Belum
lama ini saya mendengarkan celoteh
tak
bermutu pak kiyai
yang kebetulan didapuk (kembali) menjadi Ketua PBNU. Katanya, orang berjenggot
itu identik dengan orang bodoh. Berjenggot itu mengurangi kecerdasan seseorang.
Semakin panjang jenggot, semakin goblok. Lalu ia mencontohkan beberapa orang Indonesia
tak berjenggot yang secara isyarat ia ingin mengatakan bahwa orang-orang itu termasuk
cerdas, seperti : Gus Dur, Nur Cholish Majid, dan Quraish Shihab. Boleh-boleh
saja ia mengatakan mereka cerdas karena tidak berjenggot; meski kita boleh saja mengatakan hal
yang sebaliknya.
Anyway,
ini kiyai makin lama makin mengenaskan saja omongannya. Bukankah ia tahu bahwa
jenggot itu termasuk sunnah dalam Islam sebagaimana dikatakan oleh Nabi saya –
yang mungkin juga masih Nabi Anda (pak kiyai) – shallallaahu ‘alaihi wa
aalihi wa sallam:
أَحْفُوا الشَّوَارِبَ، وَأَعْفُوا اللِّحَى
“Potonglah
kumis kalian dan peliharalah jenggot” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 259].
Nabi
saya – yang mungkin juga masih Nabi Anda (pak kiyai) – shallallaahu ‘alaihi wa
aalihi wa sallam berjenggot.
عَنْ جَابِر بْن سَمُرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ شَمِطَ مُقَدَّمُ رَأْسِهِ وَلِحْيَتِهِ،
وَكَانَ إِذَا ادَّهَنَ لَمْ يَتَبَيَّنْ، وَإِذَا شَعِثَ رَأْسُهُ تَبَيَّنَ، وَكَانَ
كَثِيرَ شَعْرِ اللِّحْيَةِ
Dari
Jaabir bin Samurah, ia berkata : “Rambut bagian depan dan jenggot
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam telah beruban.
Apabila beliau shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam meminyakinya, maka ubannya tidak terlihat. Namun
apabila rambut kepala beliau telah kering, maka akan nampak. Beliau shallallaahu
‘alaihi wa aalihi wa sallam adalah seorang yang mempunyai jenggot lebat”
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 2344].
Beliau shallallaahu ‘alaihi
wa sallam adalah penghulunya orang-orang cerdas dari kaum muslimin tanpa
ada persangsian. Semoga Anda tidak menyangsikannya.
Para shahabat dan taabi’iin pun
berjenggot.
عَنْ عَطَاء بْن أَبِي رَبَاحٍ، قَالَ: كَانُوا
يُحِبُّونَ أَنْ يُعْفُوا اللِّحْيَةَ، إِلا فِي حَجٍّ أَوْ عُمْرَةٍ
Dari ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah,
ia berkata : “Mereka (para shahabat dan tabi’in) menyukai untuk memelihara
jenggot, kecuali saat haji dan ’umrah[1]” [Diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Syaibah dengan sanad shahih].
Mereka adalah generasi emas,
generasi terbaik yang jauuuuuh lebih baik daripada generasi kocak Islam
Nusantara yang coba Anda idekan. Nabi saya – yang mungkin
juga masih Nabi Anda (pak kiyai)
–
shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ أُمَّتِي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ
يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
"Sebaik-baik
ummatku adalah yang orang-orang hidup pada jamanku (generasiku) kemudian
orang-orang yang datang setelah mereka (taabi’iin) kemudian orang-orang yang
datang setelah mereka (atbaa’ut-taabi’iin)" [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 3650 dan Muslim no. 2535].
Para ulama madzhab berjenggot
dan menyatakan kemasyru’annya. Bahkan An-Nawawiy rahimahullah – ulama besar
madzhab Syaafi’iyyah, madzhab yang sering Anda jadikan boncengan untuk
menyebarkan pikiran nyleneh Anda – mengatakan untuk tidak memotong
jenggot:
والمختار تركها على حالها, وألا يتعرض لها
بتقصير شيء أصلاً
“Pendapat yang terpilih adalah
membiarkan jenggot sebagaimana adanya, dan tidak memendekkannya sama sekali” [Syarh
Shahih Muslim, 2/154].
Mereka semua adalah orang-orang
cerdas, pilihan dari umat ini. Mereka memilih untuk berjenggot dan menyuruh
orang lain untuk berjenggot.
Tokoh-tokoh Nusantara pun
banyak. Ada Muhammad Yasin Al-Fadani, Nawawi Al-Bantani, Agus Salim, Ahmad
Dahlan, Buya Hamka, sampai KH. Hasyim Asy’ari – pendiri NU – juga berjenggot.
Ya, mereka tetap memelihara jenggot meski jenggot mereka tidak selebat keturunan
Arab.
Tidak ada satupun orang
Indonesia setahu saya yang mengatakan mereka bodoh ber-IQ di bawah standar.
Atau Anda lebih suka contoh
dari orang-orang di luar Islam ?. Tak apa saya sebutkan meski saya tidak butuh
nama-nama mereka untuk disebutkan. James Parkinson (1755 –1824), William Edmond
Logan (1798 –1875), Asa Gray (1810 - 1888), John Strong Newberry (1822 – 1892),
John Tyndall (1820 – 1893), Alfred Bernhard Nobel (1833 – 1896), John Wesley
Powell (1834 – 1902), Ludwig Eduard Boltzmann (1844 – 1906), Dmitri Ivanovich
Mendeleev (1834 – 1907), Henry Clifton Sorby (1826 - 1908), Grove Karl Gilbert
(1843 –1918), Pyotr Alexeyevich Kropotkin (1842 – 1921), Alexander Graham Bell
(1847 – 1922), Wilhelm Conrad Röntgen (1845 – 1923), dan masih banyak lagi; ini
semua adalah para ilmuwan non-Islam yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan berjenggot.
Lantas dari mana dasar
celotehan konyol jenggot identik dengan kebodohan ?. Apakah Anda berbicara atas
nama ilmu statistik ?. Tentu tidak, karena saya tahu Anda tidak punya kemampuan
dan kompetensi di bidang itu. Apakah Anda berbicara atas nama ilmu kesehatan
dan psikologi ?. Lebih jauh lagi dari yang pertama. Jika demikian, orang yang berstatement
katrok tanpa modal lebih pantas disebut …….. (jawab sendiri).
Saya sebenarnya tidak tahu apa kompetensi
Anda. Yang nampak saat ini, bakat komedi Anda lumayan untuk dapat
diperbandingkan dengan banyolan trio Bagito. Mampu membuat tawa para hadirin
yang mungkin sejenis dengan Anda. Bedanya, Trio Bagito – setahu saya - tidak
pernah membuat syari’at dan orang-orang yang menjalankannya sebagai bahan lawakan,
sedangkan Anda adalah jagonya. Anda boleh saja benci dengan ‘Wahabi’, akan
tetapi kebencian Anda tentu tidak boleh menjadikan syari’at sebagai mainan dan
olok-olokan.
Allah ta’ala berfirman :
يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَنْ تُنَزَّلَ
عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُمْ بِمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِئُوا إِنَّ
اللَّهَ مُخْرِجٌ مَا تَحْذَرُونَ (64) وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا
كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ
(65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ
مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ (66)
“Orang-orang munafik itu
takut akan diturunkan kepada mereka suatu surat yang menerangkan apa yang
tersembunyi dalam hati mereka.
Katakanlah kepada mereka : “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah
dan Rasul-Nya)”. Sesungguhnya Allah akan
menyatakan apa yang kamu takuti itu. Dan
jika kamu tanyakan kepada mereka
(tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab :
“Sesungguhnya kami hanyalah bersenda-gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah : “Apakah dengan Allah,
ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu mengolok-olok?. Tidak usah kamu meminta maaf, karena kamu
kafir setelah beriman. Jika Kami maafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka
bertaubat), niscaya Kami mengadzab golongan (yang lain), karena mereka adalah
orang-orang yang selalu berbuat dosa” [QS. At-Taubah : 64-66].[2]
Semoga Allah ta’ala tidak
memperbanyak orang-orang seperti Anda. Dan yang lebih penting lagi, semoga
Allah ta’ala memberi petunjuk kepada Anda dan para pengikut Anda.
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – kantor P3E, 28
Dzulqa’dah 1436/12092015 – 13:03].
[1] Maksudnya
mereka memotongnya kelebihan jenggot di bawah genggaman tangan saat haji dan ‘umrah
sebagaimana riwayat Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa, wallaahu a’lam.
فيه الدلالة على أن اللاعب والجاد سواء في إظهار كلمة الكفر
على غير وجه الإكراه. لأن هؤلاء المنافقين ذكروا أنهم قالوا ما قالوه لعبا، فأخبر الله
عن كفرهم باللعب بذلك. وروى الحسن وقتادة أنهم قالوا في غزوة تبوك: أيرجو هذا الرجل
أن يفتح قصور الشام وحصونها!! هيهات هيهات. فأطلع الله نبيه على ذلك. فأخبر أن هذا
القول كفر منهم على أي وجه قالوا من جِد أو هزل، فدل على استواء حكم الجاد والهازل
في إظهار كلمة الكفر. ودل ـ أيضا ـ على أن الاستهزاء بآيات الله، أو بشيء من شرائع
دينه: كفر من فاعله
“Pada ayat tersebut terdapat dalil bahwa seseorang
yang bermain-main atau sungguh-sungguh adalah sama kedudukannya dalam hal
mengeluarkan kalimat kufur yang dilakukan dengan sengaja. Orang-orang munafik
tersebut mengatakan bahwa mereka mengatakan perkataan itu hanya main-main saja.
Maka Allah mengkhabarkan (kepada Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam) akan
kekafiran mereka atas sebab hal itu. Al-Hasan dan Qatadah meriwayatkan
bahwasannya mereka (kaum munafiq) berkata dalam peperangan Tabuk : ”Apakah
laki-laki ini (yaitu Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam) berangan-angan
untuk membuka istana-istana Syaam beserta benteng-bentengnya ?! Sungguh sangat
jauh khayalan ini”. Maka Allah menampakkan perkataan mereka kepada Nabi-Nya.
Allah mengkhabarkan bahwasannya perkataan mereka itu adalah tanda kekufuran
mereka, baik itu serius atau main-main saja. Ini menunjukkan bahwa dalam
mengeluarkan ucapan-ucapan kufur baik serius atau main-main itu hukumnya sama.
Juga menunjukkan bahwa mengolok-olok ayat-ayat Allah atau satu bagian dari
syari’at agama-Nya adalah kekufuran bagi si pelaku” [Ahkaamul-Qur’an, 3/142].
Comments
Setuju ustadz....
Assalamu alaikum ustad alhamdulillah antum kembali aktif, hampir 2 bulan tulisan antum tidak menghiasi blog antum, ana pikir antum sakit atau yang lainnya...sering kali ana mondar mandir mencari keberadaan antum namun gak ketemu...Allah tahu kegundahan orang seperti kami dikala vacuumnya salah satu orabg yang mendakwahi kebenaran, apapun itu ana bersyukur kepada Allah Azza wajalla bahwa ustad sudah aktif kembali and tetap istiqomah serta diberi kemudahan atas segala sesuatunya
semoga Allah Azza wajalla selalu menjaga dan merahmati antum dan keluarga di dunia maupun di akhirat
Barakallahufiik,
By Musafir
Semoga Allah ta’ala memberi petunjuk kepada pak kiyai dan para pengikutnya.
Na'am uztadz
barakallahu fiik ustadz
Ustadz bisakah inikah masuk dalam bab istihza yang pelaku bisa ditakfir secara ta'yin?
Abu Khansa
Barakallahu fiik.. izin copy dan repost yak.. jakallahu khoir
Posting Komentar