02 Juli 2011

Sifat Mata Bagi Allah

Tanya :
Saya membaca di banyak media internet, salah satu keyakinan Wahabi adalah Allah mempunyai mata, dan ini adalah aqidah mujassimah. Menurut saudara, apakah benar pernyataan seperti ini ?

Jawab :
Statement yang Anda sebutkan itu ada benarnya, namun ada pula salahnya. Sisi benarnya adalah Allah ta’ala memang mempunyai mata; sedangkan sisi salahnya adalah anggapan ‘aqidah itu adalah ‘aqidah mujassimah. Yang benar, penetapan Allah ta’ala mempunyai mata merupakan bagian dari ‘aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah yang shahih, dulu dan sekarang. Banyak dalil yang menetapkannya, di antaranya :
Allah ta’ala berfirman :
وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ
“Dan buatlah bahtera itu dengan (pengawasan) mata-mata dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang yang lalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan” [QS. Huud : 37].
حدثنا محمد بن عبد الأعلى قال ، حدثنا محمد بن ثور، عن معمر، عن قتادة في قوله:(بأعيننا ووحينا) ، قال: بعين الله ووحيه.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdil-A’laa, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Tsaur, dari Ma’mar, dari Qataadah tentang firman-Nya : ‘dengan (pengawasan) mata-mata dan petunjuk wahyu Kami’, ia berkata : “Dengan mata Allah dan wahyu-Nya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Jariir dalam Tafsir-nya, 15/309 no. 18131; shahih].
وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ
“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan mata-mata Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri” [QS. Ath-Thuur : 48].
حدثنا موسى بن إسماعيل: حدثنا جويرية، عن نافع، عن عبد الله قال: ذكر الدجال عند النبي صلى الله عليه وسلم، فقال: (إن الله لا يخفى عليكم، إن الله ليس بأعور - وأشار بيده إلى عينه - وإن المسيح الدجال أعور العين اليمنى، كأن عينه عنبة طافية).
Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Ismaa’iil : Telah menceritakan kepada kami Juwairiyyah, dari Naafi’, dari ‘Abdullah (bin ‘Umar), ia berkata : Disebutkan Dajjaal di sisi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak tersembunyi dari kalian. Sesungguhnya Allah itu tidak buta sebelah matanya – lalu beliau berisyarat dengan tangannya ke matanya - . Dan bahwasannya Al-Masiih Ad-Dajjaal itu buta sebelah matanya yang kanan seakan-akan matanya itu seperti buah anggur yang mengapung (menonjol keluar)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 7407].
حدثنا علي بن نصر ومحمد بن يونس النسائي المعنى قالا ثنا عبد الله بن يزيد المقرئ ثنا حرملة يعني بن عمران حدثني أبو يونس سليم بن جبير مولى أبي هريرة قال سمعت أبا هريرة يقرأ هذه الآية إن الله يأمركم أن تؤدوا الأمانات إلى أهلها إلى قوله تعالى سميعا بصيرا قال : رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يضع إبهامه على أذنه والتي تليها على عينه قال أبو هريرة رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقرؤها ويضع إصبعيه قال بن يونس قال المقرئ يعني إن الله سميع بصير يعني أن لله سمعا وبصرا
قال أبو داود وهذا رد على الجهمية
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Nashr dan Muhammad bin Yuunus An-Nasaa’iy secara makna, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yaziid Al-Muqri’ : Telah menceritakan kepada kami Harmalah, yaitu Ibnu ‘Imraan : Telah menceritakan kepadaku Abu Yuunus Sulaim bin Jubair maulaa Abu Hurairah, ia berkata : Aku mendengar Abu Hurairah membaca ayat ini : ‘Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya’ hingga firman-Nya ta’ala : ‘Maha Mendengar lagi Maha Melihat’ (QS. An-Nisaa’ : 58). Ia (Abu Hurairah) berkata : “Aku melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam meletakkan ibu jarinya pada telinganya, dan jari telunjuknya ke matanya”. Abu Hurairah berkata : “Aku melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat itu seraya meletakkan kedua jarinya tersebut”. Ibnu Yuunus berkata : Berkata Al-Muqri’ : “Yaitu, sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat, yaitu Allah mempunyai pendengaran dan penglihatan”.
Abu Daawud berkata : “Hadits ini merupakan bantahan terhadap sekte Jahmiyyah” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4728; dishahihkan sanadnya oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan Abi Daawud 3/156].
Hadits di atas merupakan penunjukkan yang jelas dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam (dan juga para perawi hadits dari kalangan shahabat dan ulama setelahnya) bahwasannya Allah ta’ala benar-benar mempunyai mata secara hakiki, bukan dalam arti majaz seperti persangkaan sebagian orang. Adapun perkataan Abu Daawud bahwa hadits tersebut merupakan bantahan terhadap sekte Jahmiyyah, hal itu dikarenakan mereka menafikkan sifat dzaatiyyah ini dari Allah ta’ala.
Di antara perkataan para imam Ahlus-Sunnah tentang penetapan mata bagi Allah ta’ala :
Ibnu Khuzaimah rahimahullah berkata :
فواجب على كل مؤمن أن يثبت الخالقه وبارئه ما ثبّت الخالق البارئ لنفسه، من العين، غير مؤمن : من ينفي عن الله تبارك وتعالى ما قد ثبته الله في محكم تنزيله، ببيان النبي صلى الله عليه وسلم الذي جعله الله مبينًا عنه، عز وجل، في قوله : (وأنزلنا إليك الذكر لتبين للناس ما نزل إليهم)، فبين النبي صلى الله عليه وسلم أن الله عينين، فكان بيانه موافقًا لبيان محكم التنزيل، الذي هو مسطور بين الدفتين، مقروء في المحاريب الكتاتيب.
“Maka, wajib bagi setiap mukmin untuk menetapkan bagi Al-Khaaliq Al-Baari (Allah) apa-apa yang telah ditetapkan oleh Al-Khaaliq Al-Baari bagi diri-Nya, yaitu sifat ‘ain (mata). Sebaliknya, bukan termasuk golongan mukmin orang yang menafikkan dari Allah tabaaraka wa ta’ala apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah di dalam Muhkam At-Tanzil-Nya (Al-Qur’an) dan ditambah penjelasan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang memang dijadikan Allah sebagai juru penerang untuk setiap khabar yang berasal dari-Nya, melalui firman-Nya : ‘Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka’ (QS. An-Nahl : 44). Maka, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun menjelaskan bahwa bagi Allah itu mempunyai dua mata, dan penjelasannya itu sejalan dengan penjelasan Muhkam At-Tanzil (Al-Qur’an) yang tertera di antara lembaran-lembaran yang dibaca di mihrab-mihrab ataupun di tempat-tempat pengajian” [Kitaabut-Tauhiid wa Itsbaati Shifaatir-Rabb ‘Azza wa Jalla, hal. 97, tahqiq : Dr. ‘Abdul-‘Aziiz bin Ibrahim Asy-Syahwaan; Daar Ar-Rusyd, Cet. 1/1408 H].
Abul-Hasan Al-Asy’ariy rahimahullah berkata :
وأن له سبحانه عينين بلا كيف، كما قال سبحانه: (تجري بأعيننا).
“Bahwasannya Allah subhaanahu wa ta’ala mempunyai dua mata tanpa perlu ditanyakan bagaimananya (kaifiyah-nya), sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman : ‘Yang berlayar dengan pemeliharaan (pengawasan mata) Kami” (QS. Al-Qamar : 14)” [Al-Ibaanah, hal. 9; Daar Ibni Zaiduun, Cet. 1].
Al-Laalikaa’iy rahimahullah membuat satu bab dalam kitab ‘aqidahnya :
سياق ما دل من كتاب الله عز وجل وسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم على أن صفات الله عز وجل الوجه والعينين واليدين
“Konteks apa-apa yang ditunjukkan dari Kitabullah ‘azza wa jalla dan sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya di antara sifat-sifat Allah ‘azza wa jalla adalah wajah, dua mata, dan dua tangan” [Syarh Ushuulil-I’tiqaad, 3/412, tahqiq : Ahmad bin Mas’uud Al-Hamdaan]
Abu Ismaa’iil Al-Harawiy rahimahullah membuat satu bab dalam kitabnya Al-Arba’uun fii Dalaailit-Tauhiid : Baab Istbaatil-‘Ainain lahu ta’alaa (Bab Penetapan Dua Mata Bagi Allah ta’ala) [3/1].
Abu ‘Amru Ad-Daaniy rahimahullah setelah menyebutkan hadits Dajjaal di atas berkata :
فأثبت له العينين
“Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menetapkan dua mata bagi Allah ta’ala” [Ar-Risaalah Al-Waafiyyah, hal. 123].
Inilah ‘aqidah yang shahih, walau banyak orang bodoh tidak menyukainya.
Walaupun begitu, sifat mata yang dimiliki Allah ta’ala berbeda dengan makhluk-Nya, sebagaimana firman-Nya ta’ala :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” [QS. Asy-Syuuraa : 11].
Adapun Asyaa’irah – walau mereka mengaku Ahlus-Sunnah – maka kenyataannya mereka bukanlah pengamal sunnah. Mereka menafikkan apa-apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya serta menyelisihi perkataan salaf.
Wallaahu a’lam.

23 komentar:

  1. apakah kedua mata Allah ada di sebelah kanan? sebagaimana tangan Allah ada dua dan dua2nya ada di sebelah kana?

    BalasHapus
  2. saya belum pernah menjumpai nash yang menyebutkan demikian.

    BalasHapus
  3. Ustad, apakah ini benar perkataan dari Syaikh Masyhur Salman, dan mohon dijelaskan.

    قال فضيلة الشيخ مشهور بن حسن آل سلمان –حفظه الله- في درس (شرح صحيح مسلم) يوم الخميس 1/ربيع الثاني/1428هـ الموافق 19/4/2007م:

    ....

    http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=187945

    apakah dalam hal tersebut beliau menafikan Dua Mata bagi Allah?

    Mohon penjelasannya

    Jazakallah

    Lathif

    BalasHapus
  4. Tidak.

    Coba antum perhatikan dibagian bawah perkataan beliau hafidhahullah :

    أقول: إثبات صفة العينين للهِ –عزَّ وجلَّ- نُقِلَ إجماع السلف عليه وهو طريقٌ معتبرٌ يؤخذ به؛ ولكن هذا شيء والبحث في التصحيح والتضعيف في بعض النصوص شيءٌ آخر

    Jadi, beliau tetap mengakui dan mengambil ijma' salaf akan sifat dua mata bagi Allah, akan tetapi yang beliau bahas adalah bahwasannya ijma' itu tidak terlandasi oleh dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih dan sharih (yang menunjukkan dua mata).

    Kemudian di kesempatan lain ketika beliau membantah pihak-pihak yang salah paham akan perkataan beliau tersebut di atas (yaitu Al-Kurdiy), beliau berkata :

    والخلاصة أنّ صفة العينين ثابتة كما ذكر شيخ الإسلام بإجماع السلف

    selengkapnya baca : sini

    BalasHapus
  5. ustadz Abul Jauza, aqidah Imam An Nawawi dan Ibnu Hajar mengikuti sebagian aqidah Asy'ariyah, yaitu dalam aqidah asma wa shifat.

    yang ana ketahui, aqidah mereka dibantah oleh Syaikh Utsaimin. dan karena bantahan itulah akhirnya Syaikh Utsaimin dituduh telah mengkafirkan keduanya. tentu saja Asy'ariyun tidak menerima bantahan Syiakh Utsaimin, karena beliau adalah Wahabiyun kata mereka.

    yang ana tanyakan, adakah ulama salaf yang membantah beliau berdua, yang sama2 diakui kredibilitasnya sebagai ahlus sunnah oleh Asy'ariyun?

    BalasHapus
  6. Artikel bagus spt ini sungguh sayang bila ga dicopas, izin copas ya pak ustadz...Syukron...

    BalasHapus
  7. afwan ust. ptanyaan ini keluar dr Tema...,

    nikahkanlah orang-orang yang masih sendirian di antara kamu, sesungguhnya Allah akan memperbaiki akhlak mereka, meluaskan rezeki mereka, dan menambah keluhuran mereka. (al-hadits)

    catatan :
    perawi nya masih belum jelas, karena saya cari belum ketemu, kira2 siapa saudaraku yg bisa melengkapi hadits di atas....


    Permasalahan :
    Bisa kah kita menggali dengan lebih dalam, permasalahan yg tampil dan muncul ke permukaan serta menjawab apakah agama Islam ini hanya memberikan keyakinan saja atau memang secara kenyataan, sosiologis, psikologis atau apalah...

    Benak saya masih belum mampu menelaahnya, namun secara imani dalil dan nash yang saya posting di atas dan saya baca tidak saya ragukan...

    Pertanyaan :

    Benarkah menikah itu akan mendatangkan kekayaan? jika ya....Mengapa banyak kasus bunuh diri karena terpepet ekonomi?

    BalasHapus
  8. @Ibnu Abi Irfan, saya belum tahu ulama yang membuat bantahan khusus kepada An-Nawawiy. Namun ulama yang melakukan bantahan atau memberikan penjelasan yang berlainan dengan yang dikemukakan An-Nawawiy (tanpa bantahan secara khusus kepada beliau), maka banyak.

    *****

    @Anonim 5 Juli 2011 19:45...

    Islam memberikan jawaban, baik secara keyakinan maupun realitas. Karena Allah ta'ala menurunkan Al-Qur'an dengan kesempurnaan tanpa cacat :

    وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا لا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

    "Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" [QS. Al-An'aam : 115].

    Dengan sifat kesempurnaan tersebut, Allah ta'ala menjadikannya sebagai sumber petunjuk bagi manusia. Allah ta'ala berfirman :

    ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

    "Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa" [QS. Al-Baqarah : 2].

    Salah satu sifat petunjuk adalah ia nyata dalam janji-janji dan ancamannya, bukan bersifat khayal.

    Bersamaan dengan petunjuk yang diberikan Allah tersebut, Allah ta'ala menciptakan manusia dengan beberapa kelemahan sehingga seringkali lalai, lupa, lengah, berkeluh-kesah, putus asa, bodoh, dan yang sebagainya.

    Terkait dengan pertanyaan Anda di akhir, benarkah menikah pasti akan menjadikan kaya materi (sebagaimana terdefinisi dalam bahasa kita) ?.

    Jawabannya tidak.

    Allah ta'ala telah menjadikan manusia ada yang kaya harta, ada pula yang miskin harta. Allah ta'ala berfirman :

    وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

    "Dan pada harta-harta mereka (orang kaya) ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bahagian" [QS. Adz-Dzariyyaat : 19].

    BalasHapus
  9. اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا مَتَاعٌ

    “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit)” [QS. Ar-Ra’d : 26].

    Betapa banyak di antara shahabat Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam berkeluarga dalam keadaan miskin ?. Allah tidak menjamin bahwa dengan menikah seseorang pasti akan bergelimang harta. Namun Allah ta'ala menjamin bahwa orang yang menikah karena-Nya, Allah akan cukupkan dia dengan karunia-Nya :

    وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

    "Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui" [QS. An-Nuur : 32].

    Dengan syarat : Usaha dan tawakal.

    لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرُزِقْتُمْ كَمَا تُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

    “Seandainya kalian bertawakkal pada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, sungguh kalian akan diberikan rizki (oleh Allah) sebagaimana seekor burung diberikan rizki. Pagi hari burung itu pergi dalam keadaan lapar, dan ia pulang dalam keadaan kenyang” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2344, Ibnul-Mubaarak dalam Az-Zuhd no. 559, Ahmad 1/30 & 52 dan dalam Az-Zuhd no. 96, ‘Abd bin Humaid no. 10, Ibnu Maajah no. 4164, Abu Ya’laa no. 247, Ibnu Hibbaan no. 730, dan yang lainnya; At-Tirmidziy berkata : “Hasan shahih”].

    Jaminan kecukupan rizki itu tidaklah ekuivalen dengan kaya harta alias bergelimang materi. Kecukupan itu relatif. Betapa banyak orang kaya yang merasa miskin karena merasa banyak keinginannya belum terpenuhi ? Namun sebaliknya, betapa banyak orang yang berekonomi pas-pasan, mereka bergembira, merasa berkecukupan. Karena, hakekat kekayaan yang disabdakan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah :

    لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

    "Kekayaan sejati bukanlah kekayaan karena banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan sejati adalah kaya hati" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy dalam Shahihnya].

    Maksudnya, qana'ah, yaitu hatinya menerima apa saja ata apa saja yang dikaruniakan Allah ta'ala, baik sedikit atau banyak. Jika seseorang benar-benar dapat mengamalkan hal ini, maka dia akan merasa benar-benar merasa berkecukupan, tidak kurang satu apapun.

    Ringkas kata : Ada 3 point dalam jaminan kecukupan Allah ta'ala bagi orang yang menikah, yaitu : Usaha, tawakal, dan qana'ah.

    Semoga Allah ta'ala memudahkan kita dalam menggapainya.

    BalasHapus
  10. afwan ust., bisakah ust memeriksa derajat hadits n atsar di bawah ini:

    SURAH AL-KAHFI (surah yang ke-18-mengandungi 110 ayat)
    Daripada Umar berkata: Nabi saw telah bersabda:
    “Sesiapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari Jumaat, maka bersinarlah cahaya daripada bawah kakinya hingga ke langit. Untuknya cahaya di hari kiamat dan diampunkannya antara dua Jumaat”

    SURAH AS-SAJDAH (surah yang ke-32-mengandungi 30 ayat)
    Dan diriwayatkan imam Ahmad daripada jabir berkata:”Adalah Nabi SAW tidak tidur hingga dibaca surah As- Sajdah dan Al-Mulk”
    Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
    “Sesiapa membaca Surah As-Sajdah, pahalanya seperti orang yang solat menepati malam al-Qadar dan dikuatkan keIslamannya, tauhidnya serta mendapat ilmu yang benar.

    SURAH YAASIN (surah yang ke-36-mengandungi 83 ayat)
    Daripada Ma’qil ! Ibni Yasar berkata:
    “Al-Baqarah adalah rangka Al-Quran diturunkan setiap satu ayat dengan disertakan 80 Malaikat dan Ayat Kursi khususnya diturunkan khas dari di bawah Arsy Allah swt yang tersusun di dalam surah Al-Baqarah. dan surah yaasin itu, adalah jantung hati Al-Quran”.

    SURAH AD-DUKHAN (surah yang ke-44-mengandungi 59 ayat)
    Daripada abi Hurairah r.a. berkata :nabi saw telah bersabda:
    “Sesiapa yang membaca surah Ad-dukhan pada waktu malam, maka esoknya 70,000 malaikat akan meminta ampun baginya”.

    SURAH AL-WAQIAH (surah yang ke56-mengandungi 96 ayat)
    Rasulullah saw bersabda:
    ” Bacalah surah Al-Waqiah. Sesiapa yang membacanya tidak akan menjadi miskin selama-lamanya”

    SURAH AL-MULK(surah yang ke-67-mengandungi 30 ayat)
    Daripada Ibnu Abbas r.a berkata:
    “Bacalah surah al-Mulk dan ajarkanlah kepada ahli keluarga kamu dan semua anak kamu dan juga kepada anak-anakmu yang belum baligh di rumahmu dan jiran tetanggamu, sesungguhnya yang menyelamatkan dan berdebat di hari kiamat di hadapan Allah swt memohon ampun kepada pembacanya supaya Allah swt menyelamatkan dia daripada api neraka dan pembacanya juga selamat dari siksaan kubur!”
    Dan Nabi saw bersabda:
    “saya suka kalau surah ini ada dalam hati tiap insan dari umatku”.

    SURAH AL-HASYR(surah yang ke-59-mengandungi 24 ayat)
    Nabi saw bersabda:
    “Barangsiapa yang membaca 3 ayat terakhir surah al-Hasyr maka Allah swt mewakilkan 70 malaikat berselawat atasnya hingga petang. Begitu juga waktu petang dan jika dia meninggal pada hari itu, ia dikira mati syahid”

    dimohon jawabanx ust.., barakallahi fiikum....,

    BalasHapus
  11. Ustadz

    Masih terkait dengan penetapan 'Aynayn (Dua Mata) bagi Allah, apakah benar Ibnu Hazm menolak penetapan hal ini dan menganggap yang menetapkan hal tersebut adalah Mujasimah

    Mohon penjelasannya

    Jazakallah

    Lathif

    BalasHapus
  12. ustadz,

    apakah ada kalangan yang meragukan keotentikan kitab Al Ibanah Imam Abul-Hasan Al-Asy’ariy ? krn isi kitab tersebut terang benderang untuk membantah mereka, biasanya Asy'ariyun membantah dengan cara menolak keotentikan kitab

    BalasHapus
  13. @Anonim 6 Juli 2011 12:37,....

    Antum ngasih saya PR banyak sekali ya. Coba tanyakan ke ustadz yang mengampu kajian hadits.

    @mas Lathif,....

    Ibnu Hazm memang banyak dikritik ulama perihal manhajnya dalam al-asma' wash-shifaat...

    @mas Abang,...

    ada, ya dari kalangan Asy'ariyyah kontemporer....

    BalasHapus
  14. lalu, siapa dari kalangan imam / ulama' salaf yg mu'tabar bagi mereka (Asy'ariyun) yang mengakui keotentikan kitab Al Ibanah ?

    di kitab apa para ulama' mu'tabar tersebut merekomendasikan Kitab Al Ibanah ?

    BalasHapus
  15. Satu saja saya sebut, dan itu telah mencukupi. Yaitu Ibnu 'Asaakir dalam kitabnya Tabyiinul-Kadzibil-Muftariy fii Maa Nusiba ilal-Imaam Abil-Hasan Al-Asy'ariy. Di dalamnya beliau banyak menukil isi dalam kitab Al-Ibaanah.

    BalasHapus
  16. afwan ustadz, ana request antum membahas kitab yang dinisbahkan kepada Syaikh Ibnu Abdil Wahab berjudul Ahkam Tamannil Maut.

    sekilas pengetahuan ana, isi kitab ini bertentangan dengan kitab-kitab beliau yang lain. dan malahan dijadikan hujjah bagi golongan ahli tawassul mayit.

    BalasHapus
  17. Itu buku ndak shahih dinisbatkan kepada Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdil-Wahhaab. Banyak muhaqqiq dan masyaikh yang telah menjelaskannya (Syaikh 'Abdul-'Aziiz Alusy-Syaikh, Syaikh 'Abdul-Muhsin Al-'Abbaad, Syaikh Shaalih Al-Fauzaan, Syaikh Masyhuur Hasan Salmaan, Syaikh 'Abdullah bin 'Abdil-Muhsin At-Turkiy, Syaikh 'Abdullah Al-Jibriin, dan Syaikh 'Abdurrahmaan As-Sadhaan.

    Bisa ditengok di : SINI.

    BalasHapus
  18. @ Lathif

    Terkait pendapat Ibnu Hazm yang menyatakan penetapan Dua Mata Bagi Allah ('Aynayn) adalah Mujasimah adalah BENAR

    jadi yang dianggap Mujasimah oleh Ibnu Hazm adalah penetapan Dua Mata ('Aynayn) dan Dua Tangan (Yadayn) bagi Allah hal ini tercantum dalam Kitab Al-Fisal Fi Al-Mihal (2/348).

    Tapi...tunggu dulu, Label MUJASIMAH tersebut beliau berikan bukan kepada Ulama Salaf atau Hanbaliyah dsj melainkan kepada ASY'ARIY (Imam Asy'ariy).

    Ada yang sedikit lucu dalam penukilan pendapat Ibnu Hazm yang dilakukan oleh Beberapa saudara kita yang mengaku mengikuti Imam Asy'ariy:

    1. Mereka membawa-bawa ucapan Ibnu Hazm dengan beranggapan bahwa penetapan Dua Mata dan Dua Tangan bagi Allah adalah Mujasimah, sehingga mereka menolak penetapan Dua Mata dan Dua Tangan bagi Allah...

    pertanyaannya Asy'ariyah yang menolak Dua Mata dan Dua Tangan bagi Allah itu sebenarnya ikut Imam Asy'ariy atau Asy'ariy anaknya siapa?..karena Imam Asy'ari juga menetapkan Dua Mata dan Dua Tangan bagi Allah.

    2. Mereka menukil ucapan Ibnu Hazm tersebut dengan maksud "Menghantam" Salafi/Wahabi yang dianggap Mujasimah...padahal yang dimaksud oleh Ibnu Hazm adalah Imam Asy'ari, semestinya kalau benar-benar merasa mengikuti Imam Asy'ari ya GAK PERLU MENGHANTAM Salafi/Wahabi karena adanya kesamaan pemahaman tapi mungkin karena bukan Asy'ari murni atau ada tercampur dengan JAHMIYAH/MU'TAZILAH/SYI'AH jadinya ya segala cara dilakukan.

    Menyedihkan...

    Semoga saudara saya yang merasa membawa-bawa nama Ibnu Hazm dalam pelabelan Mujasimah ini, Allah beri kesempatan untuk melihat penjelasan ini...dan bisa sadar dari kekekliruannya...amin

    BalasHapus
  19. Ralat, nama kitab yang menjelaskan pendapat Ibnu Hazm bukan Al-Fisal Fi Al-Mihal, yang benar Al-Fishal Fi Al-Milal (2/348)

    BalasHapus
  20. masya Allah, artikel yang bermanfaat, ustadz..

    BalasHapus
  21. ibnu hazm adalah benar bahwa orang yang mensifati dua mata bagi allah adalah mujasimah.berarti wahabi adalah mujasimah abad ini...
    jadi hanya aqidah asyariyah lah yg termasuk ahlussunah waljamaah,karna aqidah asyariyah menolak mensifati allah dgn dua mata..

    BalasHapus
  22. Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :

    والعجب كل العجب منه أنه كان ظاهريا حائرا في الفروع، لا يقول بشيء من القياس لا الجلي ولا غيره، وهذا الذي وضعه عند العلماء، وأدخل عليه خطأ كبيرا في نظره وتصرفه، وكان مع هذا من أشد الناس تأويلا في باب الأصول، وآيات الصفات، وأحاديث الصفات

    "Dan yang sangat mengherankan darinya (Ibnu Hazm) adalah ia seorang dhaahiriy yang bingung dalam masalah furuu'. Ia tidak mengatakan sesuatu tentang qiyas, baik yang jaliy (jelas) ataupun yang lainnya. Sebab inilah yang menjatuhkannya di sisi para ulama. Ia telah terjatuh dalam kekeliruan yang besar dalam pandangannya ataupun tindakannya. Selain itu, ia juga merupakan orang yang paling kuat penakwilannya dalam masalah ushuul, ayat-ayat sifat, dan hadits-hadits sifat" [Al-Bidaayah wan-Nihaayah, 12/98].

    Inilah bentuk pengingkaran dan kritikan Ibnu Katsiir tentang Ibnu Hazm, terutama dalam masalah al-asmaa' wash-shifaat. Jadi jangan heran jika kita dapatkan dalam banyak tempat di kitab-kitab beliau (Ibnu Hazm), yang mengkritik pihak-pihak yang berseberangan dengan beliau dalam masalah sifaat. Padahal, beliau lah yang justru terjatuh dalam kekeliruan itu.

    Semoga Allah memafkan kekeliruan beliau, rahimahullah.

    BalasHapus
  23. salam alaik....ane bingung ust...aat nya menjelaskan pake jamah :bi a'yunina...kenapa diartikan cuma dua.....aneh bin ajibbbb...inilah aqidah pemaksaan pada teks...bukan pakai akal...akalanya ditaruh dimananya?

    BalasHapus