Salah
satu tawassul yang disyari’atkan dalam Islam adalah tawassul
dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah ta’ala. Tawassul jenis ini
‘tidak terlalu populer’ di sebagian kalangan, padahal tawassul ini
justru merupakan tawassul yang paling sering dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam.
Adapun
dalilnya antara lain adalah firman Allah ta’ala:
وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ
بِهَا
“Hanya
milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama
Allah yang indah (al-asmaaul-husnaa) itu” [QS. Al-A’raaf : 180].
Al-Kalaabaadziy
rahimahullah berkata mengomentari ayat di atas:
فَإِذَا دُعِيَ بِأَسْمَائِهِ وَأُثْنِيَ عَلَيْهِ
بِصِفَاتِهِ، لا بُدَّ أَنْ يُجِيبَهُ
“Apabila
Allah diseru dengan nama-nama-Nya dan dipuji dengan sifat-sifat-Nya, niscaya
akan dikabulkan” [Bahrul-Fawaaid, hal. 34].
Al-Albaaniy
rahimahullah berkata:
والمعنى: ادعوا الله تعالى متوسلين إليه
بأسمائه الحسنى. ولا شك أن صفاته العليا عز وجل داخلة في هذا الطلب، لأن أسماءه
الحسنى سبحانه صفات له، خصت به تبارك وتعالى
“Makna
ayat tersebut adalah : Berdoalah kepada Allah ta’ala dengan bertawassul melalui
nama-nama-Nya yang indah (al-asmaaul-husnaa). Dan tidak diragukan bahwa
sifat-sifat-Nya yang mulia masuk dalam perintah ini, karena nama-nama-Nya yang
indah merupakan sifat-sifat yang khusus bagi-Nya tabaaraka wa ta’ala” [At-Tawassul,
hal. 30].
Bertawassul
dengan nama-nama Allah yang indah dapat dilakukan dengan menyebutkannya secara
umum atau secara khusus.
Diantara
contoh tawassul dengan nama-nama Allah secara umum adalah doa yang
diajarkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika tertimpa kesedihan
dan kesusahan:
اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ،
وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ،
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا
مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ
الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ صَدْرِي، وَجِلَاءَ
حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي،
“Ya
Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, anak hamba wanita-Mua, ubun-ubunku
berada di tangan-Mu, berlaku hukum-Mu terhadap diriku dan adil ketetapan-Mu
pada diri-Ku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi
milik-Mu, yang Engkau namai diri-Mu dengannya, atau yang Engkau ajarkan
kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu, atau
yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, hendaklah kiranya
Engkau jadikan Al-Qur’an penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan penghilang
rasa sedihku, serta penghilang rasa sedihku, serta penghilang bagi kesusahanku”
[Diriwayatkan oleh Ahmad 1/391 & 452; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Silsilah
Ash-Shahiihah 1/383 no. 199].
Ini
adalah bentuk tawassul dengan nama Allah secara umum, yang ditunjukkan
dalam kalimat : ‘Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi
milik-Mu, yang Engkau namai diri-Mu dengannya...dst.’.
Adapun
contoh tawassul dengan menyebutkan nama-nama Allah secara khusus antara
lain adalah doa yang diajarkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk
dibaca di dalam shalat:
اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا
كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ
عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya
Allah, sesungguhnya aku banyak mendhalimi diriku, tidak ada yang dapat
mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Maka, ampunilah aku dengan ampunan-Mu,
dan berikan rahmat kepadaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha
Penyayang” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 834 & 6326 &
7388 dan Muslim no. 2705].
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ يَا أَللَّهُ بِأَنَّكَ
الْوَاحِدُ الْأَحَدُ الصَّمَدُ، الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ
لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، أَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu. Ya Allah, dengan bersaksi bahwa Engkau
adalah Rabb Yang Maha Esa, Maha Tunggal tidak membutuhkan sesuatu, akan tetapi
sesuatu butuh kepada-Mu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada
seorang pun yang menyamai-Mu. Aku memohon kjepada-Mu agar mengampuni
dosa-dosaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampuni lagi Maha Maha Penyayang”
[Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1301; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih
Sunan An-Nasaa’iy 1/417].
Atau
doa yang diajarkan untuk diperbanyak ketika di majelis:
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ
التَّوَّابُ الْغَفُورُ
“Wahai
Rabbku, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima
Taubat lagi Maha Pengampun” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3434,
dan ia berkata : “Hadits hasan shahih ghariib”].
Doa-doa
di atas dipanjatkan dengan menyebut al-asmaaul-husnaa.
Diantara
tawassul dengan sifat-sifat Allah ta’ala adalah doa Nabi
Sulaimaan ‘alaihis-salaam:
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ
الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا
تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
“Ya
Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan
amal shalih yang Engkau ridlai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke
dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih” [QS. An-Naml : 19].
Yaitu,
bertawassul dengan sifat rahmah-Nya.
Atau
doa-doa lain yang diajarkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana
terdapat dalam banyak hadits. Diantaranya doa ketika masuk masjid:
أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ
وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Aku
berlindung kepada Allah yang Maha Agung, dengan wajah-Nya yang mulia dan
dengan kekuasaan-Nya yang abadi, dari godaan setan yang terkutuk”
[Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 466; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih
Sunan Abi Daawud 1/136].
Doa
isti’aadzah (memohon perlindungan):
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لَا إِلَهَ
إِلَّا أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِي
“Ya
Allah, aku berlindung dengan ‘izzah-Mu, tidak ada tuhan yang berhak
disembah melainkan Engkau, aku mohon agar Engkau tidak menyesatkanku”
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 2717].
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ
كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
“Aku
berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari semua
gangguan setan dan sengatan binatang berbisa, serta dari pandangan mata (‘ain)
yang jahat“ [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3371].
Doa
di akhir shalat witir:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سُخْطِكَ،
وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ
أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
“Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan keridlaan-Mu dari
kemurkaan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari ancaman-Mu. Dan aku
berlindung kepada-Mu dari adzab-Mu. Aku tidak dapat menghitung segala pujian kepada-Mu.
Engkau adalah sebagaimana Engkau puji terhadap diri-Mu sendiri”
[Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 1427; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih
Sunan Abi Daawud 1/393].
Doa
istighatsah atau doa ketika tertimpa kesedihan:
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ
“Wahai
Dzat Yang Maha Hidup, wahai Dzat Yang Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu
aku memohon pertolongan” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3524;
dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan At-Tirmidziy 3/447-448].
Dan
yang lainnya.
Dalil-dalil
di atas menjelaskan masyru’-nya bertawassul kepada Allah dengan menyebut
nama dan sifat-Nya. Bahkan ini termasuk hal yang disenangi dan diridla’i oleh
Allah dan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا
نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
“Apa
yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah” [QS. Al-Hasyr : 7].
Sebaik-baik
amalan adalam amalan yang mencocoki sunnah.
Semoga
yang singkat ini ada manfaatnya.
Wallaahu
a’lam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’
– perumahan ciomas permai – 06112014 – 23:50].
Comments
Assalamualaikum, Jazakallahu khairan artikelnya. sangat bagus dan bermanfaat.
Abu Nafisha
Posting Komentar