Allah menurunkan Al-Qur’an
untuk kemaslahatan umat manusia. Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk yang harus
dijadikan pedoman oleh setiap insan yang mengharapkan keselamatan dunia dan
akhirat. Tidak ada kitab yang mampu menjelaskan arti kehidupan dengan benar
selain Al-Qur’an. Allah berfirman :
الَمَ * ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى
لّلْمُتّقِينَ
“Alif Laam Miim. Inilah kitab tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai
petunjuk untuk orang-orang yang bertaqwa” [QS. Al-Baqarah : 1].
Dalam ayat lain, lebih
tegas Allah menjelaskan bahwa Al-Qur’an merupakan petunjuk kepada jalan yang
paling lurus. Allah berfirman :
إِنّ هَـَذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلّتِي هِيَ
أَقْوَمُ وَيُبَشّرُ الْمُؤْمِنِينَ الّذِينَ يَعْمَلُونَ الصّالِحَاتِ أَنّ
لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” [QS. Al-Israa’ : 9].
Kandungan Al-Qur’an selain
sarat dengan kemaslahatan umum, juga merupakan kumpulan dari seluruh kebaikan
yang tersimpan dalam kitab-kitab samawi terdahulu. Al-Qur’an berperan sebagai muhaimin, yaitu barometer penilaian.
Kebaikan adalah yang dinilai baik oleh Al-Qur’an. Kejelekan adalah segala
sesuatu yang bertentangan dengan semangat Al-Qur’an. Allah berfirman :
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقّ
مُصَدّقاً لّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu” [QS. Al-Maidah : 48].
Al-Qur’an juga berfungsi
sebagai syifaa’ (obat) bagi berbagai
penyakit, terutama penyakit hati. Allah berfirman :
وَنُنَزّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَآءٌ
وَرَحْمَةٌ لّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظّالِمِينَ إَلاّ خَسَاراً
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian” [QS. Al-Israa’ : 82].
Al-Qur’an bebas dari
kebathilan, juga terbebas dari kontradiksi ayat-ayatnya. Allah berfirman :
لاّ يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ
وَلاَ مِنْ خَلْفِهِ تَنزِيلٌ مّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
“Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan
maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi
Maha Terpuji” [QS.
Fushshilat : 42].
Ringkasnya, tidak ada kitab
yang sempurna di dunia selain Al-Qur’an. Tidak ada petunjuk yang lebih baik daripada
petunjuk Al-Qur’an. Tidak ada kitab samawi yang seotentik Al-Qur’an.
Kitab-kitab agama lain tidak terjamin kebenaran dan keasliannya. Para tokoh
agama mereka telah menodai kesucian dan keabsahannya. Sedangkan Al-Qur’an
bersih dari semua itu. Inilah salah satu keistimewaan agama kita dimana landasan
agamanya dijaga sendiri oleh-Nya. Allah berfirman :
إِنّا نَحْنُ نَزّلْنَا الذّكْرَ وَإِنّا لَهُ
لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an dan Kami (pula) yang
menjaganya” [QS.
Al-Hijr : 9].
Pertanyaan yang timbul
sekarang : Siapa yang sudi memberikan perhatian kepada kitab ini ? Siapa yang
akan membacanya dengan penghayatan ? Siapa yang akan mengamalkan nilai-nilai
Al-Qur’an ? Jawabnya, tentu kita. Siapa lagi yang akan menghormatinya kalau bukan
kita, umat Islam sendiri ?
Dalam sebuah hadits,
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mendudukkan posisi Al-Qur’an yang
berfungsi sebagai sarana mengangkat derajat seseorang sekaligus juga
menghinakan kedudukannya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَاماً
وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dengan Kitab
ini (Al-Qur’an) dan (juga) menghinakan dengannya kaum yang lain” [HR. Muslim dan Ibnu Majah].
Bagaimana agar kita selamat
dari ancaman Al-Qur’an yang bisa menghinakan sebagian manusia ?
Saudara-Saudaraku, Allah memerintahkan manusia agar merenungkan kandungan
Al-Qur’an, tidak hanya sekedar membacanya saja. Al-Qur’an diturunkan agar
diperhatikan isinya. Allah berfirman :
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ
لّيَدّبّرُوَاْ آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكّرَ أُوْلُو الألْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran” [QS. Shaad : 29].
Dengan tadabbur atau
penghayatan dalam membaca, akan terpancarlah petunjuk dan hidayah serta
cahayanya akan menerangi kehidupan manusia. Ia akan memperoleh ilmu yang banyak
darinya. Al-Aajurriy
rahimahullah pernah
berkata : “Barangsiapa yang menghayati firman Allah, niscaya akan mengenal
Allah. Akan mengetahui keagungan kerajaan dan kekuasaan-Nya serta curahan
karunia-Nya yang banyak kepada
kaum mukminin. Ia juga mengetahui kewajiban dan senantiasa waspada dari
peringatan Allah. Siapa saja yang demikian kondisinya ketika membaca dan
menyimak Al-Qur’an, niscaya Al-Qur’an akan menjadi obat penawar baginya. Dia
akan merasa berkecukupan meski tanpa harta, percaya diri meski tanpa keluarga.
Keinginannya saat membaca Al-Qur’an adalah : Kapan aku bisa mengambil pelajaran
dari apa yang kubaca. Bukan kapan aku menyelesaikan surat ini dan itu. Sebab,
membaca Al-Qur’an adalah ibadah, tidaklah wajar jika dikerjakan dengan hati
yang lalai” [Akhlaqu Hamalatil-Qur’an, hal. 10].
Allah menjelaskan faktor
penyebab orang tidak mendapatkan hidayah menuju jalan yang lurus, karena tidak
mau memperhatikan nilai-nilai dan bersikap angkuh saat mendengarkan Al-Qur’an.
Allah berfirman :
قَدْ كَانَتْ آيَاتِي تُتْلَىَ عَلَيْكُمْ
فَكُنتُمْ عَلَىَ أَعْقَابِكُمْ تَنكِصُونَ *
مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِراً تَهْجُرُونَ
“Sesungguhnya ayat-ayatKu (Al Quran) selalu dibacakan kepada kamu
sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri
terhadap Al Quran itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di
waktu kamu bercakap-cakap di malam hari” [QS. Al-Mukminun : 66-67].
Orang-orang kafir Quraisy,
mereka menghalangi dakwah Nabi dengan cara melarang masyarakat mendengarkan
bacaan Al-Qur’an. Sebab mereka tahu, pengaruh Al-Qur’an yang besar terhadap
ahti-hati manusia. Allah berfirman :
وَقَالَ الّذِينَ كَفَرُواْ لاَ تَسْمَعُواْ
لِهَـَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْاْ فِيهِ لَعَلّكُمْ تَغْلِبُونَ
Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar
dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya,
supaya kamu dapat mengalahkan mereka." [QS. Fushshilat : 26].
Allah juga mencela orang
mukmin yang tidak khusyu’ ketika mendengar bacaan Al-Qur’an untuk
memperingatkan supaya tidak menyerupai orang-orang kafir yang tuli pendengaran
dan hatinya dari ayat Allah. Allah berfirman :
أَلَمْ يَأْنِ لِلّذِينَ آمَنُوَاْ أَن تَخْشَعَ
قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقّ وَلاَ يَكُونُواْ
كَالّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ
وَكَثِيرٌ مّنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk
hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada
mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik”
[QS. Al-Hadiid : 16].
Ayat-ayat di atas
menunjukkan pentingnya Al-Qur’an dan keharusan untuk menghayati bacaannya.
Dengan penghayatan makna yang tersimpan dalam Al-Qur’an, niscaya keimanan
seseorang akan bertambah. Ibnul-Qayyim rahimahullah pernah mengatakan : “Tidak ada sesuatu yang paling
bermanfaat melebihi manfaat bacaan Al-Qur’an yang diiringi perenungan dan
penghayatan”. Beliau menambahkan : : “Seandainya orang-orang mengetahui manfaat
besar yang timbul dari membaca Al-Qur’an dengan perenungan, niscaya mereka akan
menyibukkan diri dengannya” [Miftah Daaris-Sa’adah, hal. 204].
Oleh karena itu, sebelum
memulai membaca Al-Qur’an, semestinya seseorang membekali diri dengan metode
praktis agar ia dapat meraih manfaat dari Al-Qur’an. Ibnul-Qayyim rahimahullah menyatakan : “Bila engkau ingin meraih manfaat
dari Al-Qur’an, maka kerahkan hatimu sepenuhnya ketika membaca atau
mendengarkannya. Fokuskan pendengaran dengan baik. Bersikaplah seperti layaknya
seorang yang sedang diajak komunikasi oleh Dzat yang berbicara dengannya
(Al-Qur’an)” [Al-Fawaaid, hal. 5].
Dengan kemudahan dari
Allah, orang yang mempraktekkan cara ini saat membaca atau mendengarkan ayat
Al-Qur’an, akan menggenggam ilmu dan amal sekaligus. Semoga Allah memudahkan
kita untuk menghormati kitab-Nya dengan sepenuh penghormatan, sehingga
Al-Qur’an menjadi pembela dan pemberi syafa’at kepada kita pada hari Kiamat
kelak. Amin.
Comments
assalamu'alaykum warohmatulloh wabarokaatuh
Ustadz, afwan khawatir jadi gunjingan kaum yg senang mencari-cari kesalahan kita.
Gambar artikel ini memuat biji-bijian tasbih. khawatir nanti dimanfaatkan oleh orang2 yg tidak senang dengan dakwah sunnah.
Mohon diganti. syukron.
wassalaamu'alaykum warohmatulloh
maaf, saya izin nyimak isi blog anda ya...doa saya, semoga kesuksesan senantiasa menyertai anda...aamiin :)
Posting Komentar