Meminta
izin ketika meninggalkan majelis merupakan salah satu adab dalam syari’at Islam
yang diberlakukan di tengah-tengah manusia. Adab ini menunjukkan ketinggian
akhlaq, penghormatan kepada sesama, serta menjaga kerukunan dan ukhuwwah. Dasarnya adalah firman Allah ta’ala :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِذَا كَانُوا مَعَهُ عَلَى أَمْرٍ
جَامِعٍ لَمْ يَذْهَبُوا حَتَّى يَسْتَأْذِنُوهُ إِنَّ الَّذِينَ
يَسْتَأْذِنُونَكَ أُولَئِكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِذَا
اسْتَأْذَنُوكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَنْ لِمَنْ شِئْتَ مِنْهُمْ
وَاسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Sesungguhnya
yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu
urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah)
sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin
kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan,
berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah
ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” [QS. An-Nuur : 62].
Ibnu
Katsiir rahimahullah berkata menjelaskan ayat di atas :
وهذا أيضًا أدب أرشد الله
عبادَه المؤمنين إليه، فكما أمرهم بالاستئذان عند الدخول، كذلك أمرهم بالاستئذان
عند الانصراف -لا سيما إذا كانوا في أمر جامع مع الرسول، صلوات الله وسلامه عليه،
من صلاة جمعة أو عيد أو جماعة، أو اجتماع لمشورة
ونحو ذلك -أمرهم الله تعالى ألا ينصرفوا عنه والحالة هذه إلا بعد استئذانه
ومشاورته. وإن من يفعل ذلك فهو من المؤمنين الكاملين.
ثم أمر رسوله -صلوات الله وسلامه عليه -إذا استأذنه أحد منهم في ذلك أن يأذن له، إن شاء؛ ولهذا قال: { فَأْذَنْ لِمَنْ شِئْتَ مِنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ } .
ثم أمر رسوله -صلوات الله وسلامه عليه -إذا استأذنه أحد منهم في ذلك أن يأذن له، إن شاء؛ ولهذا قال: { فَأْذَنْ لِمَنْ شِئْتَ مِنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ } .
“Ini
juga merupakan adab yang telah Allah ajarkan kepada hamba-Nya yang beriman
kepada-Nya. Sebagaimana Allah perintahkan kepada mereka untuk meminta izin
ketika masuk, begitu juga Allah perintahkan mereka untuk meminta izin ketika meninggalkan
tempat/kembali. Khususnya jika mereka berkumpul bersama Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam ketika shalat Jum’at, shalat ‘Ied, shalat jama’ah, perkumpulan
bermusyawarah, atau yang lainnya. Allah ta’ala memerintahkan mereka
untuk tidak meninggalkan majelis dalam kondisi seperti itu, kecuali setelah
meminta izin dan bermusyawarah dengan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Barangsiapa yang melakukannya, maka ia termasuk orang-orang yang sempurna
keimanannya. Kemudian Allah memerintahkan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa
sallam apabila ada seseorang di antara mereka meminta izin kepada beliau akan
hal tersebut, agar mengizinkannya jika beliau menghendaki. Oleh karena itu,
Allah ta’ala berfirman : ‘berilah izin kepada siapa yang kamu
kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [Tafsiir Ibni
Katsiir, 6/88].
ثنا إِسْحَاقُ بْنُ مُحَمَّدِ
بْنِ حَكِيمٍ، قَالَ: يَحْيَى بْنُ وَاقِدٍ قَالَ: ثنا ابْنُ أَبِي غَنِيَّةَ، قَالَ:
ثنا أَبِي، قَالَ: ثنا حيَلَةُ بْنُ سُحَيْمٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِذَا زَارَ أَحَدُكُمْ فَلا يَقُومُ حَتَّى
يَسْتَأْذِنَهُ "
Telah
menceritakan kepada kami Ishaaq bin Muhammad bin Hakiim, ia berkata : Telah
berkata Yahyaa bin Waaqid : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Ghaniyyah,
ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ayahku, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Hayalah bin Suhaim, dari Ibnu ‘Umar, ia berkata :
Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Apabila salah
seorang di antara kalian berziarah (mengunjungi seseorang), janganlah ia
berdiri hingga meminta izin (kepada tuan rumah) terlebih dahulu” [Diriwayatkan oleh
Abusy-Syaikh dalam Thabaqaatul-Muhadditsiin bi-Ashbahaan no. 356;
sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ عِمْرَانَ،
عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، قَالَ: " إِذَا جَلَسَ إِلَيْكَ رَجُلٌ مُتَعَمِّدًا فَلا
تَقُمْ حَتَّى تَسْتَأْذِنَهُ ".
Telah
menceritakan kepada kami Wakii’, dari ‘Imraan, dari Abu Mijlaz, ia berkata : “Apabila
seseorang sengaja bermajelis denganmu, janganlah engkau berdiri hingga engkau
meminta izin kepadanya terlebih dahulu” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 8/418
(13/169) no. 26180; sanadnya shahih].
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ مُوسَى
بْنِ نَافِعٍ، قَالَ: قَعَدْتُ إِلَى سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ
يَقُومَ، قَالَ: " أَتَأْذَنُونَ؟ إِنَّكُمْ جَلَسْتُمْ إِلَيَّ "
Telah
menceritakan kepada kami Wakii’, dari Muusaa bin Naafi’, ia berkata : Aku
pernah duduk bersama Sa’iid bin Jubair. Ketika hendak berdiri, ia berkata : “Apakah
engkau mengizinkan (aku berdiri) ?. Sesungguhnya engkau telah bermajelis
denganku” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 8/418 (13/170) no. 26184; sanadnya shahih].
Asy-Syaikh
Al-Albaaniy rahimahullah berkata :
و في الحديث تنبيه على أدب
رفيع وهو أن الزائر لا ينبغي أن يقوم إلا بعد أن يستأذن المزور ، و قد أخل بهذا
التوجيه النبوي الكريم كثير من الناس في بعض البلاد العربية ، فتجدهم يخرجون من
المجلس دون استئذان ، وليس هذا فقط ، بل و بدون سلام أيضا
“Dalam
hadits ini (yaitu hadits Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa di atas –
Abul-Jauzaa’) merupakan peringatan terhadap adab yang mulia, yaitu bagi orang
yang berkunjung hendaknya tidak berdiri kecuali setelah meminta izin kepada tuan
rumah. Sungguh kebanyakan
orang di sebagian negeri Arab sedikit sekali yang memperhatikan adab nubuwwah
yang mulia ini. Engkau akan dapati mereka keluar dari majelis tanpa meminta
izin. Bukan hanya itu, bahkan mereka pun tanpa mengucapkan salam[1]” [Silsilah
Ash-Shahiihah, 1/356].
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas
permai, ciapus, ciomas, bogor - 11061434/20042013 – 22:10].
[1] Mengucapkan
salam ketika beranjak dari majelis juga merupakan bagian dari adab Islam yang
diajarkan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana riwayat
:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنِ ابْنِ عَجْلَانَ،
عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى مَجْلِسٍ
فَلْيُسَلِّمْ، فَإِنْ بَدَا لَهُ أَنْ يَجْلِسَ فَلْيَجْلِسْ، ثُمَّ إِذَا قَامَ فَلْيُسَلِّمْ
فَلَيْسَتِ الْأُولَى بِأَحَقَّ مِنَ الْآخِرَةِ "
Telah menceritakan
kepada kami Qutaibah : Telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari Ibnu ‘Ajlaan,
dari Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Jika salah seorang di antara kalian
mendatangi majelis, hendaklah ia mengucapkan salam. Jika ia ingin duduk,
hendaklah ia duduk, dan jika ia ingin berdiri (beranjak), hendaklah ia
mengucapkan salam. Dan tidaklah salam yang pertama lebih utama daripada salam
yang kedua” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2706; dan ia mengatakan : “Hadits
ini hasan”].
Comments
baarokallohu fiik ust..moga ilmunya diberkahi....
Ustadz,
Apakah jika saya hendak berwudhu karena batal wudhu saya, kemudian kembali lagi duduk mendengarkan kajian, saya harus meminta izin?
Terima kasih.
Semoga Alloh senantiasa memberkahi Ustadz.
Ya, jika itu memungkinkan. Misalnya dengan isyarat tunjuk tangan.
Jazakallahu khair ...
Posting Komentar