Beberapa waktu lalu saya pernah
membaca sepintas sebuah buku di toko Gunung Agung yang major content-nya adalah penolakan terhadap ‘aqidah turunnya ‘Isa Al-Masih
‘alaihis-salaam kelak di akhir jaman.
Sungguh sempat kaget rasanya, ketika saya baca buku tersebut diberikaan
sambutan (taqdim) oleh Ibu Irene
Handono. Tentu saja sebagian
besar di antara kita tidaklah asing dengan nama ini. Dalam buku tersebut, beliau
(yaitu Ibu Irene Handono) menyambut gembira dan memberikan dukungan serta
penguatan akan pendapat Penulis[1]. Patut disesalkan. Seorang yang mengaku belum lama masuk
Islam, namun malah memberikan statement yang
merusak ’aqidah Islam. Oleh karena itu, artikel ini sengaja ditulis dalam
rangka menjelaskan kedudukan permasalahan, sekaligus memberikan sanggahan
global terhadap beliau dan yang sepaham dengan beliau. Semoga Allah memberikan
kemanfaatan atas tulisan ini bagi saya dan kaum muslimin semuanya. Amiien.....
DALIL DARI AL-QUR’AN
1.
Allah ta’ala berfirman
:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ
مِنْهُ يَصِدُّونَ * وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ
إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ * إِنْ هُوَ إِلا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا
عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ * وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا
مِنْكُمْ مَلائِكَةً فِي الأرْضِ يَخْلُفُونَ * وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ
فَلا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ
Dan tatkala putra
Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak
karenanya. Dan mereka berkata : "Manakah yang lebih
baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?”. Mereka tidak memberikan perumpamaan itu
kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum
yang suka bertengkar. Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan
kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan
Allah) untuk Bani Israel. Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan
sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari
kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang
kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. [QS. Az-Zukhruf : 57-61].
Pada ayat terakhir disebutkan : wa innahu la-’ilmul-lis-saa’ah (Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan
tentang hari kiamat), yaitu turunnya Nabi
’Isa ’alaihis-salaam sebelum hari
kiamat merupakan pertanda dekatnya hari kiamat. Apalagi hal itu diperkuat
dengan qira’at (bacaan) lain dari Ibnu
’Abbas dan yang lainnya terhadap ayat tersebut dengan fat-hah pada huruf lam
dan ’ain. Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya membawakan riwayat sebagai
berikut :
حدثنا ابن بشار، قال : ثنا عبد الرحمن، قال :
ثنا سفيان، عن إبي رزين، عن إبي يحيى، عن ابن عباس : (وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ
لِلسَّاعَةِ). قال : خروج عيسى ابن مريم
Telah
menceritakan kepada Ibnu Basyaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami
’Abdurrahman, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu
Raziin, dari Abu Yahya, dari Ibnu ’Abbas radliyallaahu
’anhuma : Wa innahu la-’alamul-lis-saa’ah,
ia berkata : ”Yaitu keluarnya (turunnya) ’Isa bin Maryam (sebelum hari kiamat)”
[Tafsir Ath-Thabari 25/90].[2]
2.
Allah ta’ala
berfirman :
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ
عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ
شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا
لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا * بَلْ
رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا * وَإِنْ مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ إِلا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ
يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
Dan karena ucapan
mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam,
Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan
'Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang
(pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu.
Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali
mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh
itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa
kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada
seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum
kematiannya. Dan di hari Kiamat nanti Isa itu akan menjadi
saksi terhadap mereka. [QS. An-Nisaa’ : 157-159].
Ayat di atas secara jelas menyatakan bahwa
yang dibunuh oleh orang-orang Yahudi bukanlah Nabi ’Isa ’alaihis-salaam, akan tetapi orang yang diserupakannya. Ia tidaklah
mati, namun Allah telah mengangkatnya ke langit sebagaimana hal itu juga
ditegaskan dalam ayat yang lain :
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي
مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ
فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
(Ingatlah), ketika
Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada
akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari
orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas
orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah
kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu
berselisih padanya". [QS. Ali-’Imran : 55].
Dan jika ada yang mengatakan bahwa Nabi ’Isa ’alaihis-salaam telah wafat, maka ini
menyalahi realitas dan manthuq ayat.
Pada kenyataannya, kaum Ahli Kitab sampai saat ini tidaklah beriman kepada
ajaran Nabi ’Isa ’alaihis-salaam
dimana mereka malah meyakini keyakinan Trinitas yang kufur.[3] Berimannya
Ahlul-Kitab pada ajaran ketauhidan Nabi ’Isa ’alaihis-salaam hanya terjadi kelak di akhir jaman. Hal itu
ditunjukkan bahwa ayat menggunakan fi’il
mudlari’ (yaitu kalimat : layu’minunna
bihi – ”akan beriman kepadanya”). Nabi ’Isa ’alaihis-salaam kelak akan turun dengan menghancurkan salib dan
mengerjakan beberapa perkara lainnya (sebagaimana disebutkan dalam hadits
shahih). Tidaklah beliau akan mati kecuali kaum Ahli Kitab akan beriman kepada
beliau’alaihis-salaam.[4]
DALIL DARI AS-SUNNAH
1.
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ’anhu ia berkata : Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :
كيف أنتم إذا نزل بن مريم فيكم وإمامكم منكم
”Bagaimana keadaanmu
jika telah diturunkan (’Isa) Ibni Maryam padamu sedangkan imam/pemimpinmu
adalah orang yang berasal darimu sendiri” [HR. Al-Bukhari no. 3449 dan Muslim no.
155].
2.
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ’anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam :
لينزلن بن مريم حكما عادلا فليكسرن الصليب
وليقتلن الخنزير وليضعن الجزية....
”Sungguh (’Isa) Ibni
Maryam akan turun sebagai hakim yang ’adil, lalu ia akan mematahkan salib,
membunuh babi, dan membebaskan jizyah...” [HR. Muslim no. 155].
3.
Dari Nawwas bin Sam’an radliyallaahu ’anhu ia berkata ketika menyebutkan fitnah di akhir
jaman : Rasulullah shallallaahu ’alaihi
wasallam bersabda :
...فبينما هو كذلك إذ بعث الله المسيح بن مريم فينزل عند المنارة
البيضاء شرقي دمشق بين مهرودتين واضعا كفيه على أجنحة ملكين إذا طأطأ رأسه قطر
وإذا رفعه تحدر منه جمان كاللؤلؤ فلا يحل لكافر يجد ريح نفسه إلا مات...
”....Sementara ia
dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba Allah mengutus Al-Masih bin Maryam. Ia
turun di menara putih di sebelah timur Damaskus, menggunakan dua potong pakaian
warna kekuning-kuningan dan kedua tangannya berpegang pada sayap dua malaikat.
Bila ia menganggukkan kepalanya meneteskan air, dan bila ia mengangangkatnya
turunlah darinya butir-butir air bagaikan mutiara. Setiap orang kafir yang mencium baunya pasti mati....” [HR. Muslim no. 2937, Ahmad 4/181 no. 17666, Abu Dawud
no. 4321, dan yang lainnya].
4. Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radliyallaahu
‘anhuma, bahwasannya Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
يخرج الدجال في أمتي فيمكث أربعين لا أدري
أربعين يوما أو أربعين شهرا أو أربعين عاما فيبعث الله عيسى بن مريم كأنه عروة بن
مسعود فيطلبه فيهلكه ثم يمكث الناس سبع سنين ليس بين اثنين عداوة....
“Dajjal akan keluar
di tengah umatku dan tinggal selama empat puluh. (Perawi berkata : “Aku tidak tahu apakah
empat puluh hari, empat puluh bulan, atau empat puluh tahun”). Kemudian Allah mengutus ‘Isa bin Maryam yang
mirip dengan ‘Urwah bin Mas’ud, lalu ia mencarinya (Dajjal) dan membunuhnya.
Kemudian manusia hidup selama tujuhpuluh tahun tanpa permusuhan satu dengan
yang lainnya...” [HR. Muslim no. 2940 dan Ahmad 2/166 no. 6555].
5. Dari
Samurah bin Jundub radliyallaahu ‘anhu,
dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
bahwasannya beliau bersabda :
ثم يجيء عيسى بن مريم عليهما السلام من قبل
المغرب مصدقا بمحمد صلى الله عليه وسلم
“Kemudian ‘Isa bin
Maryam ‘alaihimas-salaam datang dari arah barat untuk membenarkan Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam” [HR. Ahmad 5/13 no. 20163. Berkata Hamzah Az-Zain (15/135)
: “Isnadnya shahih”].
6. Dan
yang lainnya.
Sesungguhnya,
hadits dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam yang mengkhabarkan tentang turunnya ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam di akhir jaman dibawakan
oleh banyak shahabat. Selain 4 (empat) orang shahabat yang telah disebutkan,
terdapat beberapa shahabat lain yang membawakan hadits turunnya ‘Isa ‘alaihis-salaam diantaranya : Jabir bin
‘Abdillah, Abu Umamah Al-Bahiliy, ‘Abdullah bin ‘Umar, Mujammi’ bin Jariyyah,
‘Aisyah binti Abi Bakr, Hudzaifah bin Asid, ‘Utsman bin Abil-‘Ash, Hudzaifah
bin Yaman, Anas bin Malik, ‘Abdullah bin Mughaffal, Safinah, Abu Bakrah, dan
yang lainnya. Secara keseluruhan, hadits tentang turunnya ‘Isa ‘alaihis-salaam mencapai derajat
mutawatir (ma’nawy).
Ibnu Katsir menegaskan :
وقد
تواترت الأحاديث عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه أخبر بنزول عيسى [بن مريم] -
عليه السلام - قبل يوم القيامة إماماً عادلاً وحكماً مقسطاً
“Terdapat
hadits-hadits mutawatir dari
Rasululah shallallaahu ‘alaihi wasallam
yang memberitahukan tentang turunnya ‘Isa ‘alaihis-salaam
sebelum hari Kiamat sebagai pemimpin dan penguasa yang ‘adil” [Tafsir Ibni Katsir 13/323 – Cet. 1/Muassasah Qurthubah].
Ibnu Hajar menukil
perkataan Abul-Hasan Al-Khusa’i Al-Abadiy dalam Manaqibusy-Syafi’iy :
تواترت
الأخبار بأن المهدي من هذه الأمة وأن عيسى يصلي خلفه
“Telah mutawatir khabar-khabar bahwasannya
Al-Mahdi termasuk dari kalangan umat ini (yaitu umat Islam) dan bahwasannya
‘Isa bin Maryam shalat di belakangnya” [Fathul-Bari
6/493-494].
DALIL IJMA’
Al-Isfirayini
mengatakan : “Umat Islam ijma’ atas turunnya ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam dan tidak ada seorang
pun di antara ulama syari’ah yang berbeda pendapat. Yang mengingkari keyakinan
ini hanyalah para filosof dan orang-orang yang tidak beriman, sedang pendapat
mereka itu tidak berlaku dan tidak mempunyai kekuatan dalam syari’at. Umat
Islam sepakat bahwa ‘Isa ‘alaihis-salaam
akan turun dan melaksanakan syari’at Islam yang dibawa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, bukan
turun dengan membawa syari’at tersendiri dari langit, walaupun ia tetap
berpredikat sebagai Nabi” [Lawaami’ul-Anwar
Al-Bahiyyah 2/94-95].
Abu Hayyan berkata
: “Umat Islam sepakat bahwa ‘Isa ’alaihis-salaam
masih hidup di langit dan seterusnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits
shahih dari Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam” [Hamisy Al-Bahrul-Muhith 2/473].
SYUBUHAAT
Beberapa syubuhaat dilontarkan oleh kaum
pengingkar dalam rangka membatalkan ‘aqidah turunnya ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam di akhir jaman. Beberapa
syubuhhat tersebut diantaranya adalah
(tidak semua) :
Pertama :
Allah ta’ala sendiri telah menegaskan wafatnya
Nabi ‘Isa ‘alaihis-salaam sebagaimana
yang tercantum dalam QS. Ali-‘Imraan : 55 (yaitu pada kalimat : innii
mutawaffiika) dan QS. Al-Maaidah : 117 (yaitu pada kalimat : falammaa tawaffaitanii...).
Jawab :
Dua ayat tersebut adalah :
إِذْ
قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ
وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ
الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya
Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan
orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari
kiamat. [QS.
Ali-’Imraan : 55].
مَا
قُلْتُ لَهُمْ إِلا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي
وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا
تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ شَهِيدٌ
Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa
yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: "Sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama
aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku,
Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas
segala sesuatu. [QS.
Al-Maaidah : 117].
Perlu diketahui bahwasannya makna ”kematian” dalam bahasa
Arab tidak selalu bermakna tercabutnya ruh dari jasad. Selain dari makna tersebut,
maka ada dua makna lain yang dapat dipahami dari kata at-tawaffi, yaitu :
1.
Tidur.
Hal itu sebagaimana terdapat dalam ayat :
وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ
وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَى
أَجَلٌ مُسَمًّى ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ
”Dan Dialah yang menidurkan
kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari,
kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu)
yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia
memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan” [QS. Al-An’am : 60].
اللَّهُ يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ
مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا
”Allah memegang jiwa
(orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu
tidurnya” [QS.
Az-Zumar : 42].
Juga doa Rasulullah shallallaahu
’alaihi wasallam ketika beliau bangun dari tidurnya :
الحمد لله الذي أحيانا بعد ما أماتنا....
”Segala puji bagi Allah yang menghidupkan
kami setelah mematikan (= menidurkan) kami...” [HR. Al-Bukhari no. 6312].
Sebagian ulama mengambil makna ini sehingga makna kedua
ayat yang diperbincangkan adalah bahwasannya Allah mengangkat ’Isa bin Maryam ’alaihis-salaam dalam keadaan tidur.
2.
Memegang atau mengambil.
Makna ini terambil sebagaimana jika dikatakan
: (وَفَيْتُ
مَالِي عَلَى فُلانٍ) ”Aku mengambil hartaku yang
menjadi tanggungan Fulan”. Juga sebagaimana disebutkan dalam QS. Az-Zumar : 42
yang lalu :
اللَّهُ يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ
مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا
”Allah memegang
jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum
mati di waktu tidurnya” [QS. Az-Zumar : 42].
Makna ini adalah makna paling kuat diantara semua kemungkinan makna yang didukung oleh
banyak mufassirin. Ibnu Jarir Ath-Thabari berada di barisan terdepan dalam
memegang pendapat ini dimana ia mengatakan :
وأولـى هذه الأقوال بـالصحة عندنا قول من قال:
معنى ذلك: إنـي قابضك من الأرض ورافعك إلـيّ, لتواتر الأخبـار عن رسول الله صلى
الله عليه وسلم .......
”Yang lebih benar di antara pendapat-pendapat
tersebut menurutku adalah pendapat yang mengatakan : Makna ayat tersebut adalah
: ”Sesungguhnya Aku memegangmu dari bumi
dan mengangkatmu kepada-Ku”; karena didukung oleh hadits-hadits mutawatir
dari Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam.......” [Tafsir Ath-Thabari 3/2-3-204].
Makna ini adalah makna asli dalam bahasa
Arab. Dalam kamus Taajul-Arus
disebutkan : istaufaahu dan tawaffaahu artinya tidak meninggalkan
sedikitpun. Kedua kata tersebut menunjukkan hasil atau akibat dari kata aufaahu [Taajul-Arus oleh Az-Zubaidi 1/394]. Kalimat mutawaffiika, yaitu pada kata tawaffaa
pada asalnya bermakna ”memegang dan
mengambil”. Dan dipakai secara majazi
dengan arti “mematikan”, sebagaimana yang tertera dalam kitab Asasul-Balaghah karya Az-Zamakhsyari.
Tentu saja, kaidah ushul bahwa al-ashlu
fil-kalaam al-haqiiqah (asal dari satu perkataan adalah makna hakikatnya)
dalam pembicaraan ini masih berlaku. Dan makna hakekat kata tawaffaa adalah memegang atau mengambil.
Oleh karena itu, mengalihkan makna hakekat kepada makna majaz (yaitu dengan makna : mati), harus mendatangkan dalil (dan
ini tidak mungkin, sebab dalil justru bertentangan dengan makna majaz).
Kedua :
Makna “mengangkat” dalam QS. Ali ‘Imran : 55
dan An-Nisaa’ : 158 adalah kiasan yang menunjuk pada makna “mengangkat
derajat”.
Jawab :
Tentu saja makna tersebut sangat lemah,
karena kata rafa’a dalam ayat diikuti
dengan huruf ilaa (إلى). Tidak bisa tidak –
dalam bahasa Arab - bahwasannya kata itu bermakna sebagaimana hakekatnya, yaitu
mengangkat sesuatu yang dhahir dari bawah menuju atas. Dalam Al-Qur’an terdapat
beberapa kalimat yang sejenis, diantaranya :
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ
هَذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ
أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُمْ مِنَ الْبَدْوِ مِنْ
بَعْدِ أَنْ نَزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ
لِمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ
Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan
berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah takbir mimpiku yang dahulu itu;
sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya
Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari rumah
penjara dan ketika membawa kamu dari dusun padang pasir, setelah setan
merusakkan (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha
Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” [QS. Yusuf : 100].
Di sini kata rafa’a diikuti dengan huruf ’alaa (على),
sehingga maknanya adalah bahwa Yusuf benar-benar menaikkan kedua orang tuanya
ke atas singgasana. Bukan menaikkan derajat orang tuanya di atas singgasana.
Oleh karena itu, kalimat ini sangat sukar dibawa pada makna majazi (yaitu
mengangkat derajat).
Begitu pula dengan kalimat
wa raafi’uka ilayya (QS. Ali-’Imran : 55) dan bal
rafa’allaahu ilaihi (QS. An-Nisaa’ : 158). Keduanya bermakna : Allah
benar-benar mengangkat jasad serta ruh Nabi ’Isa ’alaihis-salaam ke atas menuju langit. Sangat tidak mungkin kedua
kalimat itu dimaknai bahwa Allah mengangkat derajat Nabi ’Isa, karena kata ilayya (إِلَيَّ)
atau ilaihi (إِلَيْهِ) menjadi tidak berfungsi.
Ketiga :
Keyakinan turunnya
Nabi ’Isa ’alaihis-salaam
bertentangan dengan firman Allah :
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ
رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” [QS. Al-Ahzaab : 40].
Ayat di atas telah
menegaskan bahwa Rasulullah shallallaahu
’alaihi wasallam adalah nabi dan rasul terakhir. Tidak ada nabi dan rasul
setelah beliau.
Jawab :
1.
Nabi ‘Isa ‘alaihis-salaam diangkat sebagai Nabi
dan Rasul adalah sebelum Nabi Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam. Penjelasan QS. Al-Ahzab ayat 40 sama sekali tidak
bertentangan dengan “kenyataan” ini, karena setelah beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam memang tidak ada lagi nabi dan rasul
yang Allah angkat. Karena beliaulah khaatamun-nabiyyiin
(penutup para nabi).
2.
Nabi ‘Isa ’alaihis-salaam tidaklah turun dengan membawa
syari’at baru. Namun beliau turun dengan menyerukan dakwah tauhid dan
menerapkan syari’at Nabi Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam. Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa ‘Isa
‘alaihis-salaam menyerukan tauhid, meruntuhkan agama Nashrani dengan
menghancurkan salib, dan mematahkan dugaan orang-orang Nasharani yang
berlebihan di dalam menghormati ‘Isa ‘alaihis-salaam.
Begitu juga ‘Isa akan membunuh babi yang mereka halalkan, sebagai penegasan terhadap
keharaman babi (yang mana kaum Nashrani menghalalkannya), dan sebagai hinaan
atas pengakuan cinta mereka kepada ‘Isa ‘alaihis-salam bahwa mereka mengikuti
jalannya.
Lebih lanjut, diterangkan
dalam hadits berikut :
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu
‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كيف أنتم إذا نزل بن مريم فيكم وإمامكم منكم
”Bagaimana keadaanmu
jika telah diturunkan (’Isa) Ibni Maryam padamu sedangkan imam/pemimpinmu
adalah orang yang berasal darimu sendiri”
Lalu aku (Al-Walid bin Muslim
sang perawi hadits) berkata kepada Ibnu Abi Dzi’b : Sesungguhnya Al-Auza’i
telah menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Nafi’, dari Abu Hurairah
tentang lafal wa imaamukum minkum (”dan
imammu adalah orang yang berasal darimu sendiri”). Ibnu Abi Dzi’b bertanya :
“Tahukah engkau apa yang mengimami (memimpin)mu dari kalanganmu sendiri itu?”.
Aku menjawab,”Sebaiknya kamu beritahu aku”. Ia menjawab,”Yaitu ia memimpin
kalian dengan kitab Rabb kalian tabaaraka
wa ta’ala dan Sunnah Nabi kalian shallallaahu
’alaihi wasallam” [HR. Muslim no. 155].
Dari Jabir bin Abdillah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Aku
mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق ظاهرين
إلى يوم القيامة قال فينزل عيسى بن مريم صلى الله عليه وسلم فيقول أميرهم تعال صل
لنا فيقول لا إن بعضكم على بعض أمراء تكرمة الله هذه الأمة
”Akan
senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang di atas kebenaran dengan
mendapatkan pertolongan Allah hingga datangnya hari kiamat. Kemudian akan turun ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam, lalu
pemimpin mereka berkata (kepada ‘Isa),”Kemarilah, silakan Anda mengimami kami
shalat!”. Lalu ‘Isa menjawab,”Tidak, sesungguhnya sebagian kamu adalah pemimpin
bagi sebagian yang lain, sebagai penghormatan dari Allah kepada umat ini” [HR. Muslim no. 156].
Kembali ditegaskan bahwa ‘Isa turun tidak membawa syari’at baru, bahkan ia
termasuk pengikut Nabi Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam. Hal itu sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam ketika
beliau menegur ‘Umar bin Khaththab radliyallaahu
‘anhu :
لو كان موسى حيا بين أظهركم ما حل له إلا أن
يتبعني
”Kalau
seandainya Musa itu masih hidup di hadapan kalian, maka tidak halal baginya
kecuali mengikuti aku” [HR. Ahmad no. Musnad Imam Ahmad 3/338. Ahmad Syakir berkata :
”Isnadnya hasan”].
Keempat :
Hadits-hadits yang menjelaskan turunnya Nabi ‘Isa ’alaihis-salaam kelak merupakan klasifikasi
hadits ahad yang tidak bisa dijadikan landasan dalam perkara keimanan !
Jawab :
Pernyataan
ini tidaklah muncul kecuali dari orang yang bodoh terhadap ilmu hadits atau
orang yang miskin penelitian. Hadits mengenai ‘Isa ‘alaihis-salaam mencapai derajat mutawatir maknawy yang
diriwayatkan oleh lebih dari 20 (duapuluh) orang shahabat. Kemutawatiran hadits
ini telah ditandaskan oleh beberapa orang pakar hadits dulu dan sekarang
seperti Ibnu Katsir, Abul-Hasan Al-Abadiy (yang disepakati oleh Ibnu Hajar), Asy-Syaukani,
Al-Albani, dan yang lainnya.
Kalaupun
dianggap ahad, maka tidak ada ruang atau celah yang memungkinkan untuk
menolaknya. Sudah menjadi satu kesepakatan madzhab Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah
untuk menerima semua jenis hadits yang shahih, baik melalui jalan ahad ataupun
mutawatir, dalam perkara 'aqidah ataupun hukum (pembahasan lebih detail bisa dibaca di artikel : HADITS
AHAD DAN MUTAWATIR – silakan klik !).
Ibnu ‘Abdil-Barr Al-Andalusy telah mengisyaratkan
ijma’ tentang penerimaan dan pengamalan khabar/hadits ahad dalam semua
permasalahan agama (termasuk aqidah dan hukum), dimana beliau berkata :
وكلهم يدين بخبر الواحد العدل في الاعتقادات ،
ويعادي ويوالي عليها ، ويجعلها شرعاً وديناً في معتقده ، على ذلك جميع أهل السنة
“….Dan semuanya berpegang kepada satu riwayat satu
orang yang adil dalam hal ‘aqidah; membela, mempertahankannya, serta
menjadikannya sebagai syari’at dan agama.
Seperti itu pula pendapat jama’ah Ahlus-Sunnah” [At-Tamhiid oleh Ibnu ‘Abdil-Barr 1/8].
وأجمع أهل العلم من أهل الفقه والأثر في جميع
الأمصار فيما علمت على قبول خبر الواحد العدل وايجاب العمل به إذا ثبت ولم ينسخه
غيره من أثر أو أجماع على هذا جميع الفقهاء في كل عصر من لدن الصحابة الى يومنا
هذا الا الخوارج وطوائف من أهل البدع شرذمة لا تعد خلافا
“Telah ijma’ ahli ilmu dari
ahli fiqh dan atsar di seluruh penjuru (negeri-negeri Islam) – sepanjang saya
ketahui – untuk menerima hadits ahad (hadits riwayat satu orang) yang adil
(shalih dan terpercaya). Begitu pula
(telah ijma’) untuk wajib mengamalkannya, jika ia telah shahih dan tidak
dinasakh (dihapus) oleh yang lainnya, baik dari atsar atau ijma’. Inilah prinsip seluruh fuqahaa di setiap
negeri, sejak jaman shahabat hingga hari ini, kecuali Khawarij dan Ahli Bid’ah,
yaitu sekelompok kecil yang (ketidaksepakatannya) tidak sebagai perbedaan
pendapat” [idem 1/11].
Abul-Mudhaffar As-Sam’any Asy-Syafi’i berkata :
“Sesungguhnya hadits, jika benar dari Rasulullah shallallaau ‘alaihi wasallam,
diriwayatkan oleh para imam yang tsiqah
(terpercaya), dan orang belakangan mereka menyandarkan kepada orang terdahulu
(dari) mereka hingga kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan
diterima umat; maka hadits itu mewajibkan ilmu dalam apa yang berkaitan dengan
ilmu. Ini adalah perkataan kebanyakan Ahli Hadits dan orang-orang yang menekuni
As-Sunnah. Dan pendapat yang mengatakan bahwa hadits ahad tidak membuahkan ilmu
dengan sendirinya, dan harus diriwayatkan secara mutawatir karena ilmu yang ada
padanya; adalah sesuatu yang diada-adakan oleh Qadariyyah dan Mu’tazillah yang
bertujuan menolak hadits-hadits” [Risalah
Al-Intishaar li-Ahlil-Hadits yang diringkas oleh As-Suyuthi dalam Shaunul-Manthiq wal-Kalam hal. 160-161].
PENUTUP
Sebagai penutup, maka kami katakan : ’Aqidah
tentang penetapan turunnya Nabi ’Isa ’alaihis-alaam
adalah ’aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah yang didasarkan oleh Al-Qur’an,
As-Sunah, dan ijma’. Tidak boleh bagi seorang muslim pun yang menyelisihinya.
Barangsiapa yang menyelisihinya, sungguh ia telah menyelisihi banyak nash dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan barangsiapa yang menyelisihi Al-Qur’an dan
As-Sunnah, maka pada hakekatnya ia telah membiarkan dirinya berdiri di mulut
jurang kekafiran dimana ia bersiap-siap terjun di dalamnya. Semoga Allah melindungi kita
dari kesesatan dan kebinasaan. Allaahu a’lam.
[Abul-Jauzaa’]
[1] Sengaja saya tidak menyebutkan nama Penulis
(pengarang) dan judul bukunya – karena memang keduanya tidaklah begitu
terkenal. Saya khawatir, jika saya menyebutkan nama keduanya, justru akan
mempopulerkannya.
[2] Dikeluarkan pula oleh Ath-Thabarani dalam Al-Kabiir (12/153-154 – tahqiq Hamdi
As-Salafy) no. 12740, Ahmad (1/317) no. 2921, dan yang lainnya. Berkata Syu’aib
Al-Arna’uth dalam tahqiq dan takhrijnya terhadap Musnad Imam Ahmad
(5/76) : “Isnadnya hasan”. Adapun Ahmad Syakir (3/283) berkata : “Isnadnya
shahih”.
[3] Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah ta’ala :
يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ لا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا
الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ
أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَلا
تَقُولُوا ثَلاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ
سُبْحَانَهُ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الأرْضِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلا
Wahai Ahli Kitab,
janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam
itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan:
"(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik
bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai
anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. [QS. An-Nisaa’ : 171].
لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا
إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Sesungguhnya kafirlah
orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang
tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.
Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang
yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. [QS. Al-Maaidah : 73].
[4] Ibnu Jarir membawakan riwayat sebagai
berikut :
عن
ابن عباس : ((وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ
مَوْتِهِ)). قَال : قبل موت عيسى ابن مريم
Dari
Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma tentang firman Allah : ”Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab,
kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya”, ia berkata :
“Yaitu sebelum kematian ‘Isa bin Maryam” [Tafsir
Ath-Thabari 6/18. Dikeluarkan juga oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 2/309 dengan lafadh : “Keluarnya ‘Isa bin Maryam shalawatullahi ‘alaihi. Al-Hakim berkata
: “Hadits shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim, namun mereka
berdua tidak mengeluarkannya”. Adz-Dzahabi menyepakatinya].
Comments
Asalammu'alaikum wr wb ustadz, bagaimana dengan subhat bahwa hadits2 tersebut memang banyak tapi hanya bersumber dari wahab bin munabbih dan kaab yang berlatar belakang kristiani, apa memang ada jalan periwayatan lain hadits hadits isa ini tanpa melalui 2 tabiin tadi
wassalammu'alaikum wr wb
Syubhat itu tentu saja tidak benar (lha wong juga namanya syubhat).
Perlu diketahui bahwa hadits ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam ini merupakan jenis hadits mutawatir ma’nawiy. Artinya, makna hadits ini (yaitu turunnya ‘Isa ‘alaihis-salaam) dibawakan oleh banyak perawi pada setiap thabaqah-nya. Tidak benar klaim bahwa hadits ‘Isa ini hanya dibawakan oleh Wahb bin Munabbih ataupun Ka’b saja. Saya berikan sedikit contoh sederhana :
1. Hadits Hudzaifah bin Usaid Al-Ghiffariy radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa turunnya ‘Isa bin Maryam merupakan salah satu tanda datangnya hari kiamat.
إنها لن تقوم حتى ترون قبلها عشر آيات". فذكر الدخان، والدجال، والدابة، وطلوع الشمس من مغربها، ونزول عيسى ابن مريم صلى الله عليه وسلم....
“Tidaklah tegak hari kiamat hingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya, yaitu : Ad-Dajjaal, kabut (ad-dukhaan), ad-daabbah, terbitnya matahari dari arah barat, turunnya ‘Isa bin Maryam shallallaahu ‘alaihi wa sallam….”.
Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya membawakan sanad secara marfu’ sebagai berikut :
حدثنا أبو خيثمة، زهير بن حرب وإسحاق بن إبراهيم وابن أبي عمر المكي - واللفظ لزهير - (قال إسحاق: أخبرنا. وقال الآخران: حدثنا) سفيان بن عيينة عن فرات القزاز، عن أبي الطفيل، عن حذيفة بن أسيد الغفاري
“Telah menceritakan kepada kami Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb, Ishaaq bin Ibraahiim, dan Ibnu Abi ‘Umar Al-Makkiy – dan lafadhnya adalah milik Zuhair – (Ishaaq berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami; dan yang lain berkata : Telah menceritakan kepada kami) : Sufyaan bin ‘Uyainah, dari Furraat Al-Qazzaaz, dari Abuth-Thufail, dari Hudzaifah bin Usaid Al-Ghiffaariy”.
2. Hadits An-Nawwaas bin Sam’aan radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa ‘Isa akan turun di menara putih timur Damaskus.
ينزلُ عيسى بنُ مريم -عليه السلام- عندَ المنارةِ البيضاء شرقيّ دمشق
“’Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam akan turun di menara putih sebelah timur Damaskus”.
Al-Imam Muslim rahimahullah dalam Shahih-nya (no. 2937) membawakan sanad secara marfu’ sebagai berikut :
حدثنا أبو خيثمة، زهير بن حرب. حدثنا الوليد بن مسلم. حدثني عبدالرحمن بن يزيد بن جابر. حدثني يحيى بن جابر الطائي، قاضي حمص. حدثني عبدالرحمن بن جبير عن أبيه، جبير بن نفير الحضرمي؛ أنه سمع النواس بن سمعان الكلابي. ح وحدثني محمد بن مهران الرازي (واللفظ له). حدثنا الوليد بن مسلم. حدثنا عبدالرحمن بن يزيد بن جابر عن يحيى بن جابر الطائي، عن عبدالرحمن بن جبير بن نفير، عن أبيه، جبير بن نفير، عن النواس بن سمعان
Telah menceritakan kepada kami Abu Khaitsamah, Zuhair bin Harb : Telah menceritakan kepada kami Al-Waliid bin Muslim : Telah menceritakan kepadaku ‘Abdurrahman bin Yaziid bin Jaabir : Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Jaabir Ath-Thaa’iy, Qaadliy wilayah Himsh : Telah menceritakan kepadaku ‘Abdurrahman bin Jubair, dari ayahnya yaitu Jubair bin Nufair Al-Hadlramiy, bahwasannya ia mendengar An-Nawwaas bin Sam’aan Al-Kilaabiy.
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Mihraan Ar-Raaziy (dan ini lafadh miliknya) : Telah menceritakan kepada kami Al-Waliid bin Muslim : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Yaziid bin Jaabir, dari Yahya bin Jaabir Ath-Thaa’iy, dari ‘Abdurrahman bin Jubair bin Nufair, dari ayahnya yaitu Jubair bin Nufair, dari An-Nawwaas bin Sam’aan.
Hadits An-Nawwaas bin Sam’aan beserta sanadnya yang dibawakan oleh Al-Imam Muslim di atas mempunya dua jalan, yaitu Abu Khaitsamah dan Muhammad bin Mihraan Ar-Raaziy.
3. Hadits Aus bin Aus radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa ‘Isa akan turun di menara putih timur Damaskus (sama seperti hadits kedua).
Al-Imam Ath-Thabarani dalam Al-Kabir (1/217) membawakan sanad sebagai berikut :
(حدثنا أحمد بن المعلى الدمشقي القاضي ثنا هشام بن عمارة) وحدثنا عبدان بن أحمد ثنا هشام بن خالد قالا ثنا محمد بن شعيب ثنا يزيد بن عبيدة عن أبي الأشعث الصنعاني عن أوس بن أوس عن النبي صلى الله عليه و سلم
“(Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Al-Mu’allaa Ad-Dimasyqiy Al-Qaadliy : Telah menceritakan kepada kami Hisyaam bin ‘Imaarah - ) Dan telah menceritakan kepada kami ‘Abdaan bin Ahmad : Telah menceritakan kepada kami Hisyaam bin Khaalid - Mereka berdua (yaitu Hisyaam bin ‘Imaarah dan Hisyaam bin Khaalid) berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Syu’aib : Telah menceritakan kepada kami Yazid bin ‘Ubaidah, dari Abul-Asy’ats Ash-Shan’aaniy, dari Aus bin Aus, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam”.
Al-Imam Al-Haitsami dalam Majma’uz-Zawaaid (8/205) mengatakan bahwa rijaal hadits tersebut tsiqaat (terpercaya).
4. Hadits Naafi’ bin Kaisaan Ats-Tsaqafiy radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa ‘Isa akan turun di pintu Damaskus sebelah timur.
ينزل عيسى بن مريم عند باب دمشق الشرقي
“’Isa bin Maryam akan turun di pintu Damaskus sebelah timur”.
Al-Haafidh Ibnu Hajar dalam Al-Ishaabah (6/227) membawakan sanad secara marfu’ sebagai berikut :
وأخرج بن عائذ عن الوليد بن مسلم عمن سمع عبد الرحمن بن ربيعة عن عبد الرحمن بن أيوب بن نافع عن كيسان عن أبيه عن جده نافع بن كيسان صاحب النبي صلى الله عليه وآله وسلم
“Dan dikeluarkan oleh ‘Aaidz, dari Al-Waliid bin Muslim, dari seseorang yang mendengar dari ‘Abdurrahman bin Rabii’ah, dari ‘Abdurrahman bin Ayyuub bin Naafi’, dari Kaisaan, dari ayahnya, dari kakeknya yaitu Naafi’ bin Kaisaan – salah seorang shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam”.
5. Hadits Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa ‘Isa bin Maryam akan turun sebagai hakim yang ‘adil yang akan menghancurkan salib.
لينزلن بن مريم حكما عادلا فيكسر الصليب ويقتل الخنزير وليضعن الجزية
“Sungguh Ibnu Maryan akan turun sebagai hakim yang ‘adil, lalu ia akan mematahkan kayu salib, membunuh babi, dan membebaskan jizyah”.
Al-Imam Ibnu Hibban rahimahullah dalam Shahih-nya (no. 6816) membawakan sanad secara marfu’ sebagai berikut :
أخبرنا عبد الله بن محمد الأزدي قال حدثنا إسحاق بن إبراهيم قال أخبرنا عمرو بن محمد العنقزي قال حدثنا ليث بن سعد عن المقبري عن عطاء بن ميناء عن أبي هريرة
“Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad Al-Azdiy ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Ibraahiim ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Amr bin Muhammad Al-‘Anqaziy ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa’d, dari Al-Maqburiy, dari ‘Atha’ bin Miinaa’, dari Abu Hurairah”.
Asy-Syaikh Syu’aib Al-Arna’uth mengatakan bahwa sanad hadits ini adalah shahih sesuai persyaratan Al-Imam Muslim.
6. Hadits Abu Umaamah Al-Baahiliy radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa ‘Isa kelak akan turun menjadi hakim dan imam yang ‘adil.
فيكون عيسى بن مريم عليه السلام في أمتي حكما عدلا وإماما مقسطا يدق الصليب ويذبح الخنزير ويضع الجزية
“’Isa bin Marym ‘alaihis-salaam akan berada di tengah umatku sebagai hakim dan imam yang ‘adil yang akan menghancurkan salib, membunuh babi, dan menghapuskan jizyah”.
Al-Imam Ibnu Majah dalam Sunan-nya (no. 4077) membawakan sanad secara marfu’ sebagai berikut :
حدثنا علي بن محمد ثنا عبد الرحمن المحاربي عن إسماعيل بن رافع أبي رافع عن أبي زرعة الشيباني يحيى بن أبي عمرو عن أبي أمامة الباهلي قال
“Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Muhammad : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman Al-Muhaaribiy, dari Ismaa’iil bin Raafi’ Abu Raafi’, dari Abu Zur’ah Asy-Syaibaaniy Yahya bin Abi ‘Amr, dari Abu Umaamah Al-Baahiliy ia berkata”.
Asy-Syaikh Al-Albani berkata bahwa hadits tersebut dla’if.
7. Hadits Jaabir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa ‘Isa bin Maryam akan diminta mengimami shalat manusia, namun ia menolaknya.
لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق ظاهرين إلى يوم القيامة. قال، فينزل عيسى بن مريم صلى الله عليه وسلم فيقول أميرهم: تعال صل لنا. فيقول: لا. إن بعضكم على بعض أمراء. تكرمة الله هذه الأمة
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berjuang membela kebenaran dengan memperoleh pertolongan hingga datangnya hari kiamat. Kemudian ‘Isa bin Maryam shallallaahu ‘alaihi wa sallam akan turun. Berkata pemimpin mereka kepada ‘Isa : “Jadilah imam shalat bersama kami”. ‘Isa menjawab : “Tidak, sesungguhnya sebagian dari kalian adalah pemipin dari sebagian yang lain, sebagai satu penghormatan dari Allah bagi umat ini”.
Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya (no. 156) membawakan sanad sebagai berikut :
حدثنا الوليد بن شجاع، وهارون بن عبدالله، وحجاج بن الشاعر قالوا: حدثنا حجاج (وهو ابن محمد) عن ابن جريج. قال: أخبرني أبو الزبير؛ أنه سمع جابر بن عبدالله يقول: سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول
"Telah menceritakan kepada kami Al-Waliid bin Syujaa’, Haaruun bin ‘Abdillah, dan Hajjaaj bin Asy-Syaa’ir, mereka berkata : Telah menceritakan kepada kami Hajjaaj (ia adalah Ibnu Muhammad), dari Ibnu Juraij, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Abuz-Zubair, bahwasannya ia mendengar Jaabir bin ‘Abdillah berkata : Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda”.
8. Hadits Hudzaifah bin Yamaan radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa ‘Isa bin Maryam akan shalat di belakang Al-Mahdi.
فلما قاموا يصلون نزل عيسى بن مريم صلوات الله عليه إمامهم فصلى بهم
“Ketika mereka berdiri melakukan shalat, ‘Isa bin Maryam shalawaatullah ‘alaihi turun sebagai pemimpin mereka, dan kemudian ia shalat bersama mereka”.
l-Imam Al-Haakim dalam Al-Mustadrak membawakan sanad secara marfu’ sebagai berikut :
حدثني أبو بكر محمد بن أحمد بن بالويه ثنا محمد بن شاذان الجوهري ثنا سعيد بن سليمان الواسطي ثنا خلف بن خليفة الأشجعي ثنا أبو مالك الأشجعي عن أبي حازم الأشجعي عن ربعي بن حراش عن حذيفة بن اليمان رضى الله تعالى عنه
“Telah menceritakan kepadaku Abu Bakr Muhammad bin Ahmad bin Balwiih : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Syaadzaan Al-Jauhariy : Telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin Sulaiman Al-Waasithiy : Telah menceritakan kepada kami Khalaf bin Khaliifah Al-Asyja’iy : Telah menceritakan kepada kami Abu Maalik Al-Asyja’iy, dari Abu Haazim Al-Asyja’iy, dari Rib’iy bin Haraasy, dari Hudzaifah bin Al-Yamaan radliyallaahu ‘anhu”.
Al-Imam Al-Hakim mengatakan bahwa hadits tersebut adalah shahih sesuai syarat Al-Imam Muslim; dan penilaian tersebut disepakati oleh Al-Imam Adz-Dzahabiy. Namun Asy-Syaikh Al-Albani memberikan komentar bahwa Khalaf bin Khaliifah Al-Asyja’iy, meskipun termasuk rawi dari Al-Imam Muslim, namun hafalannya tercampur di akhir hayatnya. Haditsnya jayyid (bagus) untuk dijadikan syawaahid.
9. Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa ‘Isa bin Maryam turun dengan wujud seperti ‘Urwah bin Mas’ud – kemudian ia akan membunuh Dajjaal.
فيبعث الله عيسى بن مريم كأنه عروة بن مسعود. فيطلبه فيهلكه
“Maka Allah pun mengutus ‘Isa bin Maryam, yang seolah-olah dia itu ‘Urwah bin Mas’uud, lalu ‘Isa mencari/memburu Dajjaal dan membunuhnya”.
Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya (no. 2940) membawakan sanad secara marfu’ sebagai berikut :
حدثنا عبيدالله بن معاذ العنبري. حدثنا أبي. حدثنا شعبة عن النعمان بن سالم، قال: سمعت يعقوب بن عاصم بن عروة بن مسعود الثقفي يقول : سمعت عبدالله بن عمرو
“Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Mu’aadz Al-‘Anbariy : Telah menceritakan kepada kami ayahku : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah bin An-Nu’man bin Saalim ia berkata : Aku mendengar Ya’quub bin ‘Aashim bin ‘Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafiy, ia berkata : Aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Amr”.
10. Hadits Mujamma’ bin Jaariyyah Al-Anshariy radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa ‘Isa bin Maryam akan membunuh Dajjaal di pintu Lodd.
يقتل ابن مريم الدجال بباب لد
“Ibnu Maryam membunuh Ad-Dajjaal di pintu Lodd”.
Al-Imam At-Tirmidzi dalam Sunan-nya (no. 2244) membawakan sanad sebagai berikut :
حدثنا قتيبة حدثنا الليث عن بن شهاب انه سمع عبيد الله بن عبد الله بن ثعلبة الأنصاري يحدث عن عبد الرحمن بن يزيد الأنصاري من بني عمرو بن عوف يقول سمعت عمي مجمع بن جارية الأنصاري يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah : Telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari Ibnu Syihaab, bahwasannya ia mendengar ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin Tsa’labah Al-Anshariy ia menceritakan dari ‘Abdirrahman bin Yaziid Al-Anshariy, dari Bani ‘Amr bin ‘Auf, ia berkata : Aku mendengar pamanku, Mujamma’ bin Jaariyyah Al-Anshariy ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda”.
Al-Imam At-Tirmidzi mengatakan : “Hadiits hasan shahiih”. Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan : “Shahih”.
11. Hadits ‘Utsmaan bin Abil-‘Ash radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa ‘Isa bin Maryam akan turun di waktu Shubuh.
وينزل عيسى بن مريم عليه السلام عند صلاة الفجر
“Dan ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam akan turun saat shalat Shubuh hendak didirikan”.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya (no. 17931) membawakan sanadnya secara marfu’ sebagai berikut :
حدثنا عبد الله حدثني أبي حدثنا يحيى بن سعيد قال حدثنا عمرو بن عثمان حدثني موسى بن طلحة أن عثمان بن أبي العاص حدثه
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah : Telah menceritakan kepadaku ayahku : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’iid, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Amr bin ‘Utsmaan : Telah menceritakan kepadaku Musa bin Thalhah : Bahwasannya ‘Utsman bin Abil-‘Aash menceritakan kepadanya”.
Asy-Syaikh Syu’aib Al-Arna’uth mengatakan bahwa sanad hadits di atas adalah dla’if.
12. Hadits Samurah bin Jundub radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan ‘Isa bin Maryam turun akan membenarkan agama yang dibawa Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
ثم يجيء عيسى بن مريم عليهما السلام من قبل المغرب مصدقا بمحمد صلى الله عليه وسلم
“Kemudian ‘Isa bin Maryam ‘alaihimas-salaam datang dari arah barat untuk membenarkan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam”
Al-Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya (no. 20163) membawakan sanad secara marfu’ sebagai berikut :
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا روح ثنا سعيد وعبد الوهاب أنا سعيد عن قتادة عن الحسن عن سمرة بن جندب
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah : Telah menceritakan kepadaku ayahku : Telah menceritakan kepada kami Ruuh : Telah menceritakan kepada kami Sa’iid dan ‘Abdullah Al-Wahhaab : Telah memberitakan kepada kami Sa’iid, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Samurah bin Jundub radliyallaahu ‘anhu.
Asy-Syaikh Hamzah Az-Zain mengatakan bahwa sanad hadits tersebut adalah shahih.
13. Hadits ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa yang mengkhabarkan bahwa ‘Isaa akan tinggal di bumi selama empat puluh tahun.
فينزل عيسى عليه السلام فيقتله ثم يمكث عيسى عليه السلام في الأرض أربعين سنة إماما عدلا وحكما مقسطا
“Maka turunlah ‘Isa ‘alaihis-salaam dan membunuh Dajjaal. Kemudian ‘Isa ‘alaihis-salaam tinggal di bumi selama empat puluh tahun sebagai imam dan hakim yang ‘adil”.
Al-Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya (no. 24511) membawakan sanad secara marfu’ sebagai berikut :
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا سليمان بن داود قال ثنا حرب بن شداد عن يحيى بن أبي كثير قال حدثني الحضرمي بن لاحق ان ذكوان أبا صالح أخبره ان عائشة أخبرته قالت
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah : Telah menceritakan kepadaku ayahku : Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Daawud, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Harb bin Syaddaad, dari Yahya bin Abi Katsiir, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Al-Hadlramiy bin Laahiq : Bahwasannya Dzakwaan bin Abi Shaalih mengkhabarkan kepadanya (Al-Hadlramiy) bahwa ‘Aisyah telah mengkhabarkan kepadanya (Dzakwaan) : Ia (‘Aisyah) berkata”.
Asy-Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits tersebut hasan.
14. Hadits ‘Abdullah bin Salaam radliyallaahu ‘anhu yang mengkhabarkan bahwa ‘Isa bin Maryam akan dikubur bersama (di samping) Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
مكتوب في التوراة صفة محمد وصفة عيسى بن مريم يدفن معه
“Tertulis dalam Taurat sifat Muhammad dan sifat ‘Isa bin Maryam yang ia (‘Isa) akan dikuburkan bersamanya (Muhammad)”
Al-Imam At-Tirmidzi dalam Sunan-nya (no. 3617) membawakan sanadnya secara mauquf sebagai berikut :
حدثنا زيد بن أخزم الطائي البصري حدثنا أبو قتيبة سلم بن قتيبة حدثني أبو مودود المدني حدثنا عثمان بن الضحاك عن محمد بن يوسف بن عبد الله بن سلام عن أبيه عن جده
“Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Akhzam Ath-Thaa’iy Al-Bashriy : Telah menceritakan kepada kami Abu Qutaibah Salm bin Qutaibah : Telah menceritakan kepadaku Abu Mauduud Al-Madaniy : Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Adl-Dlahhaak, dari Muhammad bin Yuusuf bin ‘Abdillah bin Salaam, dari ayahnya, dari kakeknya”.
Al-Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits di atas adalah hasan ghariib. Muhammad bin Yuusuf bin ‘Abdillah bin Salaam adalah perawi maqbul apabila ada mutaba’ah.
----
Itulah sedikit di antara hadits-hadits mutawatir ma’nawiy yang menyebutkan tentang turunnya ‘Isa bin Maryam ‘alaihis-salaam di akhir jaman. Sengaja saya sebutkan dari yang shahih, hasan, dan yang dla’if dengan sanadnya sekaligus. Masih banyak yang belum tersebutkan di sini.
---------------------------
Catatan :
Hadits mutawatir didefinisikan sebagai : “apa yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan dusta mulai dari awal hingga akhir sanad”. Atau : “hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang banyak pada setiap tingkatan sanadnya menurut akal tidak mungkin para perawi tersebut sepakat untuk berdusta dan memalsukan hadits, dan mereka bersandarkan dalam meriwayatkan pada sesuatu yang dapat diketahui dengan indera seperti pendengarannya dan semacamnya”.
Ada empat syarat satu hadits dikatakan mutawatir :
1. Diriwayatkan oleh jumlah yang banyak.
2. Jumlah yang banyak ini berada pada semua tingkatan (thabaqat) sanad.
3. Menurut kebiasaan tidak mungkin mereka bersekongkol/bersepakat untuk dusta
4. Sandaran hadits mereka dengan menggunakan indera seperti perkataan mereka : kami telah mendengar, atau kami telah melihat, atau kami telah menyentuh, atau yang seperti itu. Adapun jika sandaran mereka dengan menggunakan akal, maka tidak dapat dikatakan sebagai hadits mutawatir.
Menurut jumhur ulama, tidak ada batasan tertentu dalam jumlah perawi sehingga satu hadits dikatakan mutawatir. Hadits mutawatir ini dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Mutawatir Lafdhy adalah apabila lafadh dan maknanya mutawatir. Misalnya hadits : {من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار} ”Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku (Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam) maka dia akan mendapatkan tempat duduknya dari api neraka”. Hadits ini telah diriwayatkan lebih dari 70 orang shahabat, dan diantara mereka termasuk 10 orang yang dijamin masuk surga.
2) Mutawatir Ma’nawy adalah maknanya yang mutawatir sedangkan lafadhnya tidak. Misalnya, hadits-hadits tentang mengangkat tangan ketika berdoa. Hadits ini telah diriwayatkan dari Nabi sekitar 100 macam hadits tentang mengangkat tangan ketika berdo’a. Dan setiap hadits tersebut berbeda kasusnya dari hadits yang lain. Sedangkan setiap kasus belum mencapai derajat mutawatir. Namun bisa menjadi mutawatir karena adanya beberapa jalan dan persamaan antara hadits-hadits tersebut, yaitu tentang mengangkat tangan ketika berdo’a.
Wallaahu a'lam.
Seandainya saat ini ada Nabi Isa Al Masih (baca kondisi yang sampeana utaraken), Jadi sampean / manusia sekarang tahu hari H kiamat ??!
Mari kita kembali kepada Al Qur’an sebagai rujukan utama.
Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah“. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.(QS 33:63)
Apa itu hari berbangkit ??
_____________________________
1. dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (QS 22:7)
2. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. (QS 23:16)
3. Dan orang-orang yang kafir berkata: “Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami”. Katakanlah: “Pasti datang, demi Tuhanku Yang mengetahui yang gaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi daripada-Nya seberat zarrah pun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lohmahfuz)”, (QS 34:3)
4. Dan apabila dikatakan (kepadamu): “Sesungguhnya janji Allah itu adalah benar dan hari berbangkit itu tidak ada keraguan padanya“, niscaya kamu menjawab: “Kami tidak tahu apakah hari kiamat itu, kami sekali-kali tidak lain hanyalah menduga-duga saja dan kami sekali-kali tidak meyakini (nya)”. (QS 45:32)
Sayah tunggu jawaban sampean ?!
Sejatinya saya tidak paham dengan pola pikir Anda sehingga bisa menyimpulkan saya atau manusia (yang meyakini 'aqidah turunnya 'Isa di akhir jaman) mengetahui hari H kiamat. Dengan teori logika jika p maka q (p->q) pun tidak tercermin adanya kesimpulan itu.
Mungkin saya hanya bisa menerka-nerka jalan pikiran Anda, yaitu jika kita mengetahui sebagian tanda-tanda hari kiamat maka dianggap mengetahui hari H kiamat. Begitu kah ? Jika memang demikian, tentu saja tidak benar jalan pikiran ini. Terlalu jauh. Turunnya 'Isaa itu tidak sama dengan hari H kiamat. Begitu pula dengan wafatnya 'Isa tidak ekuivalen dengan hari H kiamat. Itu hanya menrupakan petunjuk bahwa kiamat telah dekat dengan turunnya 'Isa 'alaihis-salaam.
apa ini hadits shahih
Zaid bin Thabit melaporkan bahwa ketika dia mengumpulkan Al-Qur’an pada zaman pemerintahan Abu Bakr, dia tidak dapat mendapatkan dua ayat terakhir surah al-Bara’ah sehingga dia bertemu dengan Abu Khuzaimah al-Ansari, dengan tiada seorang pun yang memiliki salinan utama (tangan pertama). Suhuf yang sudah lengkap disimpan di bawah penjagaan Abu Bakr sampai dia meninggal … (al-Bukhari, Sahih, hadith no. 4986)
katanya : Itu artinya ayat surah al-Bara’ah ( at-Taubah ) yang saat ini berjumlah 129 harusnya 127.
?
mohon penjelasannya.
ustadz, itu kok tertulis tujuh puluh tahun? bukannya tujuh tahun?
antum benar, saya kelebihan nulis : "puluh". Jazaakallaahu khairan.
Assalamu'alaikum Ustadz..
terimakasih artikelnya... sangat bermanfaat sekali..
Alhamdulillah saya meyakini bahwa Imam Mahdi dan nabi Isa akan turun ke'bumi.. ustadz, apakah nanti imam mahdi dan nabi Isa adalah Ma'shum atau tidak.?
terimakasih
Wa'alaikumus-salaam.
Nabi 'Iisaa 'alaihis-salaam adalah ma'shum dan menjalankan ajaran Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam. Adapun imam Mahdiy, ia tidak ma'shum
wallaahu a'lam.
terimakasih ustadz jawabannya.. semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan kebaikan-kebaikan kpd Ustadz untk selama-lamanya.. Aamiin Ya Baqi.
-Si'Ardjuna-
assalamu'alaikum
jazzakallahu khoiru, ahirnya saya nemu juga bantahan2 tentang syubhat yg tidak mempercayai turunnya nabi isa di akhir zaman. mudah2an menjadi penguat iman saya terhadap khabar2 yg diberitakan rasul kita Muhammad sallahu 'alahi wa sallam melalui al-qur'an dan hadist2nya yang shahih.
anonym 31okt;;
mohon ngecek slow2..pnjelasan2 jelas dilihat mudah dfhami ats prkgsian akhi jauza..apa masih kabur abua abuan?..sandaran demi sandaran di kogsikan akhi n teman2 disini..jauh dari sifat omongan kosong dalil2 trsbut..ayuh sama2 blajar..kebenaran itu ssguhnya dampak terang benderang sifatnya..peace
mohon teman2 yg msih samar2 ragu2 akalannya,ayuh blajar tanda2 kiamat yg trkumpul ddlam kitabullah assunah(SAHIH)..tanda2 dekat nya kiamat apa mungkin di nalarkan disamakan tahu tarikh kiamat kapan jadinya..beda amat lohh..akalan/hati awam sperti gua pun dpt mmhami/membedakan nya..kogsi2 aja..peace
Posting Komentar