أَخْبَرَنِي الشَّيْخُ أَبُو بَكْرٍ بْنُ
إِسْحَاقُ، أَنْبَأَ مُحَمَّدُ بْنُ أَيُّوبَ، ثنا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى، ثنا عَبْدُ
الْمَلِكِ بْنُ هَارُونَ بْنِ عَنْتَرَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ سَعِيدِ
بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: " كَانَتْ
يَهُودُ خَيْبَرَ تُقَاتِلُ غَطَفَانَ، فَكُلَّمَا الْتَقَوْا هُزِمَتْ يَهُودُ خَيْبَرَ
فَعَاذَتِ الْيَهُودُ بِهَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ
النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الَّذِي وَعَدْتَنَا أَنْ تُخْرِجَهُ لَنَا فِي آخِرِ الزَّمَانِ،
إِلا نَصَرْتَنَا عَلَيْهِمْ، قَالَ: فَكَانُوا إِذَا الْتَقَوْا دَعَوْا بِهَذَا الدُّعَاءِ،
فَهَزَمُوا غَطَفَانَ، فَلَمَّا بُعِثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ
وَسَلَّمَ كَفَرُوا بِهِ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ
بِكَ يَا مُحَمَّدُ عَلَى الْكَافِرِينَ
Telah
mengkhabarkan kepadaku Asy-Syaikh Abu Bakr bin Ishaaq : Telah memberitahukan Muhammad
bin Ayyuub : Telah menceritakan kepada kami Yuusuf bin Muusaa : Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdul-Malik bin Haaruun bin ‘Antarah, dari ayahnya,
dari kakeknya, dari Sa’iid bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa,
ia berkata : “Yahudi Khaibar berperang dengan Kabilah Ghathafaan. Setiap
bertemu dalam peperangan, orang Yahudi Khaibar selalu lari dan meminta perlindungan
dengan berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu dengan haq (kedudukan) Muhammad, seorang Nabi yang
ummi, yang Engkau janjikan kepada kami untuk diutus di akhir zaman, agar Engkau
menolong kami”. Maka setiap berperang, Yahudi Khaibar selalu berdoa dengan doa
ini sehingga berhasil memukul mundur pasukan Ghathafaan. Dan ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam diutus,
mereka kufur terhadapnya. Kemudian Allah menurunkan ayat : ‘padahal
sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan –
melalui perantaraan dirimu, wahai Muhammad - atas orang-orang kafir’ (QS.
Al-Baqarah : 89)” [Al-Mustadrak,
2/263].
Diriwayatkan juga oleh
Al-Aajurriy dalam Asy-Syarii’ah no 667 dan Al-Baihaqiy dalam Dalaailun-Nubuwwah
2/76; semuanya dari jalan Yuusuf bin Muusaa.
Hadits ini dijadikan dalil oleh
sebagian suku ‘Aswaja’ untuk melegalkan tawassul dengan haq/kedudukan Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Sayangnya, hadits ini palsu
(maudluu’), karena:
1.
‘Abdul-Malik bin
Haaruun bin ‘Antarah, seorang
pendusta. Berikut perincian perkataan para ulama tentangnya:
Ad-Daaraquthniy berkata : “Dla’iif”. Di lain
tempat ia berkata : “Matruuk, sering berdusta”.
Ahmad bin Hanbal berkata : “Dla’iiful-hadiits”.
Yahyaa bin Ma’iin : “Kadzdzaab”. Abu Haatim : “Matruuk, dzaahibul-hadiits”.
Ibnu Hibbaan : “Ia memalsukan hadits”. As-Sa’diy : “Dajjaal, pendusta”. Shaalih
bin Muhammad berkata : “Keumuman haditsnya dusta”.
Al-Haakim berkata : “Dzaahibul-hadiits jiddan”.
Dalam kitab Al-Madkhal, ia (Al-Haakim) berkata : “Ia meriwayatkan dari
ayahnya hadits-hadits palsu”. Abu Nu’aim berkata : “Ia meriwayatkan dari
ayahnya hadits-hadits munkar”.
[Selengkapnya lihat : Mausuu’ah Aqwaal
Ad-Daaraquthniy hal. 426 no. 2242, Mausuu’ah Aqwaal Al-Imaam Ahmad fii
Rijaail-Hadiits wa ‘Ilalih 2/391 no. 1643, dan Lisaanul-Miizaan
5/276-278 no. 4933].
2.
Bertentangan dengan riwayat lain yang menjelaskan ayat
tersebut turun berkenaan dengan Yahudi Madiinah.
قال
ابن إسحاق وحدثني عاصم بن عمر بن قتادة عن رجال من قومه قالوا: إن مما دعانا إلى
الإسلام مع رحمة الله تعالى وهداه لنا لما كنا نسمع من رجال يهود، وكنا أهل شرك أصحاب
أوثان، وكانوا أهل كتاب عندهم علم ليس لنا، وكانت لا تزال بيننا وبينهم شرور فإذا
نلنا منهم بعض ما يكرهون قالوا إنه قد تقارب زمان نبي يبعث الآن نقتلكم معه قتل
عاد وإرم فكنا كثيرا ما نسمع ذلك منهم فلما بعث الله رسوله صلى الله عليه وعلى آله
وسلم أجبناه حين دعانا إلى الله تعالى وعرفنا ما كانوا يتوعدوننا به فبادرناهم
إليه فآمنا به وكفروا به ففينا وفيهم نزل الآيات من البقرة {وَلَمَّا جَاءَهُمْ
كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ
يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا
كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ}
Telah
berkata Ibnu Ishaaq : Dan telah menceritakan kepada kami ‘Aashim bin ‘Umar bin
Qataadah, dari laki-laki dari kaumnya (dalam riwayat lain : ‘orang-orang tua
dari kaum kami’ ), mereka berkata : “Sesungguhnya di antara sebab yang menyeru
kami memeluk agama Islam di samping rahmat Allah ta’ala dan petunjuk-Nya
kepada kami, adalah ketika kami mendengar orang-orang Yahudi yang waktu itu
kami masih pelaku kesyirikan dan penyembah berhala sedangkan Ahlul-Kitab
mempunyai ilmu yang tidak kami punyai. Kami senantiasa terlibat permusuhan dengan mereka.
Apabila kami dapati dari mereka sesuatu yang mereka benci, mereka berkata : “Sesungguhnya
telah dekat waktu kedatangan seorang Nabi yang akan diutus sekarang. Kami akan
membunuh kalian bersamanya seperti dibunuhnya kaum ‘Aad dan Iram”. Kami
sering mendengar hal itu dari mereka. Namun ketika Allah mengutus Rasul-Nya shallallaahu
‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa sallam, kami menjawab seruannya ketika ia
mengajak kami menyembah Allah ta’ala dan kami mengetahui apa yang mereka
(Yahudi) dulu ancamkan kepada kami dengannya. Kami pun mendahului mereka kepadanya
(Nabi) dan beriman kepadanya, sedangkan mereka (Yahudi) malah mengkufurinya.
Maka pada kami dan mereka turunlah ayat dari surat Al-Baqarah : ‘Dan setelah
datang kepada mereka Al-Qur'an dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka,
padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat
kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang
telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas
orang-orang yang ingkar itu’ (QS. Al-Baqarah : 89)” [Diriwayatkan oleh Ibnu
Hisyaam 1/213 dan Al-Baihaqiy dalam Dalaailun-Nubuwwah 2/75].
Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah menghasankannya[1] dalam Ash-Shahiihul-Musnad
min Asbaabin-Nuzuul hal. 19-20.
‘Aashim bin ‘Umar bin Qataadah adalah orang Madiinah,
dan syaikh yang ia sebut pun orang Madiinah. Oleh karena itu, setting peristiwa
yang ia ceritakan adalah di Madiinah bersama Yahudi Madiinah.
Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
أن
قوله تعالى وكانوا من قبل يستفتحون على الذين كفروا إنما نزلت بإتفاق أهل التفسير
والسير فى اليهود المجاورين للمدينة أولا كبنى قينقاع وقريظة والنضير
“Bahwasanya firman-Nya : ‘padahal sebelumnya mereka
biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang
kafir’ (QS. Al-Baqarah : 89); menurut para ahli tafsir dan pakar sirah
hanyalah turun pada orang Yahudi yang hidup di Madiinah seperti Bani Qainuqaa’,
Quraidhah, dan An-Nadliir…” [Majmuu’ Al-Fataawaa, 1/299].
Wallaahu a’lam.
Semoga artikel
singkat ini ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ –
perumahan ciomas permai – 05122014 – 00:43].
[1] Sungguh aneh
bin ajaib, ketika ada orang yang menukil penghasanan Asy-Syaikh Muqbil ini untuk
mengelabuhi orang agar berhujjah dengan riwayat Al-Haakim tersebut di atas:
Padahal, setting latar kedua riwayat tersebut
berbeda. Yang satu bercerita tentang Yahudi Khaibar, yang lain bercerita
tentang Yahudi Madiinah. Selain itu – dan ini yang pokok - , riwayat Ibnu
Ishaaq yang dihasankan Asy-Syaikh Muqbil tidak menyebutkan doa orang Yahudi : ‘Ya
Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu dengan haq
(kedudukan) Muhammad…….’. Padahal, ini
yang mau mereka pakai sebagai dalil. Allaahul-musta’aan.
Comments
Posting Komentar