Dalam
sebuah hadits:
عَنِ الصَّعْبِ بْنِ جَثَّامَةَ
اللَّيْثِيِّ أَنَّهُ أَهْدَى لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ حِمَارًا وَحْشِيًّا وَهُوَ
بِالْأَبْوَاءِ، أَوْ بِوَدَّانَ فَرَدَّهُ عَلَيْهِ، فَلَمَّا رَأَى مَا فِي
وَجْهِهِ، قَالَ: إِنَّا لَمْ نَرُدَّهُ عَلَيْكَ، إِلَّا أَنَّا حُرُمٌ
Dari
Ash-Sha'b bin Jatstsaamah Al-Laitsiy : Bahwasannya ia pernah menghadiahi Rasulullah
ﷺ seekor zebra (himar wahsyiy) ketika beliau
di Abwaa' atau di Waddaan. Namun beliau ﷺ
mengembalikannya kepada Ash-Sha'b. Saat melihat wajah Ash-Sha'b ketidaksukaan,
beliau ﷺ bersabda : "Sesungguhnya kami
tidak mengembalikannya kepadamu kecuali karena kami sedang ihram"
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy dan Muslim].
Orang
yang ihram dilarang membunuh binatang buruan (binatang liar di alam) sebagaimana
larangan itu ada dalam firman Allah ﷻ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا
تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu
sedang ihram" [QS. Al-Maaidah : 95].
وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا
دُمْتُمْ حُرُمًا
“Dan
diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram”
[QS. Al-Maaidah : 96].
Ibnu
Baththal rahimahullah menjelaskan:
أجمع العلماء أنه لا يجوز للمحرم قبول صيدٍ،
حتى إذا وُهب له بعد إحرامه، ولا يجوز له شراؤه، ولا إحداث ملكه؛ لعموم قوله:
{وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا} [المائدة: ٩٦]
ولحديث صعب ، فإنما رده عليه السلام؛ لأنه لا يحل للمحرم تذكية الصيد ولا إهلاله
“Para
ulama bersepakat (ijmaa’) tidak diperbolehkan bagi orang yang ihram
menerima binatang buruan hingga jika diberikan kepadanya setelah ia menyelesaikan
ihramnya. Dan tidak diperbolehkan baginya untuk membelinya dan memilikinya berdasarkan
keumuman firman-Nya ﷻ
: ‘Dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu
dalam ihram’ (QS. Al-Maaidah : 96); dan juga hadits Sha’b. Nabi ﷺ mengembalikannya hanyalah karena tidak
halal bagi orang yang ihram menyembelih binatang buruan” [Syarh Shahiih
Al-Bukhaariy, 4/488].
Mafhumnya,
jika tidak sedang ihram, beliau ﷺ mau menerima zebra hadiah dari Ash-Sha'b radliyallaahu
'anhu yang statusnya binatang buruan yang halal.
Akan
tetapi, orang yang ihram halal makan daging binatang buruan yang diberi orang
lain yang tidak sedang ihram.[1]
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ، أَنَّهُ خَرَجَ مَعَ
النَّبِيِّ ﷺ فَتَخَلَّفَ أَبُو قَتَادَةَ مَعَ بَعْضِ أَصْحَابِهِ وَهُمْ
مُحْرِمُونَ وَهُوَ غَيْرُ مُحْرِمٍ، فَرَأَوْا حِمَارًا وَحْشِيًّا قَبْلَ أَنْ
يَرَاهُ، فَلَمَّا رَأَوْهُ تَرَكُوهُ حَتَّى رَآهُ أَبُو قَتَادَةَ فَرَكِبَ
فَرَسًا لَهُ، يُقَالُ لَهُ الْجَرَادَةُ فَسَأَلَهُمْ أَنْ يُنَاوِلُوهُ سَوْطَهُ
فَأَبَوْا فَتَنَاوَلَهُ فَحَمَلَ فَعَقَرَهُ، ثُمَّ أَكَلَ فَأَكَلُوا فَنَدِمُوا،
فَلَمَّا أَدْرَكُوهُ، قَالَ: هَلْ مَعَكُمْ مِنْهُ شَيْءٌ؟ قَالَ: مَعَنَا
رِجْلُهُ فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ ﷺ فَأَكَلَهَا
Dari
Abu Qataadah : Bahwasannya ia pernah keluar bersama Nabi ﷺ.
Lalu Abu Qataadah tertinggal bersama rekan-rekannya dimana mereka dalam keadaan
ihram sedangkan Abu Qataadah tidak. Ketika itu mereka melihat seekor zebra
sebelum Abu Qataadah melihatnya. Ketika mereka melihatnya, mereka
membiarkannya. Hingga ketika Abu Qataadah melihatnya, ia bergegas menunggangi
kudanya yang bernama Jaraadah. Abu Qataadah meminta mereka untuk memberikan
cambuknya, namun mereka menolaknya. Abu Qataadah mengambilnya sendiri (untuk
memburu zebra tersebut), lalu membawanya dan kemudian menyembelihnya. Kemudian
Abu Qataadah memakannya dan rekan-rekannya ikut memakannya. Setelah itu mereka
menyesal. Ketika mereka semua dapat menyusul Nabi ﷺ
(dan menyampaikan apa yang terjadi), beliau ﷺ
bersabda : "Apakah masih ada pada kalian sisa dagingnya ?".
Abu Qataadah berkata : "Kami masih menyimpan kakinya". Lalu Nabi ﷺ
mengambilnya dan memakannya" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy dan Muslim].
Himar
wahsyiy di sini diterjemahkan dengan zebra[2].
Jenis inilah yang dimaksudkan sebagaimana dijelaskan An-Nuwairiy (w. 733H)
dalam Nihaayatul-Arab (9/199), Al-Absyiihiy (w. 850 H) dalam Al-Mustathraf
(2/121), dan Al-Manaawiy (w. 1031 H) dalam Faidlul-Qadiir (1/482). Sementara
Kamaaluddiin Ad-Damiiriy (w. 1405 H) dalam Hayaatul-Hayawaan (1/359)
mengatakan bahwa warna himar wahsyiy berbeda-beda (tidak khusus yang bergaris
saja).
Zebra
dulu banyak terdapat di jazirah Arab sebelum pembangunan Terusan Suez. Namun
kini habitatnya semakin sempit dan terbatas di beberapa wilayah di Afrika saja.[3]
Ada
beberapa jenis zebra di dunia yang secara umum mengalami tekanan di habitat
alamnya sehingga masuk dalam IUCN Redlist seperti Plains Zebra (near
threatened), Cape Mountain Zebra (vulnerable), dan Grevy's Zebra (endangered).
Meski perlu upaya konservasi, zebra tetap halal dagingnya untuk dimakan.
Wallaahu
a’lam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa’
– 09032019].
[1] Dengan syarat, orang yang tidak sedang
ihram tersebut tidak berniat mencarikan binatang buruan untuk yang ihram.
[2] Dalam tulisan lain sering diterjemahkan
dengan keledai liar. Keledai dengan zebra dalam taksonomi satu genus (Equus).
Comments
Ittaqillah,antum mendatangkan/membuat shuroh(gambar mahluk bernyawa) sbg sarana da'wah ?
ingatlah...
Kullu mushowwirun finnaar
Posting Komentar