Islam
telah memberikan perhatian yang sangat besar pada masalah adab meminta izin
masuk rumah. Allah telah mengaturnya secara khusus sebagaimana firman-Nya dalam
QS. An-Nuur : 27-29 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا
عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ * فَإِنْ لَمْ
تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ
لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
عَلِيمٌ * لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ مَسْكُونَةٍ
فِيهَا مَتَاعٌ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
sebelum minta izin dan memberikan salam kepada penghuninya. Yang demikian itu
lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorang
pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika
dikatakan kepadamu : “Kembali (saja)lah”; maka hendaknya kamu kembali. Itu
lebih bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Tidak ada
dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di
dalamnya ada keperluanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa
yang kamu sembunyikan”.
Bahkan
Allah telah memerintahkan kepada para orang tua untuk mendidik serta
membiasakan anak semenjak usia dini agar meminta izin ketika ingin memasuki
kamar orang tuanya di tiga waktu khusus, sebagaimana firman Allah ta’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا
الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ
تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ
ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ
طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
لَكُمُ الْآيَاتِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمِ
”Hai
orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu
miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada
kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu : sebelum sembahyang shubuh, ketika kamu
menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang ‘Isya’.
(Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas
mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada
keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS.
An-Nuur : 58).
Akan
tetapi bila telah menginjak usia baligh, maka ia harus meminta izin kapan saja
dan dimana saja, baik di dalam rumah ataupun di luar rumah, karena Allah telah
berfirman :
وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمُ
الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَلِكَ
يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
”Dan
apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin,
seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
(QS. An-Nuur : 59).
Secara
lebih detail, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan
adab dan etika meminta izin melalui sunnah-sunnahnya, yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1.
Menyebutkan nama bagi
orang yang meminta izin dengan mengatakan,”Saya adalah Fulan”.
Dari Jabir radliyallaahu
‘anhu ia berkata :
أتيت
النبي صلى الله عليه وسلم قد قمت الباب فقال : "من هذا ؟". فقلت :
"أنا". فقال : "أنا أنا". كأنه كرهها
”Aku mendatangi Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam maka aku mengetuk pintu. Lalu beliau bertanya : “Siapa?”.
Maka aku menjawab : “Saya”. Lalu beliau berkata : “Saya, saya”.
Sepertinya beliau tidak suka” (HR. Bukhari Muslim).
Dari Abu Dzar radliyallaahu
‘anhu ia berkata :
خرجت
ليلة من الليالي فإذا رسول الله صلى الله عليه وسلم يمشي وحده فجعلت أمشي في ظل
القمر فلتفت فرأني فقال : "من هذا؟". فقلت : "أبو ذر"
"Aku keluar pada
suatu malam, ternyata ada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
sedang berjalan seorang diri. Maka aku sengaja berjalan di bawah cahaya bulan,
lalu beliau menoleh dan melihatku. Maka beliau bertanya : “Siapa ?”. Aku
menjawab : “Abu Dzarr” (HR. Bukhari Muslim).
2.
Meminta izin tiga
kali (dengan mengetuk pintu dan mengucapkan salam)
Adab bagi seorang
yang hendak bertamu adalah mengetuk pintu (hadits Jabir di atas) dengan
pelan/tidak terlalu keras sambil minta izin dengan mengucapkan salam.
Dari Kildah bin
Hanbal radliyallaahu ‘anhu ia berkata :
دخلت
عليه ولم أسلم فقال النبي صلى الله عليه وسلم : "ارجع !". فقال : السلام
عليكم أأدخل ؟
”Aku mendatangi Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam lalu aku masuk ke rumahnya tanpa mengucapkan salam. Maka
beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : ‘Keluar dan ulangi
lagi dengan mengucapkan Assalamu’alaikum, boleh aku masuk?” (HR. Abu Dawud
dan Tirmidzi, dan ia – yaitu Tirmidzi – berkata : Hadits hasan).
Dari Abi Musa
Al-Asy’ary radliyallaahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah shallallaahu
’alaihi wasallam bersabda :
الإستئذان
ثلاثة، فإن أذن لك وإلا فارجع
”Minta izin masuk
rumah itu tiga kali, jika diizinkan untuk kamu (masuklah). Dan jika tidak, maka
pulanglah” (HR. Muslim).
Itulah adab syar’i
yang mungkin “asing” di tengah kaum muslimin. Kita tidak perlu marah atau kesal
jika pemilik rumah tidak memberi izin dan menyuruh kita kembali pulang.
Barangkali si pemilik rumah mempunyai hajat kesibukan atau udzur, sehingga
tidak bisa melayani kedatangan tamu.
3.
Tidak menghadap ke
arah pintu
Ketika kita mengetuk
pintu, dianjurkan untuk tidak menghadap ke arah pintu. Adab ini adalah untuk menghindari
terlanggarnya kehormatan muslim lainnya dengan melihat sesuatu yang bukannya
haknya untuk dilihat.
Diriwayatkan dari
Abdullah bin Bisyr radliyallaahu ‘anhu, ia berkata :
كان
رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أتى باب قوم لم يستقبل الباب من تلقاء وجهه ولكن
من ركنه لأيمن أو لأيسره ويقول : السلام عليكم السلام عليكم
”Apabila Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam mendatangi pintu/rumah seseorang, beliau tidak berdiri di
depan pintu. Akan tetapi di samping kanan atau di samping kiri. Kemudian beliau
mengucapkan : Assalamu’alaikum Assalamu’alaikum” (HR. Abu Dawud).
4.
Tidak boleh melihat
ke dalam rumah
Poin ini merupakan
kaitan dari poin nomor 3 di atas.
Dari Hudzail ia
berkata : “Seorang laki-laki – ‘Utsman bin Abi Syaibah menyebutkan laki-laki
ini adalah Sa’ad bin Abi Waqqash radliyallaahu ‘anhu – berdiri di depan
pintu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam untuk meminta izin. Ia
berdiri tepat di depan pintu. – Utsman bin Abi Syaibah mengatakan : Berdiri
mengahadap pintu - . Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata
kepadanya :
هكذا
عنك - هكذا - فإنما الإستئذان من النظر
”Menyingkirlah
dari depan pintu, sesungguhnya meminta izin itu disyari’atkan untuk menjaga
pandangan mata” (HR. Abu Dawud).
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam juga bersabda :
لو
أن امرأ إطلع عليك بغير إذن فخذفته بحصاة ففقأت عينه ما كان عليك من جناح
”Sekiranya ada
seseorang yang mengintip rumahmu tanpa izin, lalu engkau melemparnya dengan
batu sehingga tercungkil matanya, maka tidak ada dosa atasmu” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Inilah
beberapa adab Islam dalam minta izin masuk rumah yang ana coba himpun. Masih
banyak yang belum tertulis secara detail, namun setidaknya inilah
pokok-pokoknya. Semoga bermanfaat,..... dan yang lebih penting lagi : Semoga
Allah mempermudah kita untuk melakukannya serta mencintai sunnah-sunnahnya shallallaahu
‘alaihi wasallam.
Allahu
a’lam.
المراجع :
١ - لباب التفسير من ابن كثير - تأليف :
الدكتور عبد الله ال الشيخ.
٢ - كيف تربي ولداًَ صالحاً.
٣ - رياض الصالحين، تخريج : الشيخ الألباني
Abul-Jauzaa'
dan Ummu Humaid
Comments
Terimakasih... semoga Allah Swt memberkahi kita semua. Amin...
Mohon ijin, tulisannya di copy untuk teman2....
Assalamau 'alaykum. Ust, mohon cpy-paste untuk bahan buletin dakwah. Jazakumullohu khiaran.
Syukron
Posting Komentar