Pembahasan ‘klasik’ tentang
sifat-sifat dzaatiyyah Allah ta’ala menjadi salah satu trending
topic tersendiri yang menyedot perhatian banyak kalangan. Kalangan yang selalu
merasa menjadi ‘jumhur’ mengatakan bahwa meyakini dan menetapkan Allah ta’ala
mempunyai tangan, mata, kaki, dan yang lainnya dari sifat dzaatiyyah
Allah merupakan keyakinan kalangan mujassimah atau musyabbihah. Orang-orang
Wahabi yang sesat !
Sekarang, mari kita perhatikan apa
dan bagaimana pemahaman ulama taabi’iin karena Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam pernah bersabda:
خَيْرُ أُمَّتِي
قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik ummatku adalah
yang orang-orang hidup pada jamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang
datang setelah mereka (taabi’iin) kemudian orang-orang yang datang setelah
mereka (atbaa’ut-taabi’iin)" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3650,
Muslim no. 2535, An-Nasaa’iy 7/17, Ahmad 4/426-427, dan Abu Dawud no. 4657].
Kita ambil case
: ‘tangan Allah’ (يد الله).
حَدَّثَنَا سَعِيدُ
بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، عَنْ نَافِعِ بْنِ عُمَرَ الْجُمَحِيِّ، قَالَ: سَأَلْتُ ابْنَ
أَبِي مُلَيْكَةَ، عَنْ يَدِ اللَّهِ، أَوَاحِدَةٌ أَوِ اثْنَتَانِ، قَالَ: بَلِ اثْنَتَانِ
Telah menceritakan kepadaku
Sa’iid bin Abi Maryam, dari Naafi’ bin ‘Umar Al-Jumahiy, ia berkata : Aku
bertanya kepada Ibnu Abi Mulaikah[1] tentang
tangan Allah : “Apakah ia berjumlah satu ataukah dua ?”. Ia menjawab : “Bahkan
(tangan Allah) berjumlah dua” [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy dalam Ar-Radd
‘alaal-Mariisiy 1/286; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ، قال: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ حَكِيمِ
بْنِ جَابِرٍ، قَالَ: إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَمْ يَمَسَّ بِيَدِهِ مَنْ
خَلَقَهُ غَيْرَ ثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: غَرَسَ الْجَنَّةَ بِيَدِهِ، ثُمَّ جَعَلَ تُرَابَهَا
الْوَرْسَ وَالزَّعْفَرَانَ وَجِبَالَهَا الْمِسْكَ، وَخَلَقَ آدَمَ بِيَدِهِ، وَكَتَبَ
التَّوْرَاةَ لِمُوسَى
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah
bin Numair, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin Abi
Khaalid, dari Hakiim bin Jaabir[2], ia
berkata : “Sesungguhnya Allah tabaaraka wa ta’ala tidak menyentuh
makhluk-Nya dengan tangan-Nya kecuali tiga, yaitu : (1) menanam surga dengan tangan-Nya,
lalu menjadikan tanahnya dari wars dan za’faraan serta
gunung-gunungnya dari misk; (2) menciptakan Aadam dengan tangan-Nya; dan
(3) menulis Taurat untuk Muusaa” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 13/96;
shahih].
حَدَّثَنَا ابْنُ
فُضَيْلٍ، عَنْ عُبَيْدٍ الْمُكْتِبِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: خَلَقَ اللَّهُ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ بِيَدِهِ: وَخَلَقَ الْقَلَمَ بِيَدِهِ، وَخَلَقَ
جَنَّةَ عَدْنٍ بِيَدِهِ
Telah menceritakan kepada kami
Ibnu Fudlail, dari ‘Ubaid Al-Muktib, dari Ibraahiim[3], ia
berkata : “Allah tabaaraka wa ta’ala menciptakan empat hal dengan
tangan-Nya : (diantaranya) menciptakan qalam (pena) dengan tangan-Nya
dan menciptakan surga ‘adn dengan tangan-Nya” [Diriwayatkan oleh Hanaad
bin As-Sariy dalam Az-Zuhd no. 45; shahih].
حَدَّثَنِي
أَبِي نا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ، نا مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّفٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ
أَسْلَمَ، " أَنَّ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ لَمَّا كَتَبَ التَّوْرَاةَ
بِيَدِهِ، قَالَ: بِسْمِ اللَّهِ هَذَا كِتَابُ اللَّهِ بِيَدِهِ لِعَبْدِهِ
مُوسَى يُسَبِّحُنِي وَيُقَدِّسُنِي وَلا يَحْلِفُ بِاسْمِي آثِمًا فَإِنِّي لا
أُزَكِّي مَنْ حَلَفَ بِاسْمِي آثِمًا "
Telah menceritakan kepadaku
ayahku : Telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad : Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Mutharrif, dari Zaid bin Aslam[4] :
Bahwasannya Allah ‘azza wa jalla ketika menulis Taurat dengan
tangan-Nya, Ia berfirman : “Bismillah, ini adalah Kitabullah (yang
ditulis) dengan tangan-Nya untuk hamba-Nya Muusaa yang telah mensucikan-Ku dan
mengagungkan-Ku. Jangan bersumpah dengan nama-Ku untuk perbuatan dosa, karena aku
tidak akan menyucikan orang yang bersumpah dengan namaku untuk perbuatan dosa”
[Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah no. 576; shahih].
حَدَّثَنَا أَبُو
مَرْوَانَ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ حَبِيبٍ الْمِصِّيصِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ
الْفَزَارِيُّ، عَنِ الأَوْزَاعِيِّ، قَالَ: كَتَبَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ
إِلَى ابْنٍ لَهُ كُتُبًا، وَكَانَ فِي أَوَّلِ مَا كَتَبَ: " إِنِّي أَسْأَلُ
اللَّهَ الَّذِي بِيَدِهِ الْقُلُوبُ يَصْنَعُ فِيهَا مَا شَاءَ مِنْ هُدًى أَوْ ضَلالَةٍ
Telah menceritakan kepada kami Abu
Marwaan ‘Abdul-Malik bin Habiib Al-Mishshiishiy : Telah menceritakan kepada
kami Abu Ishaaq Al-Fazaariy, dari Al-Auzaa’iy, ia berkata : “’Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz[5] pernah
menulis surat kepada anaknya, dimana bagian awal yang ia tulis adalah : ‘Sesungguhnya
aku memohon kepada Allah yang hati-hati (manusia) ada di tangan-Nya. Ia melakukan
apa saja terhadapnya sesuai dengan kehendak-Nya, berupa petunjuk atau kesesatan”
[Diriwayatkan oleh Al-Faryaabiy dalam Al-Qadr no. 410; hasan].
Apa yang Pembaca pahami dari
riwayat di atas ?. Apakah mereka (ulama taabi’iin) memahami makna ‘tangan
Allah’ dengan nikmat dan kekuasaan ? ataukah mereka memahami sesuai dengan dhahir-nya
?. Benar, mereka memahami dengan makna yang kedua. Jadi, benarlah apa yang
dikatakan oleh Abu ‘Utsman Ash-Shaabuniy rahimahullah:
وعلامات البدع على
أهلها بادية ظاهرة، وأظهر آياتهم وعلاماتهم شدة معاداتهم لحملة أخبار الني صلى الله
عليه وسلم، واحتقارهم لهم وتسميتهم إياهم حشوية وجهلة وظاهرية ومشبهة، اعتقادا منهم
في أخبار الرسول صلى الله عليه وسلم أنها بمعزل عن العلم، وأن العلم ما يلقيه الشيطان
إليهم من نتائج عقولهم الفاسدة، ووساوس صدورهم المظلمة، وهواجس قلوبهم الخالية من الخير،
وحججهم العاطلة. أولئك الذين لعنهم الله
“Tanda-tanda bid’ah yang ada
pada ahlul-bid’ah adalah sangat jelas. Dan tanda-tanda yang paling jelas
adalah permusuhan mereka terhadap pembawa khabar Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam (yaitu para ahlul-hadits), memandang rendah mereka, serta
menamai mereka dengan hasyawiyyah, orang-orang bodoh, dhahiriyyah,
dan musyabbihah. Mereka meyakini bahwa hadits-hadits Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam tidak mengandung ilmu. Dan bahwasannya ilmu itu adalah
apa-apa yang dibawa setan kepada mereka dalam bentuk hasil pemikiran aka-akal
rusak mereka, was-was yang terbisikkan dalam hati-hati mereka yang penuh
kegelapan, dan hal-hal yang terlintas dalam hati mereka nan kosong dari
kebaikan dan hujjah. Mereka adalah kaum yang dilaknat oleh Allah” [‘Aqiidatu
Ashhaabil-Hadiits, hal. 102].
Jangan heran apabila kita memahami
dan meyakini apa-apa yang diyakini para ulama taabi’iin di atas membuat
pusing kepala ahlul-bid’ah sehingga keluarlah umpatan dan cacian mereka
kepada kita.
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas
permai – 14052015 – 01:20].
[1] Ibnu Abi
Mulaikah namanya adalah : ‘Abdullah bin ‘Ubaidilah bin Abi Mulaikah – namanya
Zuhair – bin ‘Abdillah bin Jud’aan bin ‘Amru Al-Qurasyiy At-Taimiy, Abu
Bakr/Muhammad Al-Makkiy Al-Ahwal; seorang ulama dari kalangan taabi’iin
pertengahan yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-3 dan meninggal
tahun 117 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy,
An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 524 no. 3477].
[2] Hakiim bin
Jaabir bin Thaaruq bin ‘Auf Al-Ahmasiy Al-Kuufiy; salah seorang ulama taabi’iin
pertengahan yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-3 dan meninggal
tahun 82 H/95 H. Dipakai oleh Abu Daawud dalam Al-Maraasiil,
At-Tirmidziy dalam Asy-Syamaail, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib,
hal. 265 no. 1475].
[3] Ibraahiim
bin Yaziid bin Qais bin Al-Aswad bin ‘Amru An-Nakha’iy, Abu ‘Imraan Al-Kuufiy; seorang ulama besar taabi’iin yang tsiqah lagi faqiih. Termasuk thabaqah
ke-5, lahir tahun 146 H, dan meninggal tahun 196 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy,
Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib,
hal. 118 no. 272].
[4] Zaid bin Aslam Al-Qurasyiy Al-‘Adawiy, Abu
Usaamah; seorang ulama taabi’iin pertengahan yang tsiqah lagi ‘aalim.
Termasuk thabaqah ke-3 dan meninggal tahun 136 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy,
Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib,
hal. 350 no. 2129].
[5] ‘Umar bin ‘Abdil-‘Aziiz bin
Marwaan bin Al-Hakam bin Abil-‘Aash Al-Qurasyiy Al-Umawiy Abu Hafsh Al-Madaniy; amiirul-mukminiin,
yang sebagian ulama memasukkannya dalam jajaran Al-Khulaafaur-Raasyidiin. Termasuk thabaqah ke-4,
lahir tahun 61 H/63 H, dan meninggal tahun 101 H.
Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan
Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal.
724 no. 4974].
Comments
Apa yang antum sampaikan benar, Ustadz. Berkaca pada masa lalu, saya bersaksi bahwa banyak yang bersemangat melayangkan tuduhan "wahabi menyamakan Allah dengan mahluk" ternyata jahil dalam beragama, hanya ikut2an sebagai bentuk solidaritas, asing akan dalil dan pendalilan sebagaimana yang para Ulama dan antum sampaikan.
Saya berharap Allah Jalla Jalaluhu memberikan pemahaman agama yang baik kepada kita.
Assalamu‘alaikum yaa Ustadz..
Bukan hanya pusing kepala, bahkan itu bisa membuat mereka (ahlul bid’ah) menjadi gundah gulana dan kebakaran jenggot !!
eh maaf, mereka kan tidak suka jenggot lebat (jadi mana mungkin kebakaran jenggot).
Ustadz, saya punya saran.
Bisakah antum membuatkan artikel-artikel tentang sifat-sifat dzaatiyyah Allah ta’ala, membawakan semua riwayat-riwayat dari para Salafus as-Shaleh yg mengimani sifat dzaatiyyah Allah ta’ala. Itu agar ummat Islaam tidak bingung tentang syubhat para penentang sifat dzaatiyyah Allah ta’ala.
Dan juga membuat tentang artikel tentang pembagian tauhid menjadi tiga dan membawaka semua riwayat-riwayat dari para Salafus as-Shaleh tentang pembagian tauhid.
jazaakallaahu khayran yaa Ustadz Abul jauzaa’..
Posting Komentar