Sebagian penyebar fitnah dan pembuat onar di negeri ini ada yang gemar mengkampanyekan bahwa Asy-Syaikh ‘Aliy Al-Halabiy bukanlah murid Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah. Entah, motif apa yang melatarbelakanginya. Di sini, saya akan tuliskan bagaimana perkataan dari Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah sendiri terhadap beliau dengan harapan, mata-mata yang masih tertidur akan segera bangun dan mengambil air wudlu untuk menghilangkan kotoran yang banyak hinggap di kelopak mata. Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah berkata :
فدفعت صورة منه إلى صاحبنا و تلميذنا الشاب علي بن حسن الحلبي ....
“Lalu aku berikan foto kopinya kepada shahabat kami dan murid kami yang masih muda, ‘Aliy bin Hasan Al-Halabiy…..” [Hukmu Taarikish-Shalaah, hal. 25 – lihat : http://albaidha.net/vb/showthread.php?t=10182].
Perkataan beliau di atas sangat jelas dan tidak membutuhkan ta’wil seperti ta’wil-an ahlul-bid’ah. Beliau lebih tahu tentang Asy-Syaikh ‘Aliy daripada selainnya.
Kenyataan bahwa Asy-Syaikh ‘Aliy hafidhahullah adalah murid Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah pun juga dipersaksikan oleh ulama lainnya, seperti :
Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’iy rahimahullah berkata :
قد تكلمنا على هذا غير مرة، ولكننا نعيد مرةً أخرى، فمنهم الشيخ ناصر الدين الألباني -حفظه الله-، وطلبته الأفاضل مثل الأخ علي بن حسن بن عبد الحميد
“Kami telah mengatakannya lebih dari sekali. Akan tetapi akan kami ulangi sekali lagi. Mereka (yaitu ulama yang patut dijadikan rujukan) adalah : Asy-Syaikh Naashiruddiin Al-Albaaniy hafidhahullah, dan muridnya yang utama semisal saudara ‘Aliy bin Hasan bin ‘Abdil-Hamiid…” [Tuhfatul-Mujiib ‘alaa As-ilatil-Haadlir wal-Ghariib, hal. 160 – lihat : http://albaidha.net/vb/showthread.php?t=10182].
Asy-Syaikh ‘Abdul-Muhsin Al-‘Abbaad rahimahullah berkata :
وأوصي -أيضاً- أن يستفيد طلاّب العلم في كلِّ بلدٍ من المشتغلين بالعلم من أهل السُّنَّة في ذلك البلد، مثل تلاميذ الشيخ الألباني –رحمه الله- في الأردن والذين أسَّسوا بعده مركزاً باسمه
“Dan aku juga nasihatkan agar para penuntut ilmu mengambil faedah di setiap negeri yang dihuni para ulama dari kalangan Ahlus-Sunnah yang menyibukkan diri dengan ilmu, seperti murid-murid Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah di Urdun yang membangun sebuah markaz setelah beliau wafat dengan nama beliau (yaitu Markaaz Al-Albaaniy)” [Rifqan Ahlis-Sunnah, hal. 8].
عليكم بعلي حسن في الأردن
“Hendaklah kalian berpegang (yaitu menuntut ilmu) pada ‘Aliy Al-Halabiy di Urdun” [idem, lihat : http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=15539].
Dr. ‘Aliy Ridlaa hafidhahullah berkata :
ألتقيت البارحة أخانا الشيخ الفاضل العلامة - بحق - : علي الحلبي - التلميذ الأنجب لشيخنا الألباني – في المسجد النبوي قبيل صلاة العشاء ؛ .......
“Kemarin aku menemui saudara kami Asy-Syaikh Al-Faadlil Al-‘Allamah ‘Aliy Al-Halabiy – murid yang mulia dari Syaikh kami Al-Albaaniy – di masjid Nabawiy sesaaat sebelum shalat ‘Isyaa’…. “ [lihat : http://albaidha.net/vb/showthread.php?t=10182].
Saya kira hal itu mencukupi….
Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – 1431 H – ngaglik, sleman, diy].
Comments
Ustadz, yang saya bingungkan mereka (yang bilang syekh 'Ali bukan murid Syekh Albany) mengatakan bahwa Syekh Robi' yang men-jahr Syekh 'Ali, dan dikatakan bahwa Syekh 'Ali beraqidah Murji'ah. Gimana Ustadz?
Tidaklah setiap jarh seseorang kepada orang lainnya wajib diterima oleh setiap orang. Ini sudah maklum dalam ilmu al-jarh wat-ta'diil. Orang yang mengatakan Syaikh 'Aliy beraqidah Murji'ah adalah orang yang tidak mengetahui hakekat Murji'ah. 'Aqidah Syaikh 'Aliy sama dengan 'aqidah gurunya (Syaikh Al-Albaaniy). Sebagaimana Syaikh 'Aliy, Syaikh Al-Albaaniy pun pernah dituduh beraqidah Murji'ah.
akhi .. bagaimana dengan kitab Shiyanatus Salafy Min Waswasati Wa Talbisati Ali Al-Halabi , yang ditulis oleh syaikh ahmad bazmul yang menjelaskan tentang penyimpangan manhaj syaikh ali hasan.
Asy-Syaikh Muhammad Bazmul ditanya tentang beberapa bentuk penyimpangan Ali Hasan, maka beliau menjawab:
Kesalahan paling fatal yang ada pada diri Asy-Syaikh Ali Hasan Al-Halabi adalah:
1. Dia berupaya merobohkan kaidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam berinteraksi dengan para pengikut hawa nafsu dari kalangan Ahlul Bid’ah dan orang-orang yang menyimpang. (sekali lagi) penyimpangan paling berbahaya pada diri Asy-Syaikh Ali Hasan Al-Halabi adalah upayanya merobohkan prinsip pokok dalam menyikapi Ahlul Bid’ah dan orang-orang yang menyimpang serta para pengikut hawa nafsu. Dia ingin menyetarakan antara Ahlussunnah dan Ahlul Bid’ah. Ini adalah manhaj yang paling berbahaya yang ada pada diri Asy-Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid. Manhaj seperti ini tentu sangat berbahaya sekali, karena dapat menimbulkan berbagai dampak buruk yang sangat besar.
2. Termasuk dari bentuk kesalahan fatal yang ada padanya adalah upayanya merendahkan kedudukan ulama, dan memposisikan dirinya seolah-olah seperti kibarul ‘ulama (ulama senior). Dia mencoba menjatuhkan Asy-Syaikh Rabi’ (Al-Madkhali) dan Asy-Syaikh ‘Ubaid (Al-Jabiri). Seolah-olah posisi dirinya dengan kedua syaikh tersebut adalah teman selevel (seangkatan). Sikap seperti ini merupakan adab yang jelek. Berbagai ungkapannya dalam hal ini mengandung makna penghinaan dan pelecehan yang tidak pantas diucapkan terhadap para ulama.
sumber : http://www.assalafy.org/mahad/?p=526
Saya punya matan kitab Shiyaanatus-Salafiy. Telah banyak bantahan yang dibuat oleh murid-murid Syaikh 'Aliy. Dan yang terbagus, telah dimuat dan dicetak dalam satu buku yang berjudul : Al-Ibaanah 'anil-Khiyaanah (Ash-Shiyaanah) lil-'Adli wal-Amaanah, fir-Radd 'alaa AHMAD BAZMUUL wa Bayaan Talbisaatihi fil-Furuu' wal-Ushuul oleh Abul-'Abbaas 'Imaad Thaariq Al-Mukhtaar dan Abu Usaamah Yaasiin bin Muhammad.
Kitab ini bisa diunduh di : http://www.archive.org/download/AlibanaAboutKhiana/AL-EBANA.pdf.
Bagi orang yang senang taqlid dan tidak kritis, tentu sumber www.salafy.org adalah sumber yang sangat berharga untuk diikuti, tanpa boleh menoleh ke kanan dan ke kiri. Seandainya ada ulama yang tidak sependapat dengan Asy-Syaikh Rabi' dan Asy-Syaikh 'Ubaid hafidhahumallah, apakah otomatis dianggap sebagai satu penghinaan ? Banyak masyaikh yang tidak sependapat dengan beliau berdua dalam beberapa permasalahan. Termasuk dalam menyikapi orang-orang tertentu. Jika Asy-Syaikh 'Aliy menganggap, misalnya, Asy-Syaikh Al-Maghrawiy masih termasuk Ahlus-Sunnah; apakah beliau (Asy-Syaikh 'Aliy) lantas menjadi tidak Ahlus-Sunnah karena tidak sependapat dengan Asy-Syaikh Rabii' ? Ingat, Asy-Syaikh 'Abdul-Muhsin Al-'Abbaad dalam hal ini sependapat dengan Asy-Syaikh 'Aliy (lihat dalam kitab Ar-Rifqaan). Oleh karena itu, perbedaan pandangan ini termasuk ranah ijtihadiyyah. Pendapat Asy-Syaikh 'Aliy, Asy-Syaikh Rabii', Asy-Syaikh 'Ubaid tidaklah haram diselisihi dalam perkara ini, asalkan sesuai dengan ilmunya.
Dan sekali lagi, bagi yang senang taqlid dengan www.salafy.org ; tentu akan menutup mata meniadakan tatsabbut terhadap perkataan Asy-Syaikh 'Aliy. Banyak kalam beliau yang memuji Asy-Syaikh Rabii' dan Asy-Syaikh 'Ubaid, terutama sekali Asy-Syaikh Rabii'.
baarokalloohu fiikum. haadanallohu wa iyyakum. sungguh...inikah masanya setan putus asa untuk disembah di muka bumi...? tapi........ uhibbukum fillah... semoga kemenangan itu tidak lama lagi...
Jazakallahu khoir atas ilmunya ustadz,...sungguh hati ini perih melihat kenyataan yang ada,...sebagian orang yang menisbatkan diri kepada manhaj salaf malah menghina ulama ,semacam Syaikh Ali...pencerahan di blog ini sangat di butuhkan para thalibul 'ilmi agar tdk bingung ya ustadz..
Silahkan simak pembahasan kitab Ilmu Ushulil Bida' karya Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi, oleh ustadz badrusalam : http://kajian.net/kajian-audio/Ceramah/Badrusalam/Ilmu Ushul Bida'
ulama mana yg perlu diikuti dlm menghajr penyimpangan, ulama jarh wa ta'dil (yang lebih tahu seluk beluk kesesatan spt syaikh rabi') ato ulama sighor ato bukan ulama jarh wa ta'dil???
Saya ingat, kira-kira sekitar 15 tahun yang lalu, ada seseorang yang begitu marahnya ketika seorang ustadz di Jogja menyebutkan kibaarul-'ulamaa', namun tidak menyebutkan Syaikh Rabi' di dalamnya. Padahal ustadz tersebut sama sekali tidak bermaksud seperti yang diprasangkakan. Dan kini, 'kejadian' itu berulang. Hanya saja dalam konteks yang berbeda. Anda menganggap Syaikh Rabi' adalah kibaarul-'ulamaa', dan yang lain (mungkin yang dimaksud adalah Syaikh 'Aliy) adalah shighaar.
Dulu, ketika Syaikh 'Aliy memberikan beberapa bantahan kepada sebagian mukhaalif (ex : Sayyid Quthb, Safar Al-Hawaliy, Habiibur-Rahmaan Al-A'dhamiy, Ash-Shabuniy, dll.), beliau begitu dipuji, karena bantahannya sangat kuat. Hal itu diakui oleh masyaikh kibaar, seperti Syaikh Al-Albaaniy, Syaikh Muqbil, dll. Namun ketika berbeda pendapat dengan Syaikh Rabii', maka jadilah beliau ini seorang ulama shighaar. Bukan ahli jarh wa ta'diil. Aneh. Aneh bagi saya terhadap orang semacam Anda dan yang sependapat dengan Anda.
Yang tidak boleh diselisihi adalah kebenaran. Adapun orang, maka ia tempatnya salah dan lupa. Saya ingin memberi contoh kepada Anda tentang ulama yang thabaqah-nya lebih tinggi dari Syaikh Rabi', yaitu Sa'id bin Al-Musayyib. Ia telah menjarh 'Ikrimah maula Ibni 'Abbaas sebagai pendusta. Akan tetapi, jarhnya itu tidak diterima karena kebenaran bukan berpihak padanya menurut pendapat yang raajih. Semoga Allah memberikan petunjuk pada kita semua....
Ustadz , mending nulis lagi dari pada menanggapi hal seperti itu .
Barusan ada pengajian di kota sidoarjo di masjid al kholil ibnu tauhit yang isinya semisal dengan itu , dan syukur alhadulillah ana tidak datang ( sengaja tidak datang ) .
Ana mendengar sebagian rekamannya , dan masya Allah rasanya nggak pantas di ucapkan oleh ustadz yang menisbatkan manhajnya ke shalafush shalih.
Walaupun anonim (11 Oktober 2010 02.31) bilang spt itu, saya tetap menganggap perselisihan ini adalah ranah ijtihadiyah yg mana bila kita rajin mengikuti riwayat2 ulama salaf maupun khalaf, berselisih diantara mereka adalah sesuatu yg kerap kita temui. Taruhlah contoh Imam Ibnu Ishaq dan Imam Malik yg sama2 saling menjarh, Imam Bukhari dan Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli, dan diantara ulama khalaf yg terkenal adalah perselisihan syaikh Albani dengan syaikh Arna'uth.
Saya amat sepakat dengan ustadz Abul Jauzaa, manusia itu tempatnya salah dan lupa. Manusia itu memang kerap berselisih dan berbantah2an (QS Yunus : 36), namun ingatlah kawan, seberapapun kita berselisih, kita tidak boleh menyelisihi kebenaran dan kita tidak dibenarkan berkecimpung didalam perselisihan dan hajr menghajr terus menerus.
Oleh karena itu saya ingin menghimbau pada kawan2 yg masih menyibukkan diri pada hal2 spt ini, ketahuilah batasanmu wahai kawan. Sadarilah bahwa kita ini manusia, gudangnya kesalahan. Jgnlah kita menyibukkan diri pada perselisihan dan kesalahan2 ulama. Mereka jg manusia biasa spt kita, mereka jg bisa salah bisa benar, yg benar kita ambil, yg salah jgn kita ikuti.
Teruntuk ustadz abul jauzaa, monggo dilanjutkan lg ta'limnya. Saya menunggu faidah2 berikutnya dari artikel2 antum yg amat bermanfaat.
Ana @anonim 11 diatas , sangat setuju dengan antum anonim 12 demikian juga dengan ustadz Abul Jauzaa .
Kita-kita ini sebagai penuntut ilmu bukan kelasnya untuk menilai seorang ulama , biarlah ulama menilai ulama dan kita-kita tidak perlu taklid buta.
Bagi antum yang ingin mendengarkan kajian yang ana sampaikan diatas silahkan dengarkan : http://statics.ilmoe.com/kajian/users/ihsan/daurah/Daurah_Bahaya_Sururiyah.mp3 atau baca di : http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=496.
Sebagian dari mereka tidak menjawab salam ana ( dulu ana sebagian dari majelisnya ) , inilah yang ana sesalkan , apakah pantas kita yang menisbahkan dirinya ke manhaj yang mulia ini berperilaku seperti itu ??
Ustadz, ada tulisan bagus yang merupakan jawaban Syaikh Ali kepada Syaikh rabi'...
bisa dilihat disini:
http://inilahfakta.wordpress.com/2010/10/14/jawaban-syaikh-ali-hasan-al-halabi-terhadap-pernyataan-syaikh-rabi/
@anonim, link yang diberikan adalah penjelasan sururi menurut ust assewed, tapi ada tambahan tentang pertanyaan yang dijawab oelh assewed dengan jawaban yang tdk bisa dipertanggungjawabkan,
Tidak heran jika ikhwan-ikhwan yang ngaji ke beliau paling keras terhadap saudaranya sesama ahlus sunnah,
Dan beliau juga terlalu mudah menghukumi seseorang, seperti bisa dilihat disini:
http://inilahfakta.wordpress.com/2010/06/22/sms-jawaban-itu/
Kemudian ada lagi artikel jawaban Syaikh Ali terhadap syaikh rabi' lanjutan dari jawaban sebelumnya, bisa dilihat disini:
http://inilahfakta.wordpress.com/2010/10/17/mengapa-saya-membela-syaikh-ali-hasan-hafidzahulah/
Mudah-mudahan bisa membukakan hati para ikhwah yang masih mempunyai hati yang bersih, tidak dikotori nafsu dan taklid kepada ustadz atau syaikhnya..
Sungguh betapa akhlak Syaikh Ali hafidzahullah begitu mulia, demikian juga ketika menulis risalah terbuka yang ditujukan untuk syaikh Rabi hafidzahullah,
bisa dibaca disini:
http://inilahfakta.wordpress.com/2010/10/19/surat-terbuka-untuk-syaikh-rabi-hafidzahullah/
assalamu'alaikum...
ana dari subang, abahnajibril...slm kenal untuk semua...
kalo diperkenankan ana mau tuker link,link ini akan ana pasang di blog ana www.abahnajibril.wordpress.com , dan mohon blog ana juga dipasang disini spy kita bs share informasi..
jazakillah khoir...
Assalamu'alaikum...afwan ustadz, kalo kita meyakini pendapat ulama semisal Syaikh Robi', Syaikh Ahmad An Najmy, Syaikh Muhammadbin Hadi, Syaikh 'Abdulloh Al Bukhory, Syaikh Ahmad Bazmul yang menyatakan Syaikh 'Ali menyimpang bolehkah?
Wa'alaikumus-salaam warahmatullaahi wabarakatuh.
Seandainya saya katakan : "boleh", maka itu akan membuka pintu yang sama seandainya ada orang yang berkata :
kalo kita meyakini pendapat bahwa Syaikh Robi', Syaikh Ahmad An Najmy, Syaikh Muhammad bin Hadi, Syaikh 'Abdulloh Al Bukhory, Syaikh Ahmad Bazmul menyimpang bolehkah ?.
[dan saya tidak perlu mengatakan siapa ulama yang mengkritik sebagian di antara beliau-beliau di atas].
Oleh karena itu ya ikhwah, saya nasihatkan kepada diri pribadi saya dan juga rekan-rekan semuanya, agar menjadikan diri kita yang miskin ilmu ini sebagai perantara pembuka pintu kebaikan, bukan pintu kejelekan dan perpecahan......
Hanya kepada Allah tempat kita meminta pertolongan.....
Bismillah....
Alangkah Bijaknya kalau Ustadz Abu Al-Jauzaa' Menampilkan seluruh Perkataan ulama yg mengatakan bahwa Syeh Ali menyimpang, dan juga menampilkan seluruh ulama yg membela syeh Ali serta sebab apa para ulama mengatakan bahwa Syeh Ali Menyimpang.
Bukan hanya sekedar saling bela membela yg pada akhirnya kita terperangkap kepada merendahkan atau mencela sebagian ulama.
Afwan kalau permintaan ana ini agak lancang, Semoga Ustadz mau menanggapi permintaan ana ini sehingga kita sebagai tholabul ilmi bisa mendapatkan pencerahan.
Barokallohu fikum...
@Akh PN,.... sikap yang anda katakan bijak itu sebenarnya tidak bijak. Apakah ada hajat yang mendesak untuk membawakan bahwa si Fulan telah menjarh, namun si 'Alaan telah menta'dil ?. (entah itu Syaikh 'Aliy, Syaikh Rabii', Syaikh Yahyaa Al-Haajuriy, atau yang lainnya - semua orang dapat digunakan sebagai 'objek' jika mau).
Biasanya, sikap yang semacam ini hanyalah orang yang ingin menyibukkan diri dengan fitnah daripada menyibukkan diri dengan ilmu. Dan ini bukanlah 'pencerahan' sebagaimana yang antum maksud....
Selain itu, apakah artikel singkat di atas ada mencela ulama tertentu ?. Apakah ada dalam artikel singkat di atas kalimat yang merendahkan ulama ?. Atau antum menemukannya pada komentar saya di bawahnya ?. Jika ada, mohon antum menunjukkannya untuk saya koreksi.
Baarakallaahu fiik.
Bismillaah, lalu bagaimana dengan fatwa al-Lajnah ad-Daimah yang memfatwakan bahwa syaikh Ali Hasan menyebarkan pemikiran murji'ah lewat tulisan di dua buah kitab karya syaikh. Apakah fatwa ini boleh ditolak?
Perkataan siapapun boleh diterima atau ditolak kecuali perkataan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam. Dan ulama Lajnah - begitu pula ulama lain - bukan Nabi.
Prinsipnya, yang wajib diterima adalah kebenaran dan yang ditolak adalah kesalahan.
Yaa ayyuhalladziina aamanuu atii'ullaaha wa atii'urrasuula wa ulil amri minkum.
Fas aluu ahladzikrii in kuntum laa ta'lamuun.
Cukuplah ayat-ayat quran di atas sebagai landasan bagi kita untuk menerima pendapat para 'ulama Lajnah Daimah
Sebagaimana prinsip wajib bagi kita untuk menerima kebenaran dan menolak kesalahan.
Baaarokallahu fiikum
Saya pun dapat berkata hal semisal dengan antum:
--------
Yaa ayyuhalladziina aamanuu atii'ullaaha wa atii'urrasuula wa ulil amri minkum.
Fas aluu ahladzikrii in kuntum laa ta'lamuun.
Cukuplah ayat-ayat quran di atas sebagai landasan bagi kita untuk menerima pendapat Syaikh Ibnul-'Utsaimiin, Syaikh 'Abdul-Muhsin Al-'Abbaad, dan yang lainnya.
Sebagaimana prinsip wajib bagi kita untuk menerima kebenaran dan menolak kesalahan.
Baaarokallahu fiikum
--------
Pas juga kan ?. Kewajiban saya telah saya tunaikan dengan pengamalan ayat yang antum sebutkan.
Misalkan antum memiliki seorang anak perempuan satu-satunya, kemudian ada ikhwan yang belum antum kenal melamar putri antum. Sudah pasti antum akan mencari tahu tentang keadaan si pelamar ini dengan cara bertanya ke beberapa orang, katakanlah misalnya 20 orang. Diantara 20 orang, sebanyak 17 orang berdasarkan pengetahuan/penglihatan yang ada pada mereka selama ini mengatakan bahwa sang ikhwah pelamar ini baik akhlaknya. Namun, sebanyak 3 orang lainnya mengatakan bahwa sang pelamar ini adalah orang yang suka menipu (3 orang ini bahkan baru saja menjadi korbannya). Nah, apakah antum akan menerima lamaran sang ikhwah tadi?
Kalau antum benar-benar menjaga dan menginginkan kebaikan pada putri antum satu-satunya, tentunya antum tidak akan menerima sang pelamar tadi untuk menjadi menantu antum berdasarkan informasi terbaru yang diberikan oleh 3 orang tadi.
Ini dalam masalah dunia, apalagi dalam masalah agama. Sudah tentu kita harus lebih berhati-hati lagi dalam menjaga agama kita ini.
Tidak mungkin para ‘ulama mentahdzir seseorang tanpa berdasarkan data, dan ilmu yang akurat. Sementara pendapat Syaikh Utsaimin rahimahullah dan Syaikh Abdul Muhsin mungkin dikarenakan udzur yang ada pada beliau dan saat itu masih tersamarkan kesesatan Al Halaby.
Wahai ikhwah hati2 dengan syubhat ini: “Oleh karena itu ya ikhwah, saya nasihatkan kepada diri pribadi saya dan juga rekan-rekan semuanya, agar menjadikan diri kita yang miskin ilmu ini sebagai perantara pembuka pintu kebaikan, bukan pintu kejelekan dan perpecahan......”
Seolah-olah dengan mengikuti fatwa para ‘ulama kita menjadi pembuka pintu perpecahan. Dan syubhat di atas juga menjauhkan kita dari ‘ulama seperti Syaikh Robi', Syaikh Ahmad An Najmy, Syaikh Muhammad bin Hadi, Syaikh 'Abdulloh Al Bukhory, Syaikh Ahmad Bazmul, bahkan Lajnah Daimah.
Ketahuilah bahwa ahlussunnah wal jama’ah tidak akan terpecah dan selalu berada di atas satu aqidah. Barangsiapa yang menyimpang maka sesungguhnya dialah yang memisahkan diri dari ahlussunnah dan bukan terhitung sebagai ahlussunnah. Tidak ada istilah salafi pecah.
Ketahuilah bahwasanya agama ini selalu Allah jaga dengan adanya ‘ulama yang berusaha untuk menjaga kemurnian dari segala bentuk penyimpangan, baik yang secara terang-terangan maupun yang masih tersamarkan. Meskipun tidak semua ‘ulama diberikan keutamaan ini.
Baarakallahu fiikum.
Posting Komentar