslim hafidhahumallah (yang saat ini sedang menjalankan ibadah umrah). Intinya, beliau terbuka menerima kritikan dari siapapun dan bersedia rujuk apabila kritikan tersebut memang benar, serta ajakan bersinergi dalam kebaikan (https://goo.gl/XiepHX dan https://goo.gl/MK16ga). Tentu ini sangat baik, karena sikap beliau tersebut didasari oleh pemahaman yang sangat baik atas sabda Nabi :
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
Semua anak Adam banyak berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang banyak berbuat kesalahan adalah orang-orang yang banyak bertaubat” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2499, Ahmad 3/198, Ibnu Abi Syaibah 13/187, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan At-Tirmidziy 2/604].
Oleh karena itu, izinkan di sini saya memberikan sedikit catatan atau kritikan terkait dengan beberapa isi ceramah Ustadz Adi Hidayat hafidhahullah yang rekamannya banyak bertebaran di Youtube.
1.   Taqdir
Ustadz Adi Hidayat hafidhahullah dalam satu rekaman video yang berjudul Memahami Takdir Allah dengan Benar, membacakan sebuah pertanyaan:
"Apakah semua orang telah ditetapkan taqdirnya oleh Allah subhaanahu wa ta'ala, dan apakah orang kafir itu sudah taqdir Allah ?".
Kemudian direspon:
"Pertama begini, antum pahami dulu apa itu taqdir. Taqdir itu pilihan hidup. Yang pilihan kita itu KEMUDIAN DITETAPKAN oleh Allah subhaanahu wa ta'ala. Jadi Anda bisa terbuka, ingin mengambil atau tidak. Itu pilihan Anda. Karena itu manusia diberikan kemampuan untuk memilih......dst. (kemudian dilanjutkan dengan penjelasan yang menguatkan itu yang intinya manusia diberikan pilihan antara yang positif dan negatif)......
Dalam rekaman video yang berjudul Perbedaan Takdir dan Qodarullah, awal ceramah (menit 00:24) beliau mengatakan :
“yang seperti ini, seperti aliran Qadariyyah[3]. Semua terserah Allah. Semua terserah Allah. Bahkan tidak mungkin saya bersin kecuali kecuali Allah berkehendak. Tidak mungkin saya minum kecuali saya berkehendak. Tapi kesimpulannya salah. Anda harus bedakan antara Qadar dan Taqdir. Kehendak Allah yang tidak ada intervensi kita di dalamnya, itu disebut Qadar
Kemudian beliau hafidhahullah mencontohkan qadar adalah ajal dan rizki. Selanjutnya beliau berkata (menit 01:23):
Tapi, ada sesuatu yang disebut dengan taqdir. Taqdir itu adalah ketetapan Allah yang dikukuhkan/ditetapkan berdasarkan ikhtiyar makhluk. Kita ikhtiyar dulu, BARU ALLAH MENETAPKAN. Jadi bukan seketika Allah tetapkan. Contoh, perbuatan itu takdir. Amal baik atau buruk, amal shalih atau salah, maka itu adalah taqdir, bukan qadar……dst.”.
Abu-Jauzaa’ berkata:
Ini adalah pemahaman keliru dalam masalah keimanan terhadap taqdir. Secara istilah, makna al-qadar adalah:
تقدير الله للكائنات حسبما سبق به علمُه، واقتضته حكمته
“Ketetapan (taqdiir) Allah bagi semua makhluk sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan yang dikehendaki oleh hikmah-Nya” [Rasaail fil-‘Aqiidah oleh Muhammad bin Shaalih Al-‘Utsaimiin, hal. 37].
Pembedaan dua hal tersebut (qadar dan takdir) tidaklah benar. Tidak mungkin ketetapan Allah datang menyusul setelah adanya ketetapan dari makhluk dalam ikhtiyarnya. Bahkan Allah ta’ala telah menuliskan segala sesuatu di sisi-Nya, di Lauh Mahfuudh, 50.000 tahun sebelum Allah ta’ala menciptakan langit dan bumi.
Maka, tidak ada sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi luput dari Lauh Mahfuudh. Allah ta’ala berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuudh) sebelum Kami menciptakannya” [QS. Al-Hadiid : 22].
Rasulullah bersabda:
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah telah menulis seluruh takdir makhluk-makhluk 50.000 tahun sebelum menciptakan langit-langit dan bumi” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2653].
Bahagia dan celaka, neraka dan surga seseorang; maka semua itu telah ditetapkan oleh Allah ta'ala; sama seperti ajal dan rizki. Bukankah dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’uud radliyallaahu ‘anhu secara marfuu’ dari Nabi telah disebutkan:
إِنَّ  أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ، أَوْ سَعِيدٌ، فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula (40 hari). Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula (40 hari). Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan RIZKINYA, AJALNYA, AMALANYA, dan CELAKA atau BAHAGIANYA. Maka demi Allah yang tidak ada tuhan yang berhak diibadahi melainkan-Nya, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi CATATAN (TAKDIR) MENDAHULUINYA lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi CATATAN (TAKDIR) MENDAHULUINYA lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3207 dan Muslim no. 2643].
Juga tentang kisah perdebatan antara Adam dan Muusaa ‘alaihimas-salaam:
احْتَجَّ آدَمُ، وَمُوسَى، فَقَالَ لَهُ مُوسَى: يَا آدَمُ، أَنْتَ أَبُونَا خَيَّبْتَنَا وَأَخْرَجْتَنَا مِنَ الْجَنَّةِ، قَالَ لَهُ آدَمُ: يَا مُوسَى، اصْطَفَاكَ اللَّهُ بِكَلَامِهِ وَخَطَّ لَكَ بِيَدِهِ، أَتَلُومُنِي عَلَى أَمْرٍ قَدَّرَهُ اللَّهُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي بِأَرْبَعِينَ سَنَة، فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى، فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى ثَلَاثًا
“Aadam dan Muusaa saling berhujjah (berdebat). Muusaa berkata kepadanya (Aadam) : “Wahai Aadam, engkau adalah ayah kami, engkau telah mengecewakan kami dan mengeluarkan kami dari surga”. Aadam berkata kepadanya : “Wahai Muusaa, Allah telah memilihmu dengan firman-Nya dan telah menuliskan (Taurat) dengan tangan-Nya untukmu. Apakah engkau mencelaku atas perkara yang Allah telah mentakdirkannya untukku 40 tahun sebelum Allah menciptakanku ?”. Maka Aadam mengalahkan Muusaa, Aadam mengalahkan Muusaa” – sebanyak tiga kali [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6614 dan Muslim no. 2652].
Yaitu, ketetapan Allah ta'ala telah mendahului perbuatan Adam yang menyebabkannya keluar dari surga.
Ahlus-Sunnah berpendapat bahwa keimanan terhadap takdir tidak akan sempurna kecuali dengan mengimani empat tingkatan takdir atau disebut juga rukun takdir. Mulai al-‘ilmu[4], al-kitaabah[5], al-iraadah wal-masyii’ah[6], dan al-khalq[7] yang uraiannya dapat dibaca dalam banyak referensi.
Pernyataan ketetapan Allah baru datang menyusul setelah adanya ikhtiyaar makhluk mengkonsekuensikan penafikan terhadap banyak nash. Jika yang dinafikkan dalam fase ikhtiyaar adalah tingkatan ilmu dan kitaabah; maka ini tergolongan pemahaman Qadariyyah purba yang muncul di jaman shahabat radliyallaahu ‘anhum. Para shahabat radliyallaahu ‘anhum mengkafirkan mereka, karena mereka menisbatkan kepada Allah ta’ala sifat bodoh (al-jahl). Allah (dianggap) tidak tahu kecuali setelah terjadinya sesuatu (yaitu perbuatan hamba). Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa pernah berkata tentang mereka:
فَإِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ، وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي، وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ، مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللَّهُ مِنْهُ، حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ
“Apabila engkau berjumpa dengan mereka, beritahukanlah kepada mereka bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka pun berlepas diri dariku. Demi Dzat yang ‘Abdullah bin ‘Umar bersumpah dengannya, seandainya salah seorang diantara mereka memiliki emas sebesar Uhud lalu ia menginfakkannya, Allah tidak akan menerimanya hingga ia beriman kepada takdir” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 8].
أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ، قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ عَنِ الْقَدَرِيِّ، فَلَمْ يُكَفِّرْهُ إِذَا أَقَرَّ بِالْعِلْمِ
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakr, ia berkata : Aku bertanya kepada Abu ‘Abdillah (Ahmad bin Hanbal) tentang Qadariy (penganut Qadariyyah), maka ia tidak mengkafirkannya apabila menetapkan ilmu (Allah) [Diriwayatkan oleh Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 868].
وَأَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، يَقُولُ: إِذَا جَحَدَ الْعِلْمَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لا يَعْلَمُ الشَّيْءَ حَتَّى يَكُونَ، اسْتُتِيبَ، فَإِنْ تَابَ وَإِلا قُتِلَ
Dan telah mengkhabarkan kepada kami Abu Bakr, ia berkata : Aku mendengar Abu ‘Abdillah berkata : “Apabila ada seseorang yang mengingkari ilmu (Allah) dengan mengatakan : ‘Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla tidak mengetahui sesuatu hingga terjadi’; maka ia diminta untuk bertaubat. Jika ia bertaubat, maka diterima, dan jika enggan maka dibunuh[8]” [idem no. 869].
Jika yang dinafikkan dalam fase ikhtiyaar itu adalah tingkatan al-iraadah wal-masyii’ah dan al-khalq (dengan tetap mengimani tingkatan al-‘ilmu dan al-kitaabah), maka inilah keumuman paham qadariyyah yang masih eksis hingga saat ini. Kehendak dan perbuatan hamba adalah murni dari hamba itu sendiri; bukan terjadi karena kehendak dan penciptaan Allah ta’ala.
Dua jenis Qadariyyah di atas adalah sama-sama sesat yang tidak ada jalan lain bagi pelakunya kecuali harus rujuk darinya.
2.   Semua Muslim adalah Salafiy
Dalam Perbedaan Muhammadiyah, NU dan Salafi, ketika menjawab apa perbedaan Muhammadiyyah dan Salafi, maka Ustadz Adi Hidayat menjawab (setelah menjelaskan tentang Muhammadiyyah dan NU – mulai menit 05:23):
“Kalau Salafi, itu bukan Ormas, bukan madzhab. Tapi dari kata salaf. Salaf itu manhaj. Salaf itu artinya sesuatu yang lampau, yang lalu. Kenapa disebut dengan salaf, karena saat kita berusaha untuk beribadah menunaikan pendekatan ibadah kita kepada Allah subhaanahu wa ta’ala, maka cara ibadah kita mesti seperti siapa ?. Rasululah . Rasulullah itu hidup di jaman kita atau di jaman dulu ?. Jaman dulu. Dulu itu bahasa Arabnya salaf. Jadi, mengikuti yang dulu, dulu bahasa Arabnya salaf. Kalau disebutkan mengikuti, ditambah dengan i ujungnya dalam bahasa Arab dengan ya’ nisbah. Ya’ nisbah itu gampangnya ditambah i saja di ujungnya. Misal, salaf , dulu, ikut yang dulu disebut dengan salafi. Ni asalnya salafi itu bukan madzhab, bukan kelompok, bukan ormas, tapi manhaj. Satu cara, sata arah, supaya kita beribadah mengikuti tuntunan yang dulu yang Rasulullah yang disampaikan kepada para shahabat, yang disampaikan kepada para tabi’in. Itu masa lalu dulu. Kita ikuti jalannya. Nah, maka cara kita mengikuti jalan itu, cara kita disebut salafi. Sebetulnya semua orang Islam itu gak ada yang gak Salafi. Semua salafi. Semua salafi. Tidak mungkin. Misalnya ada orang yang mengaku : ‘saya bukan salafi’, maka berarti shalatnya beda itu. Pasti salafi. Nggak mungkin. Pasti salafi, karena salafi itu artinya ikut yang dulu. Ikut Nabi . Manhajnya. Salafi itu bukan golongan tertentu, bukan kelompok tertentu, bukan eksklusif ini salafi yang lain bukan, maka tidak. Salafi itu manhaj. Nanti satu saat akan saya tunjukkan. Ibu kalau mau akan saya berikan slidenya…..”.
Kemudian beliau mencontohkan praktek ibadah shalat dengan variasi dalil yang ada. Dalam kesempatan lain (video berjudul Semua Muslim Adalah Salafi) dikatakan hal yang senada (menit : 00:28):
Maka di sini ada istilah manhaj salaf. Orang-orang yang mengikuti manhaj ini, sejalur dengan ini sampai ke ujungnya kemudian bermuara ke Rasulullah , maka orangnya disebut dengan salafi. Jadi salafi itu bukan istilah khusus, atau nama khusus, untuk golongan tertentu, aliran tertentu, kelompok tertentu. Semua orang Islam pasti salafi. Bapak Salafi ya ?...Bukan pak, saya Doni…. Iya, nama bapak Doni, cuma bapak pasti melewati jalur ini… pasti ini…. Jadi teman-teman sekalian, tidak ada yang tidak salafi. Pasti salafi. Dan jangan juga mengatakan kepada orang : ‘O ini manhajnya bukan salaf ini’. Lalu apa (kalau bukan salafi) ?”
[selesai kutipan sampai menit 01:12].
Abu-Jauzaa’ berkata:
Jika salafiy adalah orang-orang yang mengikuti cara beragama as-salafush-shaalih, maka mereka itu (as-salafush-shaalih) utamanya adalah tiga generasi pertama : Rasulullah dan para shahabatnya, taabi’iin, dan atbaa’ut-taabi’iin. Mereka adalah generasi yang diridlai Allah ta’ala sebagaimana firman-Nya:
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” [QS. At-Taubah : 100].
Generasi terbaik, sebagaimana sabda Nabi :
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ
“Sebaik-baik manusia adalah orang-orang yang hidup pada jamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka. Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3651, Muslim no. 2533, At-Tirmidziy no. 3859, Ibnu Maajah no. 2363, dan yang lainnya].
Setelah itu, Nabi bersabda tentang keadaan umat sepeninggal beliau:
وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Akan berpecah umatku ini menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu (yang masuk surga)”. Mereka (para shahabat) bertanya : “Siapakah ia wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab : “Apa-apa yang aku dan para shahabatku berada di atasnya” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2641, Al-Haakim 1/218-219, Ibnu Wadldlah dalam Al-Bida’ hal. 85, Al-Ajurriy dalam Asy-Syarii’ah 1/127-128 no. 23-24, dan yang lainnya].
Dalam riwayat lain:
مَنْ كَانَ عَلَى مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِي
“Siapa saja yang berada di atas jalan yang aku dan para shahabatku berada di atasnya pada hari ini” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Ash-Shaghiir 2/29-30 no. 724 dan Al-Ausath 5/137 no. 4886].
Dalam riwayat lain:
وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
Ia adalah Al-Jamaa’ah” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4597].
Hadits di atas selaras dengan hadits ‘Irbaadl bin Saariyyah, dari Nabi , beliau bersabda:
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ.....
“Karena siapa saja di antara kalian yang hidup setelahku akan menyaksikan banyaknya perselisihan. Wajib atas kalian berpegang teguh terhadap sunnahku dan sunnah Al-Khulafaur-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Peganglah erat dan gigitlah ia dengan gigi geraham….” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 4607, At-Tirmidzi no. 2676, Ahmad 4/126-127, dan yang lainnya; shahih].
Hadits-hadits ini menginformasikan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, dan hanya satu kelompok saja yang selamat, yaitu orang-orang yang mengikuti jalan Rasulullah dan para shahabatnya dengan sebenar-benarnya. Merekalah salafi (sesuai dengan pengertian sebelumnya). Merekalah Ahlus-Sunnah, sebagaimana dikatakan As-Sam'aaniy rahimahullah mengenai ciri pokok mereka:
شعار أهل السنَّة اتباعهم السلف الصالح، وتركهم كل ما هو مبتدع محدث
"Syiar Ahlis-Sunnah adalah sikap ittiba' mereka kepada As-Salafush-Shaalih, dan meninggalkan segala sesuatu yang diada-adakan (dalam agama)" [Al-Intishaar li-Ashhaabil-Hadiits hal. 31].
Selain mereka (Salafi/Ahlus-Sunnah), maka masuk dalam 72 golongan sisanya yang terdiri dari kelompok-kelompok menyimpang dalam Islam yang tidak mengikuti jalan as-salafush-shaalih.
Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahumallah berkata:
شعار أهل البدع: هو ترك انتحال اتباع السلف
"Syiar Ahli Bid'ah adalah meninggalkan penerimaan dalam ittiba' terhadap salaf" [Majmuu' Al-Fataawaa, 4/155].
Kelompok menyimpang/ahli bid’ah yang masuk ke kelompok sempalan yang 72 buah itu diantaranya apa yang dikatakan oleh Yuusuf bin Asbath rahimahullah:
أُصُولُ الْبِدَعِ أَرْبَعٌ: الرَّوَافِضُ، وَالْخَوَارِجُ، وَالْقَدَرِيَّةُ، وَالْمُرْجِئَةُ، ثُمَّ تَتَشَعَّبُ كُلُّ فِرْقَةٍ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ طَائِفَةً، فَتِلْكَ اثْنَتَانِ وَسَبْعُونَ فِرْقَةً، وَالثَّالِثَةُ وَالسَّبْعُونَ الْجَمَاعَةُ الَّتِي قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: إِنَّهَا النَّاجِيَةُ "
“Pokok-pokok kebid’ahan ada 4 (empat), yaitu Raafidlah, Khawaarij, Qadariyyah, dan Murji’ah. Kemudian masing-masing firqah tersebut bercabang-cabang lagi menjadi 18 golongan sehingga totalnya menjadi 72 firqah. Dan yang ke-73 adalah Al-Jamaa’ah yang disabdakan Nabi : ‘Inilah firqah/kelompok yang selamat” [Diriwayatkan oleh Al-Aajurriy dalam Asy-Syarii’ah no. 17].
Ada perkataan ulama lain yang merinci untuk 72 kelompok sempalan ini selain dari penjelasan Yuusuf bin Asbath rahimahullah di atas. Ke-72 kelompok tersebut masih memiliki pokok Islam, namun menyimpang dari jalan as-salafush-shalih.
Jika demikian, apakah dapat dibenarkan untuk dikatakan semua muslim adalah salafiy ?. include di dalamnya kelompok-kelompok sempalan/ahli bid’ah yang menggembosi Islam dari dalam ?. Tentu tidak.
Adz-Dzahabiy rahimahullah ketika menyebutkan biografi para ulama Ahlus-Sunnah yang kuat ittiba’-nya kepada as-salafush-shaalih, menyifatinya dengan salafiy. Diantaranya, ketika menyifati Ad-Daaraquthniy rahimahullah:
لم يدخل الرجل أبدا في علم الكلام ولا الجدال، ولا خاض في ذلك، بل كان سلفيا
“Ia (Ad-Daaraquthniy) tidak masuk sama sekali dalam ilmu kalam dan jidal (perdebatan), serta tidak pula mendalaminya. Bahkan ia seorang salafy” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’ 16/457].
Juga Abul-‘Abbas Ahmad bin Al-Muhaddits Al-Faqiih Majduddiin ‘Isaa bin Al-Imaam Al-‘Allamah Muwaffaquddiin ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah:
وكان ثقة ثبتا، ذكيا، سلفيا، تقيا، ذا ورع وتقوى
“Ia seorang yang tsiqah (terpercaya), tsabt, pandai, salafiy, hati-hati, punya sifat wara’ dan taqwa…” [Idem, 23/118].
Sebaliknya, ketika menyebut orang-orang yang manhaj atau ‘aqidahnyanya ‘bermasalah’, Adz-Dzahabiy rahimahullah mensifati mereka dengan kebid’ahannya. Misalnya, Ibraahiim bin Abi Yahyaa Al-Aslamiy Al-Madaniy:
قدري، معتزلي، يروى أحاديث ليس لها أصل. وقال البخاري: تركه ابن المبارك والناس. وقال البخاري أيضا: كان يرى القدر، وكان جهميا.
Qadariy, mu’taziliy. Ia meriwayatkan hadits-hadits yang tidak ada asalnya. Al-Bukhaariy berkata : ‘Ibnul-Mubaarak dan orang-orang meninggalkannya’. Al-Bukhaariy juga berkata : ‘Ia memiliki pandangan qadariyyah, seorang jahmiy” [Miizaanul-I’tidaal, 1/57-58 no. 189].
Ibraahiim bin Thahmaan :
ثقة متقن من رجال الصحيحين، وكان مرجئاً
Tsiqah, mutqin, termasuk perawi kitab Ash-Shahiihain, namun ia seorang Murji’ (memiliki pemikiran Murji’ah)” [Ar-Ruwaatuts-Tsiqaat Al-Mutakallamu fiihim, hal. 35 no. 1].
Al-Hasan bin Shaalih bin Hay :
مع جلالة الحسن وامامته كان فيه خارجية.
“Bersamaan dengan keagungan dan keimaman Al-Hasan, namun padanya ada pemikiran Khawaarij (Khaarijiyyah)” [Tadzkiratul-Huffadh, 1/217].
So, apakah kita pikir paham Raafidlah, Khawaarij, Qadariyyah, Murji’ah, dan yang lainnya itu telah punah di dunia saat ini ?. Jawabannya : tidak. Malah mereka telah bermutasi dengan berbagai nama sehingga hakekatnya menjadi samar dari kejauhan.
Diantaranya, Khawaarij pada hari ini berada di bawah bendera ISIS yang menghalalkan darah kaum muslimin di berbagai penjuru negeri, dari Timur sampai Barat. Mereka muslim,…. tapi apakah mereka salafi ?. Kalau Anda mengatakan Salafi; mohon maaf, saya jelas tidak sependapat.
Apabila, slogan semua muslim adalah salafi dimaksudkan sebagai ajakan liberalisasi salafi/ahlus-sunnah dengan menyatukan semua kelompok Islam, tak peduli benar atau salahnya ‘aqidah dan manhaj mereka dalam baju salafiy; tentu ini menyalahi kaedah. Tidak mungkin dua hal yang berlawanan untuk disatukan : Sunnah dengan Bid’ah, Salafi/Ahlus-Sunnah dengan Ahli Bid’ah.
Di sini point pentingnya.
[bersambung, insya Allah – abul-jauzaa’, 300032017, 9:52 WIB - rinciannya dapat dibaca pada artikel Kebaikan dan Kejelekan Terjadi atas Takdir (Qadar) Allah]




[1]      Pertama, karena itu merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Sama seperti ketika Anda ditanya : ‘Apa pandangan Anda tentang Ayam Bakar Wong Solo ?’. Tentu Anda bebas menjawab sesuai pandangan Anda. Enak, tidak enak, tidak tahu, atau bahkan tidak menjawab sama sekali.
Kedua, jawaban tersebut sifatnya tertutup untuk anggota grup, khususnya yang bertanya. Hanya saja, karena kurangnya sifat amanah sebagian anggota grup, rekaman jawaban itu pun menyebar keluar (padahal sudah dipesan untuk tidak disebarkan). Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Alloh dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui" [QS. Al-Anfaal : 27].
Inilah adab yang banyak dilupakan oleh banyak anggota grup media sosial yang sifatnya tertutup (WA, path, dll.). Nabi bersabda:
أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
Tunaikanlah amanah pada orang yang memberikan amanah kepadamu dan jangan khianati orang yang telah mengkhianatimu” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1264, Abu Daawud no. 3535, Ad-Daarimiy no. 2600, Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykiilil-Aatsaar no. 1831-1832, dan yang lainnya; dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Ash-Shahiihah no. 423].
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ، إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga : Jika berbicara berdusta, jika berjanji tidak menepati, dan jika dipercaya dia berkhianat” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 33 & 2682 & 2749 & 6095, Muslim no. 59, At-Tirmidziy no. 2631, dan yang lainnya].
[2]      Itulah yang dilakukan para ulama zaman ke zaman. Bukan hanya dilakukan oleh ‘duaat Rodja’ saja (sebenarnya saya tidak nyaman menggunakan frasa ini). Bahkan (sebaliknya), yang mentahdzir ‘duaat Rodja’, ‘pendengar Rodja’, salafi, wahabi, dan yang semisalnya; banyak, dan lebih banyak. Termasuk diantaranya yang menggoreng masalah ini…. Gak percaya ?
Tentang tahdzir,….. dulu, ‘Aliy bin Abi Khaalid pernah menceritakan kepada Al-Imaam Ahmad bin Hanbal rahimahumullah tentang seorang syaikh yang duduk bermajelis dengan Al-Haarits Al-Muhaasibiy (mubtadi’). Syaikh tersebut telah dinasihati agar tidak bermajelis dengannya, namun tetap saja ia bermajelis dengannya. ‘Aliy bin Abi Khaalid berkata:
فرأيت أَحْمَد قد أحمر لونه، وانتفخت أوداجه وعيناه، وما رأيته هكذا قط، ثم جعل ينفض، ويقول: ذاك؟ فعل اللَّه به وفعل، ليس يعرف ذاك إلا من خبره وعرفه، أويه، أويه، أويه، ذاك لا يعرفه إلا من خبره، وعرفه، ذاك جالسه المغازلي، ويعقوب، وفلان، فأخرجهم إلى رأي جهم، هلكوا بسببه،
فقال الشيخ: يا أبا عَبْد اللَّه، يروي الحديث، ساكن خاشع، من قصته، ومن قصته؟ فغضب أَبُو عَبْدِ اللَّهِ، وجعل يقول: لا يغرك خشوعه ولينه، ويقول لا يغتر بتنكيس رأسه، فإنه رجل سوء، ذاك لا يعرفه، إلا من قد خبره، لا تكلمه، ولا كرامة له، كل من حدث بأحاديث رَسُول اللَّهِ ﷺ وكان مبتدعا، تجلس إليه؟ لا، ولا كرامة، ولا نعمى عين
Maka aku melihat wajah Ahmad memerah, serta urat leher dan kedua matanya menjadi membesar (karena menahan amarah). Aku belum pernah melihatnya seperti ini sebelumnya sama sekali. Setelah mereda, beliau rahimahullah berkata : “Orang itu (Al-Haarits) ? Semoga Allah menimpakan sesuatu kepadanya. Tidak ada orang yang mengenalnya kecuali orang yang tahu dan kenal dengannya. Ah…ah…ah… Orang itu, .... tidak ada yang mengenalnya kecuali orang yang tahu dan kenal dengannya. Al-Maghaazaliy, Ya’quub, dan Fulaan telah bermajelis dengannya, lalu ia (Al-Haarits) menjerumuskan mereka kepada pemikiran Jahm (bin Shafwaan), hingga mereka binasa dengan sebab dirinya”.
Maka syaikh itu berkata : “Wahai Abu ‘Abdillah, ia (Al-Haarits) meriwayatkan hadits, tenang, lagi khusyu’. Dan ceritanya begini dan begitu”. Abu ‘Abdillah marah dan berkata : “Jangan engkau tertipu dengan kekhusyukan dan kelembutannya. Jangan engkau tertipu dengan kepalanya yang tertunduk, karena ia adalah orang yang jelek. Tidak ada orang yang mengenalnya kecuali orang yang tahu tentangnya. Jangan engkau berbicara dengannya. Tidak ada kemuliaan padanya. Apakah semua orang yang berbicara tentang hadits-hadits Rasulullah sementara ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah); boleh untuk bermajelis dengannya ?. Tidak, tidak ada kemuliaan padanya. Kita tidak boleh membutakan mata kita (terhadap hal itu)” [Thabaaqatul-Hanaabilah, 2/149-150].
Beberapa pelajaran dari kisah di atas:
a.    Hakekat kesalahan/kesesatan seseorang seringkali hanya diketahui oleh orang-orang tertentu yang telah mengenalinya.
b.    Tahdzir dilakukan para ulama terhadap ahli bid’ah dan/atau pelaku penyimpangan dalam rangka menjaga agama dan kaum muslimin.
c.     Nasihat untuk tidak bermajelis dengan ahli bid’ah dan/atau pelaku penyimpangan karena dapat menjerumuskan dalam kesesatan/penyimpangannya tanpa disadari.
d.    Sebagian manusia terkelabuhi oleh ilmu yang disampaikan ahli bid’ah dan/atau pelaku penyimpangan dan akhlaq yang nampak darinya, sehingga kesesatan/penyimpangannya menjadi samar.
e.    Anjuran untuk bertanya kepada ahli ilmu terkait permasalahan agama yang ia hadapi.
Wallaahu a’lam.
[3]      Mungkin ini keseleo lidah (slip of tongue), karena yang dikatakan tersebut adalah aliran Jabriyah sebagai opposite dari Qadariyyah. Mereka (Jabriyyah) berkata : Sesungguhnya para hamba dipaksa dalam perbuatan-perbuatan mereka, dan mereka tidak mempunyai pilihan. Apabila suatu perbuatan disandarkan kepada makhluk, maka itu hanyalah majaziy saja, karena yang berbuat secara hakiki adalah Allah. Hamba tidak ubahnya seperti kayu yang hanyut di air atau daun yang tertiup angina.
Adapun Qadariyyah, maka mereka menafikkan takdir dengan berbagai tingkatannya.
قِيلَ لابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنَّ قَوْمًا يَقُولُونَ: لا قَدَرَ، قَالَ: فَقَالَ: أُولَئِكَ الْقَدَرِيُّونَ أُولَئِكَ مَجُوسُ هَذِهِ الأُمَّةِ
Dikatakan kepada Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhu : “Sesungguhnya ada satu kaum yang mengatakan : ‘tidak ada qadar”. Makai ia (Ibnu ‘Umar) berkata : “Mereka adalah Qadariyyah. Mereka adalah Majusinya umat ini” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah no. 958 dan Ibnu Baththah dalam Al-Ibaanah no. 1517].
[4]      Yaitu, beriman bahwa Allah ta’ala mengetahui segala sesuatu yang ada maupun yang tidak ada; yang mungkin maupun yang tidak mungkin (mustahil); yang telah terjadi, sedang terjadi, dan yang belum terjadi; serta mengetahui bagaimana terjadinya. Dalilnya diantaranya adalah firman Allah ta’ala:
لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu” [QS. Ath-Thalaq : 12].
[5]      Yaitu, beriman bahwa Allah ta’ala telah menuliskan segala sesuatu di sisi-Nya, di Lauh Mahfuudh, 50.000 tahun sebelum Allah ta’ala menciptakan langit dan bumi. Maka, tidak ada sesuatu yang telah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi luput dari Lauh Mahfuudh.
Allah ta’ala berfirman:
وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ * وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُسْتَطَرٌ
“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis” [QS. Al-Qamar : 52-53].
[6]      Yaitu beriman bahwa segala sesuatu yang ada hanya terjadi dengan keinginan dan kehendak Allah ta’ala. Tidak ada sesuatupun yang terjadi melainkan apa yang telah dikehendaki Allah. Apa yang dikehendaki Allah ta’ala pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki Allah ta’ala tidak akan terjadi.
[7]      Yaitu, beriman bahwa Allah ta’ala adalah Pencipta segala sesuatu, baik dzat maupun perbuatannya; semua yang bergerak dan gerakannya; serta yang ada, yang pernah ada, maupun yang belum ada. Oleh karena itu, tidak ada sesuatupun di langit dan di bumi kecuali Allah ta’ala adalah Penciptanya.
[8]      Juga diriwayatkan dari ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz radliyallaahu ‘anhu.
عَنْ مَالِك، عَنْ عَمِّهِ أَبِي سُهَيْلِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ أَسِيرُ مَعَ عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، فَقَالَ: " مَا رَأْيُكَ فِي هَؤُلَاءِ الْقَدَرِيَّةِ ؟ فَقُلْتُ: رَأْيِي أَنْ تَسْتَتِيبَهُمْ فَإِنْ تَابُوا وَإِلَّا عَرَضْتَهُمْ عَلَى السَّيْفِ، فَقَالَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ: " وَذَلِكَ رَأْيِي ". قَالَ مَالِك: وَذَلِكَ رَأْيِي
Dari Maalik, dari pamannya yaitu Abu Suhail bin Maalik, ia berkata : Aku pernah berjalan bersama ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz, lalu ia bertanya : "Apa pendapatmu tentang orang-orang Qadariyah?". Aku menjawab : "Menurutku, engkau mesti meminta mereka untuk bertaubat. Jika mereka bertaubat, maka diterima. Namun jika tidak mau bertaubat, maka engkau bunuh mereka dengan pedang”. ‘Umar bin ‘Abdil-‘Azii berkata : "Itu juga pendapatku". Maka Maalik (bin Anas – perawi riwayat ini) berkata : "Dan itu juga pendapatku” [Al-Muwaththa’].

Comments

Cake (Catatan kecilku...) mengatakan...

terima kasih infonya ustadz abul jauza...ilmu yang bermanfaat!

Unknown mengatakan...

ma syaa Allah

eltansaa mengatakan...

assalamualaikum. ngapunten ustadz mau bertanya ustadz utk meyakinkan apa yg sya pahami biar g samar2. kaum muslimin yg berorganisasi di Muhammadiyah, PKS, Persis, HTI dan NU (NU disini yg dimaksud bkn NU yg cenderung Syiah) apakah termasuk dlm golongan salafi/ahlussunnah ?
matur nuwun

Unknown mengatakan...

Barokallah fiikum.
Boleh dicopas Syaikh,agar lebih mudah dibaca,tanpa membuka blog.

Anonim mengatakan...

@abul jauza
ust, antum berani ga datang langsung ke masjid al ihsan di bekasi untuk membicarakan hal ini dengan adi hidayat langsung, seluruh akomodasi siap ditanggung oleh adi hidayat.
sebab kalau cuma menulis, gampang, ilmu sudah ada di buku, internet, komputer, yang ini ga membekas, yang membekas adalah ilmu dari hati ke hati, sebab ana ga yakin apa yang antum tuliskan di atas ada dalam dada. berbicaralah dengan adi hidayat jika memang berani.

Unknown mengatakan...

Jazakallah khoir ustadz

Unknown mengatakan...

Masya Allah Tabaarakallah ustadz... Sangat bermanfaat

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@eltansa,.... kalau sudah baca artikel di atas, saya kira antum bisa menjawabnya. Seandainya pun antum tak yakin 100%, tak apa memegang prasangka kuatnya.

@anonim 30 Maret 2017 15.23, .... pegang saja ketidakyakinan antum, insya Allah lebih sehat. Tidak baik antum jadi sakit maag hanya karena memikirkan yakin-tidak yakin terhadap saya.

Orcasnow mengatakan...

abaarakallah ustadz... Sangat bermanfaat

Anonim mengatakan...

alhamdulillah jazakallah khairan atas bantahan kepada ustad adi, karena kami yang awam sebenarnya gak tahu kesalahan2 ust. adi.....inilah enaknya zaman medsos, cepat dapat info......

Unknown mengatakan...

Barakallahu fiikum Ustadz..

KUPAKAI Store mengatakan...

“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara” - HR. Bukhari & Muslim

Qs. Al-Hujuraat : 12
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.

Anonim mengatakan...

Info ttg LDII, bagaimana status nya sekarang?
Tentang baiat dan mankul
Mohon pencerahan

abdul mengatakan...

ماشاءالله ، kritikan yg baik dan sesuai dalil..بارك الله فيك..

Syahid mengatakan...

kebenaran itu tidak di ukur dengan siapa yang menang debat. kebenaran itu di ukur dengan Dalil yg shohih dengan pemahaman ulama yang shohih....

Unknown mengatakan...

Yes!!
Prove it Mr Abul-Jauzaa.
Can you???

Anonim mengatakan...

apakah pernyataan keliru ustadz adi hidayat tentang penjelasan takdir sudah mendapat tanggapan?

Unknown mengatakan...

Jazakallahu khoir ustadz

ALH mengatakan...

Assalamualaikum ustdz abul jauza, apakah layak nasihat kepada seseorang dibroadcast via media seperti ini? Bukankah ini sama saja menampakan aib sesama muslim? Bukankah lebih baik menasehatinya langsung tanpa diketahui banyak orang dan agar yang bersangkutan mengklarifikasi sendiri ke khalayak ramai dalam jamaahnya? Bukankah Imam Ahmad pernah melakukan hal tersebut dengan menasehati sendiri dengan malam2 datang untuk menjaga kehormatan yang melakukan pemikiran yang salah tanpa diketahui orang banyak....afwan hanya komentar dari hamba yang miskin ilmu ini

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Arif Lukman Hakim,.....

1. Layak.

2. Tidak.

3. Belum tentu.

4. Saya tidak tahu riwayat Imam Ahmad yang antum maksud. Kalaupun ada, maka banyak pula riwayat Imam Ahmad menjelaskan kesalahan orang di majelis beliau/depan orang banyak. Itu tergantung maslahat-mafsadatnya. Jika kesalahan sudah menyebar, maka perbaikan yang dilakukan bukan terbatas kepada pelakunya, namun juga kaum muslimin yang lain. Maka di sini diperbolehkan atau bahkan dianjurkan melakukan bantahan/pengingkaran secara terang-terangan sebagai bentuk nasihat kepada umumnya kaum muslimin. Lain halnya jika kesalahannya bekum menyebar atau tidak dilakukan terang-terangan, maka pengingkarannya lebih baik terbatas pada yang bersangkutan saja.

wallaahu a'lam.

Anonim mengatakan...

Assalamuallaikum, saya berhusnudzhon terhadap tulisan ini.. hanya saja disayangkan jika banyak saudara2 kita yg awam (termasuk saya) menjadi bingung terhadap para guru2 kami, bukankah lebih baik jika khilafiyah ini lsg disampaikam kepada yg bersangkutan tanpa harus dipublikasikan, afwan saya hanya khawatir ini dapat menjadi tembok diantara para jama'ah.

Anonim mengatakan...

Kalau yg membela bahkan mencela pihak yg mengkritisi kelirunya pendapat bhw semua muslim pasti salafiy hanya karena fiqihnya mengambil dr 4 imam mazhab, itu adalah orang2 awwam, atau kaum sufi, mu'tazilah, quburiyyun, kita bisa mafhum. Tapi ternyata pembelaan ini (sikap tidak terima) juga menjangkiti sebagian ikhwah yg dikenal lama belajar manhaj salaf.. musibah.
Kemana dulu waktu belajar ketika tahzir kibar sahabat atas paham qodariyyah, khowarij, rofidhoh? Bukankah ahkam fiqih mereka sama dgn nabi & sahabat? Apa mereka ini mau dikatakan juga bermanhaj salaf? Begitu jg tahzir ulama2 terdahulu terhadap penyimpangan manhaj ahli kalam, mu'tazilah, asy'ariyyah, dll.. hingga kelompok teroris isis pun ditahzir, tanpa melihat mereka dr segi ahkam fiqihnya.

Unknown mengatakan...

جزاك الله خيرا وبارك الله فيك

abu.luqman mengatakan...

Tolong soroti juga sikap yang aneh dari ustadz abdulloh taslim yang seakan akan menganggap tidak ilmiyyah mencantumkan nomor hadits dan nomor ayat. Dan apa benar yg dikatakan abdullah taslim yg mengatakan bahwa alwi al maliki mengajak menyembah dirinya?

Memang alwi maliki dikenal madzhab sufi nya, tapi apa benar dia ini mengajak murid2nya untuk menyembah dirinya?

Unknown mengatakan...

Alhamdulillah, ana bersyukur dan banyak mengambil faedah dari tulisan ini dan ana anggap ini catatan pelengkap dari sikap asatidzah semisal ustadz Abdulloh Taslim hafidzohulloh terhadap ustadz Adi Hidayat, baarokallohu fiyka ustadz Abul Jauzaa..

Unknown mengatakan...

Mumtaz...Semakin jelas manhaj Ustadz Adi Hidayat, kasian teman teman yang sudah kadung memfavoritkan, memandang kebenaran bukan dgn dalil tapi dengan perasaan, ketika ustadz favorit nya di kritik seakan disambar petir.

Anonim mengatakan...

Kalau pemerintah, menyebar se antero negeri pun tetap harus sembunyi2 ya tadz,..saking sembunyinya entah sang pemimpin sampai atau tidak.

Unknown mengatakan...

husnudzon saya sih begini .. sepertinya ustadz Adi H agak kesulitan untuk menerangkan poin-2 yg dibahas diatas (ttg taqdir dan salafy) agar orang awam bisa jelas dan mengerti .. banyak orang (apalagi yg awam) terperangkap kedalam istilah "taqdir dan salafy" dg "salah faham" .. semoga ustadz Adi Hidayat akan banyak belajar dan akan lebih baik lagi dimasa yang akan datang .. Aamiin

Abu Nida dan Faiz mengatakan...

izin copas artikelnya, ustadz.

Anonim mengatakan...

Goblog kamu.

rofi mengatakan...

saya juga merasa agak gimanaaa gitu saat Ustadz Adi Hidayat menjelaskan tentang khilafiyyah dalam masalah qunut shubuh.

kurang sreg dengan pernyataannya "anda pake haditsnya Imam Bukhari tapi membid'ahkan qunut shubuh, padahal Imam Bukhari pake qunut shubuh"

Unknown mengatakan...

Maaf ustadz, saya mau tanya. Jd perbedaan qodar dan takdir apa? Jd, kalau seseorang sdh ditakdirkan masuk neraka, ya masuk neraka gitu walo sudah beriktiar utk berubah?

Unknown mengatakan...

Iya Pak deh.. antum yang paling bener dan lurus.
Tapi lebih baik antum berkenan datang ke majlisnya UAH supaya klarifikasinya jelas

Unknown mengatakan...

Yang ana pahami maksud dari salaf yg di sampai kan ustadz adi hidayat adalah semua yg melalui dari imam 4 mazhab adalah salafi,,krn dari mereka lah kita mengetahui nya,,tidak mngkn langsung ke sahabat atau rasulullah..terkait qunut shubuh ga ada yg salah kayak nya toh imam mazhab ga ribut,kenapa kita yg ribut..bukankah ada hukum dan sikap hukum... Hambali tidak meributkan syafii.. Selesai

Unknown mengatakan...

https://konsultasisyariah.com/523-apa-makna-salaf-salafi-atau-salafiyun.html

Senada dengan ini

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Intan Purnamasari,.... saya tidak tahu referensi yang membedakan antara qadar dengan taqdir sebagaimana yang dikatakan Ustadz Adi. Sependek yang saya baca, pembedaan itu adalah antara Qadla dan Qadar. Ada perincian yang lain.....

@Alfian Septiaji Prakoso, he he he... kok bahasanya seperti yang saya singgung di artikel. Jangan-jangan antum yang memviralkan kata 'paling benar'. Di sini saya kan hanya mengkritisi saja. Apakah salah ?. Ceramah beliau tersebar melalui media-media internet, dan saya pun menulis di media yang sama. Apakah karena saya menulis terkait objek Ustadz Adi Hidayat, caranya jadi salah ?. Di Blog ini pernah saya tulis tentang Quraish Shihab tentang ceramahnya di salah satu TV. Orang-orang seperti antum gak ada yang ribut. Gak ada pula yang menyarankan menemui Quraish Shihab. Di Blog ini saya juga pernah menulis tentang Kiyai SAS, Orang-orang seperti antum gak ada yang ribut dan nyuruh nemui SAS. Sekali lagi, sekarang, saya nulis tentang Ustadz Adi Hidayat,... kok jadi ada mekanisme lain ?. Adapun masalah menemui, semoga nanti ada yang menemui beliau secara pribadi dan mendiskusikan masalah ini. Saat ini saya lebih dimudahkan untuk menuliskannya di Blog.

@Jhony chania,.... sebenarnya salah kaprah. Ketika beliau mengatakan:

Kalau Anda ingin belajar Al-Qur'an dan As-Sunnah, mustahil Anda keluar dari ajaran yang dibawa keempat ulama ini (Abu Haniifah, Maalik, As-Syaafi'iy, dan Ahmad). Pasti lewat ini.....'

maka ini kurang valid juga.

Pertama, tidak semua ilmu dan periwayatan melewati imam yang 4. Banyak pendapat fiqh yang menjadi khazanah Islam di luar pendapat imam yang 4. Misalnya dalam masalah kewajiban yang harus dilakukan bagi wanita hamil dan/atau menyusui yang tidak berpuasa di bulan Ramadlan. Ragam pendapat dalam masalah ini tidak hanya keluar dari imam yang 4....

Kedua, masih terkait dengan yang pertama, imam mujtahid (madzhab) tidak terbatas pada imam 4 saja. Al-Laits bin Sa'd rahimahullah adalah seorang imam mujtahid dalam fiqh selain dari 4 imam madzhab yang terkenal. Hanya saja madzhabnya tidak tersebar - sebagaimana madzhab yang 4 - karena murid-muridnya tidak menyebarkan ilmunya. Asy-Syaafi'iy rahimahullah berkata tentang Al-Laits bin Sa'd :

الليث أفقه من مالك إلا أن أصحابه لم يقوموا به

"Al-Laits lebih faqih daripada Maalik. Namun murid-muridnya tidak turut andil menyebarkan ilmu (madzhabnya)" [Tahdziibut-Tahdziib].

Selain itu, ada fuqahaa lain seperti Sufyaan Ats-Tsauriy yang dikatakan Al-Khathiib Al-Baghdaadiy rahimahumallah:

كان إماما من أئمة المسلمين و علما من أعلام الدين مجمعا على أمانته بحيث يستغنى عن تزكيته مع الإتقان و الحفظ ، و المعرفة والضبط و الورع و الزهد

"Ia termasuk imam dari imam-imam kaum muslimin, ulama dari ulama-ulama agama Islam yang disepakati amanatnya. Cukuplah tazkiyyah dirinya dengan ketelitian, hapalan, pemahaman, wara', dan kezuhudannya" [idem].

Pendapat-pendapat keduanya masih banyak terekam dalam berbagai riwayat dan kutipan kitab-kitab.

Kemudian,.... betapa banyak orang yang menisbatkan kepada ajaran imam 4 ternyata tidak seperti imam 4. Di artikel sudah saya sebutkan contoh tentang ISIS. Memangnya mereka tidak mengakui imam 4 sebagai imam mereka ? Mengakui. Tapi pemahaman mereka tidak seperti imam 4. Apakah kemudian kita katakan ISIS itu Salafi ?. Di dalam negeri ada LDII. Mereka bahkan ngaku punya sanad pada imam-imam kaum muslimin, sampai ke Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam. Lantas, apakah kemudian dengan tergopoh-gopoh kita katakan LDII itu Salafi ?.

Unknown mengatakan...

Setuju tadz,,bukankah itu jg yg di sampaikan beliau, ada dalil maka kerja kan ga ada tinggalkan..

Unknown mengatakan...

Kurang valid bukan berarti salah tadz,,mngkn butuh penjabaran yg lebih luas..

symfony-indonesia mengatakan...

can lah....

Anonim mengatakan...

Barakallahufiikk

Anonim mengatakan...

Barakallahufiik

Anonim mengatakan...

ustadz mungkin langsung aja sampaikan kritisi ini kepada ustadz adi hidayat, agar cepat diberi tanggapan.
karena saya juga ingin mendengarkan penjelasan ustadz adi terhadap pernyataan yang dianggap keliru

rofi mengatakan...

@jhony chania
jelas salah dong kalo beliau kait-kaitkan antara penggunaan haditsnya Imam Bukhari dengan mengikuti fiqih beliau.

lha anda sendiri dan juga Ustadz Adi Hidayat kan juga pake haditsnya Imam Ahmad, padahal Imam Ahmad mengharamkan qunut shubuh.

Unknown mengatakan...

lebih baik langsung ketemu saja, Ust. Adi Hidayat juga bersedia bertemu, biar akhirnya apa yang bermasalah bisa diperbaiki.

3-guna mengatakan...

Assalamu'alaikum...ini hanya sbg curhatan sy sbg org awam: Ustad yg dikritik paham quran hadis, ustad yg mengkritik paham quran hadis. Kebanyakan umat trmasuk sy awam thd quran hadis.. Terus mau sampai kapan kami ini dibingungkan oleh para ahli ilmu yg saling menghakimi, mengkritisi perbedaan2 yg belum jelas kekeliruan & kesalahannya... Jgn slahkan umat yg awam thd quran hadis klo saling mencela satu sama lain di medsos, klo ahli ilmunya bebas menghakimi satu sama lain d medsos...alangkah bahagianya kami org awam klo melihat para ahli ilmu saling bergandeng tangan lbh banyak memperlihtkan persamaannya daripada perbedaannya...kami cinta & rindu para ahli ilmu quran & hadis, duduk berasama sepertiny akan lebih baik bagi kemaslahatan umat.

Anonim mengatakan...

Sebagai faqir ilmu, saya tidak faham apa yang menjadi kekeliruan ustadz Adi. Jika keliru, apakah lebih bijak jika berkomunikasi langsung kepada ustadz Adi, dengan begitu jadi sama sama faham dimana letak kekeliruannya, banyak jamaah yang akhirnya gamang, bukankah kalau ustadz Adi sendiri yang meluruskan apa yang dianggap keliru, akan memberikan pemahaman yang benar kepada banyak orang yang sudah belajar padanya? Bukankah tahdzir itu berlaku jika sudah ada peringatan? Menanggapi tentang QS dan SAS, tidak ada yang ribut, karena kebanyakan orang sudah tahu bahwa dua nama ini terafiliasi syiah, jelas. Mohon maaf jika tidak berkenan, saling mengingatkan dalm kebenaran akan sangat mudah diterima dengan penyampaian yang santun, tulus dari hati, saya menyayangkan ada beberapa yang membabi buta dalam membela ataupun mencela. Terima kasih.

Kode pos mengatakan...

Jazakallahu khairan atas penjelasannya.. Semoga Allah memberkahi umur dan ilmu antum..

Syahid mengatakan...

Sama juga yg memfavoritkan duat rodja. ketika ustadznya di kritik seakan kesambar petir

stickylab mengatakan...

Assalamualaikum ,maaf pak ustad , spertinya antum malah bikin bingung saya nih ,,, kan pak ustad adi bilang smuanya itu salafi ,dan kalo ada yg bilang saya bukan salafi ( BRARTI SOLAT NYA BEDA ITU ) brarti ya Khawaarij bukan salafi lah mas kan pemahamanya beda dengan salafi howalah ,,, brarti ya adi hidayat benar lah

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Afa Khoir,.... wa'alaikumus-salaam. Justru di situlah letak kekeliruan beliau dalam mendefinisikan salafi. Seakan-akan, asal shalat maka salafi. Apakah antum pikir Khawaarij shalatnya berbeda dengan kita ?. Tapi kalau ada yang menganggap ustadz Adi Hidayat benar dalam statementnya tersebut, silakan. Tulisan ini tidak mewajibkan setiap orang untuk menerima/menyetujuinya.

abutahdzir mengatakan...

akhi jangan dipajang , lebih baik antum langsung tabayyun ...
ini bisa menjadi ghibah atau lebih beratnya menjadi fitnah...

secara tidak langsung antum membuat orang yang membaca mempercayai dengan sungguh 2 sesuatu yang belum antum crosscheck langsung dengan beliau...


sudahi akhi...

jangan memakan bangkai saudaramu..

Balor mengatakan...

Aswm afwan ust yang sy tangkap justru jangan terpaku dengan salafi, madzhab, dll tapi liat esensi nya yaitu beribadah sesuai Al Quran dan Hadist, dan karena salafi mendefinisikan sebagai kaum/ummat yang melaksanakan hanya bila sesuai dengan umat Islam generasi pertama yg pure berdasarkan Al Quran dan hadist, maka Umat Islam (seharusnya) semuanya salafi karena memang cuma itu asal hukum umat muslim. Bukan maksudnya semua muslim otomatis salafi(berkaidah salafi)

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Abutahdzir,.... kok bisa tulisan di atas dianggap ghibah (yang diharamkan) ?. Apakah di atas sedang membicarakan pribadi ?. Ini adalah kritikan berdasarkan apa yang dikatakan dengan sumber beberapa rekaman video yang dilakukan di waktu yang berlainan.

Mungkin ada yang berkata – dan memang telah dikatakan – bahwa tulisan ini sangat prematur karena hanya mengutip potongan-potongan video Ustadz Adi Hidayat, tidak utuh, terdistorsi, atau kreasi kalimat-kalimat yang semisal. Ada juga yang mengatakan kritikan-kritikan ini hanya mengambil faktor keseleo lidah/salah ucap/sabqul-lisaan/slip of tongue Ustadz Adi Hidayat hafidhahullah.

Benar, tulisan ini sebagiannya memang diambil dari potongan-potongan video beliau hafidhahullah. Namun perlu diingat, potongan video itu berasal dari official team beliau, bukan dari eksternal . Artinya, potongan video itu ya memang seperti itu maksudnya, bukan yang lain. Kalau memang potongan video itu tidak benar, ya jangan disebarkan oleh official team-nya. Ini pertama. Kedua, saya sudah berusaha hati-hati untuk membedakan mana kalimat yang berasal dari salah ucap, mana yang diucapkan karena memang dari ‘sononya’ begitu, alias terbangun dari pemahaman beliau hafidhahullah. Mungkin saja masih ada kekeliruan dari saya atau saya salah paham, silakan untuk dikritisi. Ketiga, selain potongan video pendek, saya juga menyimak yang versi panjang.

-------------

@Balor, begitu ya ?. Ya nggak apa-apa kalau antum memang menafsirkan demikian. Please feel free.... Saya sudah cermati rekaman penjelasannya, termasuk yang menjelaskan dengan bagan-bagan. Mengatakan semua muslim adalah salafi/Ahlus-Sunnah bagi saya tidaklah valid. Alasannya sudah saya kemukakan. Silakan baca kembali (dan saya yakin antum telah membacanya).

Anonim mengatakan...

@Abu Al-Jauzaa'
assalamualaikum...tks atas artikelnyaa..saya hanyalah awam yg fakir ilmu yang ingin masuk surga bersama orang2 sholeh..kita do'akan semoga sampeyan, ust adi hidayat dan siapa pun yg menyatakan bahwa Allah adalah sembahannya dan Muhammad SAW adalah Nabinya bisa masuk surga bertemu Nabi Muhammad dan kita bisa kumpul disurga....tiap manusia pasti berbeda dan begitupun antum,ana dan yang lainnya...antum lebih tinggi ilmuNya..Ana ingin mengkritisi "Kenapa antum mengkritisi tanpa bertemu beliau dehulu"..kami sebagai awam bingung kenapa antum langsung mengkritisi pernyataan lewat medsos yg byk perbedaan ini"..alangkah baiknya antum ketemu beliau dan tanyakan knpa pernyataan beliau seperti itu..nanti beliau verifikasi melalui kajian beliau..Jadi tidak menimbulkan kegaduhan umat dan tidak menimbulakn saling menyalahkan mazhab atau guru..ana paling ngeh sama orang yg saling menyalahkan antar umat,,,merasa benar sendiri tanpa verifikasi tanpa memikirkn persatuan umat..Tolong ana minta tolong dengan sangat,,kalau ingin kritisi pikir2 dulu sebelum terjadi perpecahan dan saling menyalahkan...ana yakin antum dan adi hiadayat tdk saling menyalahkan tapi orang2 yg belajar berguru dgn antum dan AH yg menyalhkan antar perguruan....TKS...

yang ini beda Topik
Saran juga buat teman2 yg punya ilmu yg tinggi dri suara umat nih..tolong dong jihad ke kampung pedalaman di kalimantan..kami perlu ilmu antum2 sekalian..kami perlu belajar islam yg murni...dan saran lagi kalau berdakwah di kampung pedalaman harap sesuaikn dengan pemahaman masyarakat,,jangan langsung tembak ini salah itu salah .. kalau dalam ilmu Tarbiyah itu pakai Fqih Dakwahny jgn Fiqih Hukumnya..
TKS

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Anonim, terima kasih atas doanya. Mengkritisi apa yang tersebar di medsos/media internet kok disyaratkan harus ketemu dulu. Kalau kesalahannya gak tersebar di media internet, tentu tak akan dituliskan artikel di atas. Bukankah dulu ketika Kiyai SAS dikritik di berbagai media gak ada yang ribut bikin syarat mesti diskusi dan ketemu dulu ?. Tapi sekarang UAH bikin blunder dan dikritisi secara substansi - bukan pribadi - , kok semua pada sakit kepala? Bikin syarat harus ketemu dan mediasi. Apa hubungannya ?. Kalau menurut antum sendiri bagaimana ? secara substansi apa yang ditulis di atas benar atau salah ?. Kalau memang tulisan di atas salah, tolong ditunjukkan dan diluruskan. Begitu pula dengan Ustadz Adi Hidayat. Tak perlu penjelasannya atau koreksinya dipersyaratkan harus ketemu dulu.

Yang beda topik dapat disampaikan ke Ustadz Adi Hidayat, barangkali beliau mau tinggal/menetap di pedalaman Kalimantan untuk berdakwah di sana. Insya Allah akan sangat bermanfaat ( --> boleh nggak kalau saya menyarankan demikian ? ).

Aco Zaki mengatakan...

Assalamualaikum ustadz.
Mohon maaf atas kebodohan saya & keburukan akhlak saya.
Katakanlah apa yg Ustadz sampaikan tsb adalah kebenaran, lalu ustadz AH menerimanya, kemudian beliau mengklarifikasi sendiri kesalahan serta memperbaikinya... Sungguh bukan kah itu lebih baik.
Pertanyaan saya... Apakah ustadz Abul Jauzaa sudah menyampaikan hal ini sebelumnya kepada ustadz AH?. Bukankah ini adab yg baik? Wallahu a'lam.
Semoga kalian ustadz2 pejuang Islam selalu dlm lindungan Allah. Aamiin.

3-guna mengatakan...

Assalamu’alaikum warahmatullâh wa barakâtuh…
Alhamdulillâh, was shalâtu was salâmu ‘alâ Rasûlillâh,.. Kami ingin menyampaikan sbb:

1) Mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yg telah memberi support, masukan serta aneka kebaikan yang insyâ Allâh bernilai mulia dan pahala. Terkhusus kalangan asatidz dalam maupun luar negeri, juga Dubes Libya untuk Indonesia.

2) Terbaru, kami menerima kunjungan Ust. Abu Nida (tokoh senior salafi Indonesia) bersama tiga pendamping beliau. Alhamdulillâh seluruhnya mendukung dakwah kami dan TIDAK SATUPUN menilai adanya penyimpangan dalam manhaj dan pemikiran kami, bahkan mengajak untuk membangun sinergi, menghindari kegaduhan dan mengabaikan tahdzir yang tidak disetujui oleh sebagian asatidz salafi lainnya. (Dialog kami terekam dalam bentuk video demi menghindari potensi provokasi )

3) Kami TIDAK AKAN MENANGGAPI berbagai wacana dan tulisan di dunia maya, terlebih berbagai artikel berkemas masukan yang hanya mengutip potongan video tanpa berkenan melakukan dialog dan tabayyun. Hal itu hanya akan melahirkan bantahan tanpa ujung yang berpotensi melahirkan kegaduhan. Hemat kami, orang yang gemar menilai dari potongan video premature hanya akan melahirkan murid yang pandai mencela dari potongan gambar.

4) Kami mengajak seluruh pihak, terlebih diri kami untuk fokus belajar, bermuhasabah, serta menghindari segala hal yang dapat merusak ilmu, akhlak dan amal.

Demikian, dengan ini kami nyatakan TIDAK AKAN MENANGGAPI LAGI persoalan terkait, MEMAAFKAN SELURUH PIHAK yang mungkin telah berbuat khilaf, serta MEMOHON MAAF pada seluruh pihak yang merasa tak tentram dengan persoalan dimaksud.
Wassalamu’alaikum warahmatullâh wa barakâtuh…

Adi Hidayat
Sumber:akhyar tv

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Wa'alaikumus-salaam warahmatullaahi wabarakatuh.

Adalah menjadi hak bagi ustadz Adi Hidayat tidak menanggapi kritikan yang disampaikan kepada beliau. Sah-sah saja.

Hanya begini:

Pada prinsipnya, siapapun yang BERANI mempublikasikan sesuatu, maka ia harus BERANI untuk dikritisi. Sebagaimana seseorang yang berani mempublikasikan jurnal ilmiah, maka ia HARUS siap dikritisi oleh siapapun secara tertulis. Seperti seseorang yang BERANI menuliskan opininya di koran/surat kabar, maka ia harus BERANI dikritisi oleh para Pembaca.

Jangan playing victim. Jangan merasa resah dan alergi jika ada tanggapan terhadap apa yang dipublikasikan sendiri olehnya. Sah-sah saja yang bersangkutan tidak menanggapi. Tapi jangan mensyaratkan bahwa orang boleh mengkritisinya JIKA telah bertemu/berkoordinasi dengannya. Jika demikian, sebaiknya apa yang disampaikan tidak dipublikasikan ke khalayak dan hanya dikonsumsi pribadi. Insya Allah,.... ini lebih aman dan tidak mengundang perdebatan.

Sejauh ini, yang dikritik bukan menyangkut pribadi, tapi lebih ke arah substansi materi. Siapakah yang menyebarkan video tersebut ?. Kami kah ? Orang lain kah ?. Justru Ustadz Adi Hidayat dan official teamnya. Artinya, video yang bertebaran di Youtube itu dipublikasikan atas keridlaan Ustadz Adi dan/atau ikhwah yang membantunya. Jangan lantas kemudian menyalahkan orang yang menyimak video yang beliau sebarkan sendiri. Playing victim, merasa terdhalimi..... Kemudian, insya Allah saya pribadi sudah berusaha menilai, mana perkataan yang terlahir dari salah ucap, mana perkataan yang terlahir dari pemikiran beliau. Misal masalah taqdir. Bukankah video beliau yang beredar tentang masalah itu di Youtube banyak ? Ada yang panjang, ada yang pendek. Dari situlah kita bisa menilai.

Dan ingat, jika antum merasa video yang antum edarkan sendiri mengandung kekeliruan karena ada pemotongan, yang menyimak dan mendengarkan bukan hanya saya. Tapi seluruh kaum muslimin di dunia ini yang dapat mengakses ceramah antum. Untuk itulah tulisan ini dibuat. Semoga dapat dipahami.

Adapun membawa-bawa nama seseorang hanya untuk menegaskan "saya benar" tanpa menjelaskan substansi permasalahan, saya yakin untuk sekelas ustadz Adi dapat menilai sendiri, apakah hal tersebut layak dijadikan sebagai jawaban.

Gundah boleh, tapi mengedepankan sikap ilmiah harus. Lagi pula, apa yang disampaikan masih dalam batas-batas etika dalam memberikan kritikan.

Saya yakin, meskipun tidak menanggapinya, apa yang dikritikkan kepada beliau sudah sampai. Dan saya tahu, memang hal itu telah sampai kepada beliau. Semoga itu dapat menjadi bahan perbaikan ke depannya. Bagi pembaca Blog ini (dan merekalah diantara tujuan utama dituliskannya artikel ini), semoga tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan pembanding dari apa yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat. Anda mau memperhatikan atau mengabaikan, itu hak Anda.

Unknown mengatakan...

Ustad badru,ustad zaenal,ustad khalid sama sma mengisi kajian di meajid ass salam brsama ustad Adi.tp knp mrka tidk menegurus ustad adi klo beliu telah menyimpag?.wktu ustad khalid ad yg salah dlm perytaan beliu tentag JT,ustad badru lgsung klarifikasi klo manhaj KHB g menyimpang..brrti kn ada komunikasi di luar layar,yg pada akhirnya KHB,lgsung klarifikasi terhadp kekeliruannya.
Klo cara kritik lewat medsos memang boleh y sudah,tp sya kira sudah cukupkn nasehat kritikannya lewat media.skrg tinggal ambil langakah selanjutnya,yaitu datagin Ustd AH silahkn dtang semua ustad yg meng tahzir beliu.maka dgn begtu akn cepat klear.
Ana yakin,artikel antum ini g akn di balas,bhkn mugkin g di baca.krn kesibuknnya.
Ditunggu kbarnya klo udh diakusi.
Semoga Alloh menjg antum,dan qt para pencari ilmu

Unknown mengatakan...

Kritikan /masukan lewat medianya ana kira sudaj ckup,sebaiknya dteangin atw undang ustad adi untuk dtg diskusi.iru akn capt klear.
Ust badru,ustd zaenal,ust munjir,ustd khalid,ust subhan sama sama pengisi ceramah di masjid assalam brsama ustad adi,tp mrka adem adem aj,klo emg ust adi menyimpang knp mreka g menegur.?

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Abu Afiqah, mungkin saya tahu apa yang antum tidak tahu. He he he....

Gak dibalas ya nggak apa-apa. Saya juga tidak sangat mengharapkan adanya respon balik. Itu adalah hak beliau, sebagaimana setiap pembaca Blog ini berhak merespon setiap artikel di dalamnya, baik di website mereka (dan ini sudah sangat banyak, bisa dicari di google), atau di kolom komentar seperti antum. Tidak harus berkoordinasi, bertemu, atau meminta izin dulu kepada saya.

Di atas bahkan sudah dikatakan, bahwa Ustadz Adi tidak akan menjawab/merespon kritikan. It's okay, no problemo.

Anonim mengatakan...

@abuafiqah

Afwan akhi kapan Ustadz Khalid dan ustadz Subhan Mengisi di masjid As Salam ? katanya antum salah deh.

Ustadz Khalid mengisi kajian di Masjid Al Ihsan Jaka Permai Sementara ustadz Subhan mengisi kajian di masjid Al Azhar Kalimalang

Kemudian Ustadz Zaenal dan ustadz Badrusalam sudah mennyampaikan sikap beliau mengenai hal ini dimana kedua asatidz membenarkan apa yang dilakukan Ustadz Abdullah Taslim

Kemudian Ustadz Badrusalam dan ustadz Zaenal tidak pernah satu majelis sama ustadz AH di Masjid As Salam bagaimana mau menyampaikan nasehat.

Afwan tinggalkan sikap taklid buta terhadap ustadz mohon buka mata hati isi nasehat para Asatidz dari Ustadz Abdullah Taslim, Ustadz Firanda, Ustadz Abul Jauzaa, Ustadz Zaenal, Ustadz Badrusalam, Ustadz Musyaffa Ad Dariny, Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As Sidawi dll mereka ingin kebaikan bagi antum-antum yang awam agar tidak tersesat dalam belajar ilmu agama

Afwan Jika Kurang Berkenan

Anonim mengatakan...

Saudara syahid...nggak ada yang merasa kesambar petir,perasaan seperti itu mungkin hanya antum yang pernah merasakannya...

Unknown mengatakan...

Jikalau ustad adi hidayat benar maka ini jadi forum fitnah, jikaulau ustad adi hidayat salah ini jadi forum ghibah.

Jikalau tulisan ini masih ada, dan forum saling debat terus berjalan maka terus berkuranglah amalan baik sekalian.

Ayat Kursi mengatakan...

Tidak ada yang mencela kok. Hanya kritik yang justru aangat bermanfaat bagi umat.

Irfan Nainggolan mengatakan...

Amiin

Irfan Nainggolan mengatakan...

Amin

Anonim mengatakan...

Ass...Jangan jadi Ustadz lempar batu sembunyi tangan tadz, langsung datangin Ust Adi Hidayat untuk dialog, kalau begini sama saja dengan ust firanda :D http://dzulqarnain.net/membela-dakwah-salafiyah-dan-ulama-umat-dari-kenistaan-pemikiran-firanda-bagian-pertam.html

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Anonim 2 April 2017 17.55, saya memang sama dengan beliau. Perkara datang mendatangi, itu tidak ada kaitannya dengan substansi materi. Semoga nanti dimudahkan terjadi pertemuan itu.

@Aria Paste, kok jadi forum ghibah dan fitnah. Ini kan sudah biasa kritik mengkritik. Kira-kira, letak sebab jadi forum ghibah dan fitnahnya apa ya...

Anonim mengatakan...

Assalamu’alaikum warahmatullâh wa barakâtuh…
Alhamdulillâh, was shalâtu was salâmu ‘alâ Rasûlillâh,.. Kami ingin menyampaikan sbb:
1) Mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yg telah memberi support, masukan serta aneka kebaikan yang insyâ Allâh bernilai mulia dan pahala. Terkhusus kalangan asatidz dalam maupun luar negeri, juga Dubes Libya untuk Indonesia.
2) Terbaru, kami menerima kunjungan Ust. Abu Nida (tokoh senior salafi Indonesia) bersama tiga pendamping beliau. Alhamdulillâh seluruhnya mendukung dakwah kami dan TIDAK SATUPUN menilai adanya penyimpangan dalam manhaj dan pemikiran kami, bahkan mengajak untuk membangun sinergi, menghindari kegaduhan dan mengabaikan tahdzir yang tidak disetujui oleh sebagian asatidz salafi lainnya. (Dialog kami terekam dalam bentuk video demi menghindari potensi provokasi )
3) Kami TIDAK AKAN MENANGGAPI berbagai wacana dan tulisan di dunia maya, terlebih berbagai artikel berkemas masukan yang hanya mengutip potongan video tanpa berkenan melakukan dialog dan tabayyun. Hal itu hanya akan melahirkan bantahan tanpa ujung yang berpotensi melahirkan kegaduhan. Hemat kami, orang yang gemar menilai dari potongan video premature hanya akan melahirkan murid yang pandai mencela dari potongan gambar.
4) Kami mengajak seluruh pihak, terlebih diri kami untuk fokus belajar, bermuhasabah, serta menghindari segala hal yang dapat merusak ilmu, akhlak dan amal.
Demikian, dengan ini kami nyatakan TIDAK AKAN MENANGGAPI LAGI persoalan terkait, MEMAAFKAN SELURUH PIHAK yang mungkin telah berbuat khilaf, serta MEMOHON MAAF pada seluruh pihak yang merasa tak tentram dengan persoalan dimaksud.
Wassalamu’alaikum warahmatullâh wa barakâtuh…

Adi Hidayat

https://www.facebook.com/akhyartv/?ref=page_internal&hc_ref=PAGES_TIMELINE&fref=nf

Anonim mengatakan...

Firanda:
Mereka menuduh saya tidak bertabayyun , padahal saya sudah tabayyun sebelum mempublish masukan saya :

Al-Ustadz Adi Hidayat -smoga Allah menjaga beliau berkata- ((Hasilnya : beliau belum berkenan untuk berdialog hanya ingin bicara via telefon, Wallahul musta'aan))

Beliau juga berkata ((Kami *TIDAK AKAN MENANGGAPI* berbagai wacana dan tulisan di Dunia Maya, terlebih berbagai artikel berkemas masukan yang hanya mengutip potongan video tanpa berkenan melakukan dialog dan tabayyun. Hal itu hanya akan melahirkan bantahan tanpa ujung yang berpotensi melahirkan kegaduhan.))

Sebenarnya saya -Firanda- tidak mengatakan "belum berkenan untuk berdialog". Saya bahkan berfikiran untuk berdialog, akan tetapi saya ingin segera berbicara dengan beliau terlebih dahulu lewat telpon krn tentu beliau sibuk dan saya juga sibuk, sehingga untuk bertatap muka mungkin butuh waktu lama lagi.
Jadi alangkah baiknya bicara lewat telpon dulu. Namun ternyata beliau tdk juga menelpon nelpon saya padahal saya telah menunggu berjam-jam. Tentunya itu krn kesibukan beliau.
Tentu tabayyun tdk harus bertatap muka, bisa juga lewat wa, sms, apalagi dengan telpon.
Dan sebelum saya menulis tulisan "masukan" kpd beliau saya telah terlebih dahulu mengirim tulisan tersebut kepada beliau untuk meminta komentar beliau.
Berikut potongan dialog saya dengan beliau sebelum tulisan saya publish di website :

3-guna mengatakan...

https://m.youtube.com/watch?v=K8EiDYxBpZI

Anonim mengatakan...

Salut buat ust.abul jauza

Unknown mengatakan...

Terima kasih Ustadz Abu Al-Jauzaa',

Izinkan copas balik:

"Sebagaimana seseorang yang berani mempublikasikan jurnal ilmiah,
maka ia HARUS siap dikritisi oleh siapapun secara tertulis.
Seperti seseorang yang BERANI menuliskan opininya di koran/surat kabar,
maka ia harus BERANI dikritisi oleh para Pembaca."

Begitulah didalam dunia Ilmiah.
Seseorang Ilmuwan yg mempublikasikan penemuan atau pendapat ilmiahnya di Eropa,
bisa, bolah bahkan menerima, dikritik oleh Ilmuwan lain dari benua Australia.

Ilmuwan lain yg menerbitkan pendapat dan penemuannya di Asia
bisa, boleh, biasa dan menerima serta kritikan masukan dari ilmuwan lain dari benua Amerika.

Semuanya bisa, boleh dan biasa terjadi, tanpa harus ketemu, tanpa harus "tabayyun" langsung, tanpa harus diskusi tatap mata.

Zaman sudah online, publikasi online, kenapa masih juga harus "tabayyun' ketemuan?

Tabayun memang perlu, dan sudah dilakukan.

Tetapi ketemuan? Apa perlu?

Boleh-boleh saja, tetapi tidak harus kan ...?

Kalau bidang ilmiah duniawiyyah saja boleh dan bisa, kritik online, berjauhan tempat?
Kenapa bidang ilmiah Dinniyah tidak bisa?

Daripada nyuruh-nyuruh orang saling ketemuan
kenapa antum-antum tidak sampaikan nasihat ini kepada Beliau?
Kalau antum penasaran dengan reaksi daripada Ustadz Adi,
kan antum bisa sampaikan artikel nasihat ini dan bertanya langsung pada beliau
"Bagaimana tanggapan Ustadz?"

Bisa kan.....?

yasir mengatakan...

Assalamualaikum.... DIL....!!! OK..!!

Anonim mengatakan...

Terkait umur sebagai bagian dari taqdir, bagaimana mengkompromikan hadits-hadits, misalnya, riwayat Nabi Aadam 'alaihissalaam yang "mendonasikan" sebagian dari umurnya atau hadits dipanjangkan umur bagi yang memanjangkan silaturahmi?

Jazakallaahu khoiron.

-Abu Yahyaa-

Fetria mengatakan...

Assalamualaikum
Kalau saya melakukan kesalahan maka saya amat bahagia bila dinasihati berdua dulu, tidak di hadapan org banyak. Kalau sdh dinasihati tapi saya msh menyebarkan hal-hal menyesatkan, maka tahdzir saya. Krn membahayakan umat.

Doa saya yg bodoh dlm agama dan berusaha belajar = Ya Alloh.... Perbanyaklah ulama yg kuat ilmunya di negeri kami, berikan kesehatan dan kemuliaan pada mereka Ya Alloh... Satukanlah hati2 mereka Ya Alloh....
Jadikan dakwah tauhid menguat dan terus mengakar di bumi Indonesia...
Aamiin

Anonim mengatakan...

Terima kasih ya akhi atas masukan-masukan nya..semoga Allah menjaga kita semua dalam kebenaran..
Akhi abul jauza..ane sayangkan sebenarnya antum memberi masukan kepada AH tapi tidak memberi masukan pada AT yang menurut saya telah mengghibah saudara sesama muslim.Menurut saya dengan mengatakan manhaj seseorang salah tanpa tabayyun itu tidak baik.jangan hanya karena satu golongan lalu membela perbuatan yg salah ya akhi..jangan karena dalih rahasia lalu kita boleh mengghibah saudara kita ya akhi..mungkin rekaman yang tersebar dengan ini Allah ingin mempersatukan kita semua agar jangan mencela saudara kita tanpa tabayyun..semoga Allah merahmati kita semua..amiin

Anonim mengatakan...

Tabayun perlu bila yg mempublish bukan dr tim redaksi/oficial ust.Adi
tp ini jelas2 sdh dipublish dan dikonsumsi publik, mk dlm dunia ilmiyah, mk hrs siap dikritisi.

Seorang Imam sj bs dikritisi, apl gi yg lain.

Dikrtik dan mengkritik adlh hal yg biasa dlm dunia ilmiyah.

Jd tdk perlu pobhi.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Abu Yahyaa, silakan baca Tambah Umur.

Unknown mengatakan...

Menurut pendapat saya, semua orang memang sebaiknya tidak perlu risih dengan komentar maupun kritikan dari orang lain. Apalagi jika kritikan tersebut memiliki argumentasi yang ilmiah (dan dilengkapi dengan referensi - referensi sehingga dapat dilacakbalik kebenaran dan kevalidannya). Kritikan yang demikian apabila ditanggapi dengan argumentasi yang ilmiah juga tentu dapat memicu diskusi (saya lebih suka kata "diskusi" daripada "perdebatan") yang positif. Diskusi yang nantinya bisa memberikan pengetahuan dan pemahaman baru bagi orang yang mengikutinya.

Sebagai manusia biasa tentunya semua orang memiliki potensi dapat berbuat ataupun berucap sesuatu yang keliru. Adalah kewajiban bagi yang mengetahui kesalahan itu untuk meluruskannya. Perkara mengingatkan secara terang - terangan atau diam - diam, menurut hemat saya, perlu dilihat konteks permasalahannya. Jika yang dikritisi adalah buah pemikiran (ide atau pendapat) yang telah terpublikasikan secara luas, maka sah - sah saja jika kemudian kritikan disampaikan secara terbuka. Sehingga orang - orang yang telah mengetahui buah pemikiran yang dikritisi itu terkabari tentang adanya kritikan tersebut. Jika yang dikritisi adalah permasalahan pribadi yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan orang banyak, memang lebih elok disampaikan secara personal.

Yang utama dalam mengkritisi sesuatu, menurut pendapat saya pribadi, adalah bagaimana kritikan itu dapat disampaikan dengan bahasa yang baik, sopan dan tidak memberi kesan merendahkan. Yang utama dalam menerima kritikan adalah berlapang dada menerima kritikan itu dan menanggapi dengan pikiran dingin apabila ada sesuatu pada kritikan yang dirasa tidak tepat. Jika kritikan itu menyakitkan karena hanya berisikan celaan semata tanpa ada ilmu di dalamnya, kita mungkin bisa sepakat untuk membiarkan celaan itu berlalu saja. Karena bukankah tidak ada manfaatnya berdiskusi dengan orang yang tidak berilmu.

Demikian pendapat saya, mohon maaf jika ada perkataan saya yang kurang berkenan.




amelyia mengatakan...

Jazakallah Abu al Jauzaa'.
Saya melihat banyak manfaat dari kritikan ilmiah yang antum sampaikan, termasuk menjawab kolom komentar disini.
Sebagai masyarakat awam, saya belajar tentang diskusi ilmiah yang seharusnya. Ilmu yang dibicarakan diatas adalah perkara yang layak disebarluaskan agar masyarakat terbuka pikirannya dan kedepannya bisa membuat penilaian sendiri tentang bahwa keilmiahan ilmu baik agama dan non agama tidak berkaitan dengan perasaan.

Unknown mengatakan...

Sekedar meluruskan ...
Pertama : Ahamdulillah saya sudah bertabayyun kpd ustadz Abu Nida -hafizohullah- dan beliau tdk merasa menyatakan apa yg dinyatakan oleh ustadz Adi Hidayat -hafizohullah- ((Alhamdulillâh seluruhnya mendukung da’wah kami dan *TIDAK SATUPUN* menilai adanya penyimpangan dalam manhaj dan pemikiran kami, bahkan mengajak untuk membangun sinergi, menghindari kegaduhan, dan mengabaikan tahdzir yang tidak disetujui oleh sebagian asatidz Salafiy lainnya.))
Bahkan ustadz Abu Nida menyatakan "silahkan dengarkan rekamannya"
Bagi yang masih ragu silahkan hubungi ustadz Abu Nida'
Kedua : Apa yg disampaikan oleh ustadz Abdullah Hadromi -hafizohullah- bahwasanya ustadz Adi Hidayat -semoga Allah menjaga beliau dalam kebaikan- telah menerima "TAUTAN" artikel ana, maka itu tdk benar. Krn yg saya kirim adalah tulisan sebelum dipublish.
Harapan : Semoga al-ustadz AH dan juga para ikhwan bisa fokus pada topik kritikan dan tdk terbawa pada permasalahan perasaan, atau tuduhan tdk bertabayyun, tuduhan hasad dan dengki dan lain-lainnya. Krn begitu banyak yg menuduh -karena terbawa perasaan- tanpa mengecek kepada kedua belah pihak.
Jika tdk bisa mengecek kepada kedua belah pihak sebaiknya tdk memberi dan tidak terbawa opini.
Smg Allah menunjukan kita kepada jalan yang lurus.
Sumber : FB Ustadz Firanda

Anonim mengatakan...

Insyaallah mungkin akan ada tanggapan dari AH , ,namun yang saya tunggu adalah apakah tanggapan dari AH itu akan memenuhi standar ilmiah yang di TOPANG dalil apa tidak,,karena kl tanggapan nya semodel dgn cara nya menyampaikan seperti sekarang nya yaitu di TOPENG dalil maka akan sangat mengecewakan karena tidak ada perobahan dari sebelum nya

cb liat ketika membahas masalah qunut nadzilah yang menyebabkan gugur nya para qurro'justru yang dia pake adalah ayat yang asbabunnuzul nya berkaitan dengan perang uhud,,,inilah yang nama nya di TOPENG oleh dalil bukan di TOPANG dalil

Anonim mengatakan...

Silahkan membaca pembelaan utk ust adi dan bantahan utk abul jauzaa
kritiksalafi.blogspot.co.id.

Anonim mengatakan...

Itu blog punya siapa ya?. Blog "ra ngenah" pemilik tidak jelas. Apa lagi pembelaannya pembabi buta and kasar.

Didi PW

Anonim mengatakan...

penulisnya ngumpet, gak berani bertanggung jawab kayak "Syaikh Idahram"

Unknown mengatakan...


As, Wr, Wbr

Akhir akhir ini, banyak Artikel yg dimuat di Medsos oleh Ustadz -Ustadz yg tidak sepaham, dengan Ustadz AH judulnya santun semua : bisa berbunyi Bantahan, Kritikan atau Masukkan mereka semua menjelaskan kekeliruan Ustadz AH dengan seabreg dalil dalil yang mereka anggap lebih benar ....pertanyaannya... apa jaminannya pengkritik Ustadz AH lebih benar dari Ustadz AH ??????...selama masukan, kritikan, bantahan hanya di sampaikan di Media ....siapapun bisa mengkritik seperti itu, apa lagi sekarang banyak bertebaran dalil dalil di google tinggal copy paste seorang bukan Ustadz pun bisa menyampaikan kritikan .... akan lebih terhormat dan Elegan Semua pengkritik tersebut berkumpul semuanya kemudian datang ke Ustadz AH untuk menyampaikan, masukan, bantahan atau kritikan.. tentu pengkritik juga harus siap kalau UstadZ AH mengkritik balik ....nanti disini akan terlihat apakah pengkritik itu bisa segarang tulisannya di Medsos..Wassalam

Unknown mengatakan...

جزاك الله خيرا

Anonim mengatakan...

Assalamualaikum. Semoga seluruh pembaca tidak ada lagi yang menjatuhkan ustd abu jauza ataupun menjatuhkan ustd adi hidayat.

kita dan mereka adalah sama2 manusia yang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Ada baiknya semua yang membaca cukup membaca artikelnya saja tanpa harus komentar berlebih.

simple sebenernya ustd abu jauza sudah menyampaikan pendapat berdasar dalil yang beliau ketahui dan ustd adi hidayat pun menyampaikan pendapat berdasar pemahaman dan dalil yang beliau ketahui. mereka berdua itu memiliki dalil dan pemahaman nya masing2.

kita sebagai org awam ya sama aja sih seharusnya seperti kita memilih imam yang kita ikuti (ada yang mengikuti imam Maliq, imam Syafii dst). ikuti yang menurut kita paling pas. sudah sampai disitu. kalau menurut kita ga pas ya tidak usah diambil.

tidak perlu lah. tidak setuju lantas nyinyir atau komentar2 yang kurang enak. apa gunanya akhi?

zzz mengatakan...

bismillah, ayo sodaraku kembalilah pd fitrah kita, yaitu mencintai kebenaran. ust kan gak ada yg maksum, kalo ada yg salah jgn kita bela kesalahannya, kita harus tetep bela kebenaran sodaraku.. doakan supaya hati ust adi dilembutkan utk mnerima hidayah, soalnya beliau ust favorit dan sempet bikin saya semangat ibadah, kalo kita bela kesalahannya sama aja menjerumuskan ust adi.

Didi mengatakan...

Sampeyan ngomong opo tho lek?

Yang seharusnya kita lakukan adalah memahami dalil yang mereka kemukakan dan yang mendekati kebenaran berdasarkan Al-Qur'an & As-Sunnah dan berdasarkan pemahaman salaf shalih yang kita ambil.

Didi PW

Unknown mengatakan...

Klu yang ana tangkap dari penjelasan ustadz adi itu adalah..jangan mudah membid'ah kan..dan jangan mengambil ilmu dari ahlul bid'ah krn jika benar imam bukhari qunut maka otomatis nisbat itu lekat pada beliau,lebih kurang nya begitu lah kira2. Entah benar begitu maksud nya atau tidak wallahu'alam

Unknown mengatakan...

Penjelasan ustadz abul jauzaa diatas sama dengan penjelasaan ustadz kholid basalamah dalam potongan ceramahnya "memahami 2 macam takdir".

Unknown mengatakan...

Assalamu'alaikum ustadz, apkah kami boleh minta alamat email ustadz. Ada hal penting yang ingin kami tanyakan. Jazakallahu khoiron

Unknown mengatakan...

Bismillah, ustadz, bagaimana dengn ustadz kholid basalamah hafidzhohullah? Apakah kami boleh mengambil ilmu dari beliau dan rutin mengikuti kajian beliau?

isa.marouse mengatakan...

Hahahaahaha inikah umat islam saat inii??? Yg ahli ilmu saling tahdzir mentahdzir.. Yg bodoh hubuddubya.. Yg sudah sunnah menghina-hina yg masih bid'ah.. Hahhahaa..ternyata mudah yaa mengadu domba org2 islam.. Dia lebih mementingkan golongan2 sebdiri dari pada persatuan islam dalam ikatan syahadat... Lihat tuh ahli ilmunya saja tidak mau kroscek langsng dia lebih memilih untuk mengkritik.. Menyebarkan kesalahan pada orng2 yg masih awam hahahahahahaaahahahaaahahh. Aduh2 geli rasanya melihat fenomena umat islam saat ini... Teruslah seperti.. Sebentar lagi kita akan hancur berkeping-keping bukan karena serangan dari musuh2 islam tapi karena kita2 sendiri yg akan membunuh satu sama lain.

fatuur polines mengatakan...

Kurang srek gmna sudah jelas. Kalo ada orang yang membidahkan qunut subuh itu lucu. La wong dianya pake hadits bukhari orangnya qunut kok orang itu membidahkan. Jelas2 lucu

Baskah mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Assalamualaikum wr. wb

anda menulis

"Pada prinsipnya, siapapun yang BERANI mempublikasikan sesuatu, maka ia harus BERANI untuk dikritisi. Sebagaimana seseorang yang berani mempublikasikan jurnal ilmiah, maka ia HARUS siap dikritisi oleh siapapun secara tertulis. Seperti seseorang yang BERANI menuliskan opininya di koran/surat kabar, maka ia harus BERANI dikritisi oleh para Pembaca."

anda memosting tulisan ini, berarti sudah berani untuk di kritisi dong? Nah setiap ada yang mengkritisi anda tetap pada pendirian anda sendiri kan? dan membela diri? Ya kalo UAH berprinsip tetap pada pendiriannya (karena beliau sudah mengejar ilmunya berarti UAH hanya mengajarkan apa yang didapatkan selama menuntut ilmunya,bahkan beliau sering bilang "bukan pendapat opini pribadi" karena beliau juga banyak belajar dari kitab tafsir)dan membela diri nya sah dong? wong anda juga begitu kalo ada orang mengkritisi anda :)

Anonim mengatakan...

Ustadz AbulJauzaa', barakallah fiikum.

Mohon berikan keterangan mengenai Ustadz Khalid Basalamah, apakah beliau bermanhaj muwazanah.

Memang sudah ada penjelasan beliau berlepas diri dari manhaj muwazanah,
tetapi beliau kurang tegas dalam menyatakan salah kepada firqah yg menyimpang dan juga kurang tegas (seperti enggan) dalam menisbakan diri ke kelompok yg selamat (firqatun najiyah), Salafiyyuun.

Jazaakumullaah khayran

ZAIMUN eL-fataN mengatakan...

Ikuti sunnah pasti sukses hidup di dunia dan hidup di kubur dan hidup di akherat. Katakan yg baik atau DIAMLAH! Berusaha cintai kebenaran walau rasanya pahit.

Anonim mengatakan...

Postingan bantahan2 ustadz firanda juga sudah di hapus semua di situsnya (www.firanda.com), tapi kok disini belum?

https://firanda.com/index.php/artikel/bantahan/1133-antara-at-ah-masukan-untuk-al-ustadz-al-fadhil-adi-hidayat-ma-hafidzohullah

http://firanda.com/index.php/artikel/bantahan/1136-masukan-untuk-ah-hafidhohullah

http://firanda.com/index.php/artikel/bantahan/1137-bagian-ke-3-cara-baru-dalam-berdoa

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

@Anonim 19 Juli 2017 20.34,.... kok rada aneh ya. Kalau menjawab atau membela diri atas kritikan itu wajar. Perasaan, saya tidak pernah mengatakan tidak wajar. Yang lucu itu adalah kalau dikritik lalu playing victim merasa seolah-olah didhalimi. Tidak terima kalau dikritik terbuka atas apa yang dikatakannya secara terbuka (baik dalam versi rekaman video atau tulisan), kecuali setelah 'sowan' terlebih dahulu.

-----

@Anonim 18 Agustus 2017 23.28,.... karena belum ada sebab yang mengharuskan saya untuk menghapusnya.

Anonim mengatakan...

Afwan Ustadz out of topic, mau nanya pandangan antum mengenai hukum selfie dan mempublish ke media sosial itu bagaimana ustadz? Apakah di bolehkan atau di haramkan?

Anonim mengatakan...

Yang pernah merasakan mungkin pak Mukhlis Abudzar, akhi. Beliau yang duluan menuliskan . Afwan

Anonim mengatakan...

Assalamu'alaikum Abul Jauzaa? Antum dah dapat buku Manhaj Tahdzir kelas eksekutif???? Kalo belum kasih alamat saja.. Insyaa Allah ana kirim satu

saya saja mengatakan...

Subhanallah... Antum.. luar biassah...

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Wa'alaikumus-salaam.

@Anonim 30 September 2017 10.24,..... sayangilah harta Anda dari memberikan sesuatu kepada yang tidak membutuhkan.

Ummu Syifa mengatakan...

Ustadz, lanjutan tulisan ini yg No 2 mana ya? Sy hanya menemukan No 3 dan 4.

Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...

Masukan untuk AH hafizohullah

Abu Abdurrahman mengatakan...

@Abu Jauzaa
Imam Ibnu Hajar juga dikritik ttg aqidahnya. Kenapa Masih banyak yang memakai kitab beliau
Bisa beri penjelasan. Ust Rodja juga banyak yg berbeda ttg masalah thaharah.
Knp juga tidak ditulis disini?

Diantara Syaikh Albani juga banyak berbeda dengan beberapa syaikh. Knp tidak ditulis juga...

Sesama Ust hanya bisa menasehati. Kalo sampai melarang umat untuk mendengarkan ceramah nya. Akan banyak Ust ATau syaikh sekalipun yang antum klasifikasikan menyimpang

So, last but not least...

Yang antum jadikan standard untuk menilai Seorang Ustadz apa?

Ujangjaka mengatakan...

Jangan seperti Abu Janda (yang galak di online tapi kerdil di offline) atau seperti Agus susanti mahasiswa Universitas Madinah semester 6 yg galak di online tapi ciut ketika diajak offline padahal semua biaya baik transportasi dan akomodasi ditanggung Ust. Adi hidayat.....jadilah Anda seperti Imam2 dn Ulama Ahlusunnah terdahulu jangan berani menghadapi lawan debatnya jangan hanya di tulisan tapi face to face...

Ujangjaka mengatakan...

Kalo abu al jauzaa ga mau kirim ke ana aja...dia ga butuh...mungkin sudah merasa ilmunya tinggi atau berada di atas kebenaran. Kalo benar demikian harusnya dia berani berdiskusi dengan ust. adi Hidayat bukan cuma jago dionline aja tapi ciut ketika offline..kayak Agus susanto aja mahasiswa Universitas Madinah yg garang di online tapi ciut di Offline.....

'Aliyyurrahman mengatakan...

"tahdzir" kinerja pemerintah, haram. Tahdzir ustadz, libas aja! Afwan tadz, antek atau da'iy ?

iwang mengatakan...

minta ust adi hidayat aja bantah tulisan ini kalo memang beliau tetap pada pendapatnya...

Unknown mengatakan...

Betul,sama seperti yang saya tangkap..

Unknown mengatakan...

Setuju, seusai dengan yang saya tangkap.

syamsul mengatakan...

syukron ustadz ,jazaakalloohu khoiron, ana tadinya sdh sangat menyukai ceramah ustadz adi hidayat, bahkan gak suka ada yg tahdzir beliau...namun setelah ana pelajari dalil, ternyata ana salah pilih guru...syukron sdh mencerahkan ana atas penyimpangan ustadz adi hidayat...smoga beliau dpat taufiq kembali kpd jalan yg haq,...Aamiin... ternyata bnyak hafalan gak jamin bener manhajnya ya ustadz...

syamsul mengatakan...

masalahnya ustadz adi bicara agama yg sangat krusial yaitu aqidah dan bid'ah, coba kalo bicarakan tentang khilafiah mu'tabar hal fiqih insyaaAlloh masih ada longgar slama ada dalil yg rojih