Tertawa
(Adl-Dlahik) merupakan salah satu sifat di antara sifat-sifat fi’liyyah
khabariyyah Allah ‘azza wa jalla yang ditetapkan berdasarkan
hadits-hadits yang shahih, di antaranya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَضْحَكُ
اللَّهُ إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ يَدْخُلَانِ الْجَنَّةَ، يُقَاتِلُ
هَذَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُقْتَلُ، ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيُسْتَشْهَدُ
Dari
Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Allah tertawa
kepada dua orang yang salah satunya membunuh yang lain, sedangkan kedua-duanya (akhirnya)
masuk surga. Orang yang satu berperang di jalan Allah, lantas ia terbunuh (di
tangan laki-laki kedua). Kemudian Allah menerima taubat si pembunuh (karena
masuk Islam), lalu si pembunuh tadi akhirnya juga mati syahid (di jalan Allah)”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2826, Muslim no. 1890, An-Nasaa’iy no.
3165, dan yang lainnya].
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنِّي لَأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ
خُرُوجًا مِنْهَا، وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا الْجَنَّةَ، رَجُلٌ يَخْرُجُ
مِنَ النَّارِ حَبْوًا، فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ: اذْهَبْ فَادْخُلِ
الْجَنَّةَ، فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى، فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ:
يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى، فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ: اذْهَبْ
فَادْخُلِ الْجَنَّةَ، قَالَ: فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى،
فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى، فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ: اذْهَبْ
فَادْخُلِ الْجَنَّةَ، فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا، أَوْ
إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ أَمْثَالِ الدُّنْيَا، قَالَ: فَيَقُولُ: أَتَسْخَرُ بِي، أَوْ
أَتَضْحَكُ بِي وَأَنْتَ الْمَلِكُ؟، قَالَ: لَقَدْ
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ، حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ،
قَالَ: فَكَانَ يُقَالُ: ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً "
Dari
‘Abdullah bin Mas’uud, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam : “Sesungguhnya aku mengetahui penghuni neraka yang keluar
darinya, dan penduduk surga yang paling akhir masuk surga. Yaitu seorang
laki-laki yang keluar dari neraka dalam keadaan merangkak. Allah tabaraka wa ta’ala
berfirman kepadanya : ‘Pergilah dan masuklah ke dalam surga !’. Lalu ia mendatangi
surga dan terbayang olehnya bahwa surga telah penuh. Ia pun kembali dan berkata
: ‘Wahai Rabb, aku mendapatinya sudah penuh’. Allah tabaraka wa ta’ala
berfirman : ‘‘Pergilah dan masuklah ke dalam surga !’. Lalu ia mendatangi surga
dan terbayang olehnya bahwa surga telah penuh. Ia pun kembali dan berkata : ‘Wahai
Rabb, aku mendapatinya sudah penuh’. Allah berfirman kepadanya : ‘Pergilah dan
masuklah ke dalam surga. Sesungguhnya bagimu semisal dunia dan sepuluh kali
lipatnya – atau : Sesungguhnya bagimu sepuluh kali lipat semisal dunia’.
Laki-laki itu berkata : ‘Apakah engkau mengolok-olokku atau menertawakanku, padahal Engkau adalah Al-Malik (Raja)”.
Ibnu Mas’uud berkata : “Sungguh, aku melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya”. Ia berkata : “Oleh
karena itu dikatakan, itu adalah penduduk surga yang paling rendah kedudukannya”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6571 dan Muslim no. 186].
عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الشُّهَدَاءِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: " الَّذِينَ
إِنْ يُلْقَوْا فِي الصَّفِّ يَلْفِتُونَ وُجُوهَهُمْ حَتَّى يُقْتَلُوا، أُولَئِكَ
يَنْطَلِقُونَ فِي الْغُرَفِ الْعُلَى مِنَ الْجَنَّةِ، وَيَضْحَكُ
إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ، وَإِذَا ضَحِكَ رَبُّكَ إِلَى
عَبْدٍ فِي الدُّنْيَا، فَلَا حِسَابَ عَلَيْهِ "
Dari
Nu’aim bin Hammaar : Bahwasannya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam : “Syuhadaa’ apa yang paling utama ?”. Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Orang yang apabila masuk di barisan perang/jihad, maka mereka akan
memfokuskan wajah-wajah mereka hingga terbunuh. Mereka itulah orang-orang yang
pergi menempati kamar-kamar di surga yang tinggi. Rabb mereka tertawa kepada mereka. Dan apabila Rabb mu tertawa kepada seorang hamba di dunia, maka ia kelak
tidak akan dihisab” [Diriwayatkan oleh Ahmad 5/287, Sa’iid bin Manshuur no.
2566, Abu Ya’laa no. 6855, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam
Shahiih At-Targhiib no. 1371].
Para
ulama menetapkan sifat tertawa sebagaimana dhahirnya[1]
tanpa menafikkannya, menta’wilkannya (baca : mentahrifnya), atau menyamakannya
dengan sifat-sifat makhluk. Allah ta’ala berfirman :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak
ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Melihat” [QS.
Asy-Syuuraa : 11].
Tentang masalah ini, Ibnu
Khuzaimah rahimahullah (w. 311 H) berkata :
باب ذكر إثبات ضحك ربنا عز و جل. بلا صفة تصف ضحكه جل
ثناؤه لا ولا يشبه ضحكه بضحك المخلوقين وضحكهم كذلك بل نؤمن بأنه يضحك كما أعلم
النبي ونسكت عن صفة ضحكه جل وعلا إذ الله عز و جل استأثر بصفة ضحكة لم يطلعنا على
ذلك فنحن قائلون بما قال النبي مصدقون بذلك بقلوبنا منصتون عما لم يبين لنا مما
استأثر الله بعلمه
“Bab
: Penyebutan tentang Penetapan Sifat Tertawanya Rabb kita ‘azza wa jalla. (Yaitu dilakukan) tanpa sifat yang
mensifatkan tertawa-Nya ‘azza wa jalla, tanpa menyerupakan tertawa-Nya
dengan tertawa makhluk-makhluk-Nya. Akan tetapi kita mengimani bahwa Allah
tertawa sebagaimana yang diberitahukan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
dan kami diam (tak berkomentar) tentang sifat tertawa-Nya ‘azza wa jalla karena
Allah memang tidak memberitahukan kepada kami tentang (kaifiyah) sifat
tertawa-Nya. Kami hanyalah mengatakan apa-apa yang dikatakan Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam, membenarkannya dengan hati-hati kami serta diam terhadap
apa-apa yang tidak dijelaskan kepada kami di antara hal-hal yang hanya
diketahui oleh Allah dengan ilmu-Nya” [At-Tauhiid, 2/563].
Abu
Bakr Al-Aajurriy rahimahullah (w. 360 H) berkata :
باب الإيمان بأن الله عز و جل يضحك. فقال محمد بن الحسين
رحمه الله : اعلموا - وفقنا الله وإياكم للرشاد من القول والعمل - أن أهل الحق
يصفون الله عز و جل بما وصف به نفسه عز و جل وبما وصفه به رسوله صلى الله عليه و
سلم وبما وصفه به الصحابة رضي الله عنهم
وهذا مذهب
العلماء ممن اتبع ولم يبتدع ولا يقال فيه : كيف ؟ بل التسليم له والإيمان به : أن
الله عز و جل يضحك كذا روي عن النبي صلى الله عليه و سلم وعن صحابته رضي الله عنهم
فلا ينكر هذا إلا من لا يحمد حاله عند أهل الحق
“Bab
: Beriman bahwa Allah ‘azza wa jalla Tertawa. Muhammad bin Al-Husain rahimahullah
(yaitu dirinya sendiri, Al-Aajurriy) berkata : ‘Ketahuilah, - semoga Allah
memberikan taufiq kepada kami dan kalian semuanya kepada petunjuk-Nya baik
perkataan maupun perbuatan – bahwasannya orang-orang yang menetapi kebenaran (ahlul-haq)
mensifati Allah ‘azza wa jalla dengan apa saja yang Ia sifatnya pada
diri-Nya ‘azza wa jalla, dengan apa saja yang disifatkan Rasul-Nya shallallaahu
‘alaihi wa sallam, dan dengan apa saja yang disifatkan para shahabat radliyallaahu
‘anhum. Inilah madzhab para ulama yang mengikuti petunjuk dan tidak
mengada-adakan bid’ah. Tidak boleh dikatakan tentangnya : ‘Bagaimana (sifat
Allah itu) ?’, akan tetapi mesti tunduk padanya dan mengimaninya : Bahwasannya Allah ‘azza wa
jalla tertawa. Demikianlah yang diriwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam dan para shahabat radliyallaahu ‘anhum. Tidak ada yang
mengingkarinya kecuali oleh orang yang tidak terpuji keadaannya menurut ahlul-haq”
[Asy-Syarii’ah, hal. 277].
Al-Imaam
Muhammad bin Idriis Asy-Syaafi’iy rahimahullah (w. 204 H) pun menetapkan sifat ini
dengan perkataannya :
وأنه يضحك من عبده المؤمن، بقول النَّبِيّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ للذي قتل فِي سبيل اللَّه: " إنه لقي اللَّه وهو يضحك إليه "
“Dan
bahwasannya Allah tertawa terhadap hamba-Nya yang mukmin, berdasarkan sabda
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang terbunuh di jalan
Allah : ‘Sesungguhnya ia menjumpai Allah, sedangkan Allah tertawa kepadanya”
[Thabaqaatul-Hanaabilah oleh Ibnu Abi Ya’laa, 1/284].
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – perumahan
ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 27111434/02092013 – 23:55].
[1] Bahkan,
dalam hadits Ibnu Mas’uud tentang orang yang paling akhir keluar dari neraka
dan kemudian masuk ke dalam surga, menjelaskan pemahaman Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam dan Ibnu Mas’uud radliyallaahu ‘anhu akan dhahir makna ‘tertawa’
dalam hadits yang dibawakan :
حدثنا عبد الله
حدثني أبي حدثنا يزيد أخبرنا حماد بن سلمة عن ثابت البناني عن أنس بن مالك عن عبد
الله بن مسعود عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ...... فيقول عز وجل: ما يصريني
منك أي عبدي أيرضيك أن أعطيك من الجنة الدنيا ومثلها معها قال: فيقول: أتهزؤ بي
وأنت رب العزة قال: فضحك عبد الله حتى بدت نواجذه ثم قال: ألا تسألوني لم ضحكت
قالوا له: لم ضحكت قال: لضحك رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم قال لنا رسول الله
صلى الله عليه وسلم: ألا تسألوني لم ضحكت قالوا: لم ضحكت يا رسول الله قال: لضحك
الرب حين قال: أتهزؤ بي وأنت رب العزة.
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah : Telah
menceritakan kepadaku ayahku : Telah menceritakan kepada Hammaad bin Salamah,
dari Tsaabit Al-Bunaaniy, dari Anas bin Maalik, dari ‘Abdullah bin Mas’uud,
dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “…..Maka
Allah ‘azza wa jalla berfirman : ‘Apa yang memberhentikan-Ku dari permintaanmu
? Hai hamba-Ku, apakah engkau suka jika Aku berikan kepadamu dunia dan
semisalnya bersamanya ?’. Orang itu menjawab : ‘Apakah Engkau memperolok-olokku
padahal Engkau adalah Rabbul-‘Izzah ?’. Perawi berkata : “Lalu ‘Abdullah
(bin Mas’uud) tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya. Ia berkata : ‘Tidakkah
kalian bertanya kepadaku mengapa aku tertawa ?’. Mereka pun berkata kepadanya :
‘Apa yang membuatmu tertawa ?’. Ibnu Mas’uud menjawab : ‘(Aku tertawa) karena
tertawanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau
bersabda kepada kami : ‘Tidakkah engkau bertanya kepadaku mengapa aku
tertawa ?’. Para shahabat pun bertanya : ‘Apa yang membuatmu tertawa wahai
Rasulullah ?’. Beliau menjawab : “(Aku tertawa) karena tertawanya Ar-Rabb
(Allah) saat hamba tadi mengatakan :
‘Apakah Engkau memperolok-olokku padahal Engkau adalah Rabbul-‘Izzah ?”
[Diriwayatkan oleh Ahmad 1/391; sanadnya shahih sesuai dengan Muslim, para
perawinya tsiqaat termasuk perawi Syaikhaan kecuali Hammaad bin
Salamah, ia hanya dipakai oleh Muslim saja].
Comments
Ustadz, sepertinya ada yang salah ketik pada perkataan Abu Bakr Al-Aajurriy pada kalimat terakhir. Ditulis: "Tidak ada yang mengingkarinya kecuali oleh orang yang terpuji keadaannya menurut ahlul-haq" [Asy-Syarii’ah, hal. 277].
Mungkin yang tepat adalah: "tidak terpuji keadaannya"
Syukron
Abu Abdissalam
Benar, kurang kata 'tidak'. Terima kasih, sudah saya koreksi. Jazaakallaahu khairan.
ustadz ada faedah dari ust Nidlol (babanya shofia):
Poin sampingan (kebahasaan): Kata "dhahak" itu dalam bahasa Arab pengertiannya lebih umum dari kata "tertawa" dalam bahasa Indonesia. Secara umumnya, kata "dhahak" mencakup pengertian "tersenyum" dan juga "tertawa". Makanya ada hadits yang menyebut bahwa "dhahaknya Rasul itu hanya tersenyum". Kalau diterjemahkan "Tertawanya Rasul itu hanya tersenyum" akan janggal.
-ahmad (abu 'abdullah)-
Mohon jika berdakwah, dakwah lah dengan jujur,
Anda mengtakan para ulama tidak mentakwil, faktanya ada yang mentakwil, slah satunya imam bukhari dengan mkna rahmat
ﻳﺬﻛﺮ اﻟﻀﺤﻚ. ﻗﺎﻝ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ: «ﻣﻌﻨﻰ اﻟﻀﺤﻚ اﻟﺮﺣﻤﺔ» . ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ: «ﻗﻮﻝ ﺃﺑﻲ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﻗﺮﻳﺐ، ﻭﺗﺄﻭﻳﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻨﻰ اﻟﺮﺿﻰ ﻟﻔﻌﻠﻬﻤﺎ ﺃﻗﺮﺏ ﻭﺃﺷﺒﻪ،
Al asma wa sifat imam baihaqiy
Kutip:
Mohon jika berdakwah, dakwah lah dengan jujur,
Anda mengtakan para ulama tidak mentakwil, faktanya ada yang mentakwil, slah satunya imam bukhari dengan mkna rahmat
ﻳﺬﻛﺮ اﻟﻀﺤﻚ. ﻗﺎﻝ اﻟﺒﺨﺎﺭﻱ: «ﻣﻌﻨﻰ اﻟﻀﺤﻚ اﻟﺮﺣﻤﺔ» . ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺳﻠﻴﻤﺎﻥ: «ﻗﻮﻝ ﺃﺑﻲ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﻗﺮﻳﺐ، ﻭﺗﺄﻭﻳﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻨﻰ اﻟﺮﺿﻰ ﻟﻔﻌﻠﻬﻤﺎ ﺃﻗﺮﺏ ﻭﺃﺷﺒﻪ،
Al asma wa sifat imam baihaqiy
Nukilan itu tidak benar disandarkan kepada Al-Bukhaariy. Al-Baihaqiy hanya menukil, dan kemungkinan ia hanya menukil dari Al-Khaththaabiy. Al-Khaththaabiy berkata:
قال أبو عبد الله : معنى الضحك الرحمة
[A'laamul-Haditts fii Syarh Shahiih Al-Bukhaariy, 3/1921].
Akan tetapi sebagaimana kita baca dalam Shahih Al-Bukhaariy, nukilan ini tidak ada. Yang mengatakan bukan hanya saya, tapi juga Ibnu Hajar Al-'Asqalaniy rahimahullah yang tidak menjumpainya dari kitab-kitab Al-Bukhaariy:
قَالَ وَقَالَ أَبُو عَبْد اللَّه : مَعْنَى الضَّحِك هُنَا الرَّحْمَة .
قُلْت : وَلَمْ أَرَ ذَلِكَ فِي النُّسَخ الَّتِي وَقَعَتْ لَنَا مِنْ الْبُخَارِيّ
[Fathul-Baariy, 8/632]
Posting Komentar