02 April 2018

Modifikasi Kesyirikan


Dewi Sri adalah tokoh mitologi Hindu yang konon menjadi sumber asal tanaman padi. Karenanya lah kemudian masyarakat agraris tradisional (baca : kuno) Jawa-Bali memujanya sebagai lambang keberkahan dan kesuburan dengan segala ritualnya yang kental dengan nuansa animisme dan dinamisme. Ritual tersebut masih banyak dilakukan masyarakat hingga kini.
Misalnya saja ritual Mapag Dewi Sri yang dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai utara Jawa Barat (Cirebon, Idramayu, dan Subang). Ritual ini merupakan perkawinan antara budaya Sunda Kuno dan ‘budaya Islam Jawa[1]’ yang dilakukan untuk menyambut panen raya padi[2]. Dewi Sri (Nyai Pohaci Sanghyang Asri) dianggap masyarakat sebagai subjek (halusinasi) penjaga padi yang menghantarkan mereka pada musim panen. Teknis pelaksanaan ritual Mapag (Dewi) Sri tidak sama persis satu daerah dengan daerah lainnya. Namun satu elemen penting yang menjadi kesamaannya adalah keberadaan sesaji/sesajen[3]. Prosesinya, sesajen dibawa ke tempat padi yang diikat[4] lalu disimpan di sekitar padi tersebut. Setelah itu padi didoai oleh punduh, sesepuh para petani yang (dianggap) mempunyai kemampuan supernatural[5]. Padi tersebut kelak dijadikan bibit.

Upacara yang masih saudaraan dengan Mapag Sri adalah Nadran/Nyadran. Nyadran sukuran laut merupakan ritual yang dilakukan dilakukan agar hasil tangkapan ikan para nelayan banyak/melimpah, sekaligus sebagai tolak bala. Elemen utamanya adalah sesaji yang disebut ancak, berupa anjungan berbentuk replika perahu berisi kepala kerbau, kembang tujuh rupa, buah-buahan, makanan khas, dan lain sebagainya. Sebelum dilepaskan ke laut, ancak diarak terlebih dahulu mengelilingi tempat-tempat yang telah ditentukan sambil diiringi dengan berbagai suguhan seni tradisional, seperti tarling, genjring, barongsai, telik sandi, jangkungan, ataupun seni kontemporer (drumband).[6]
Ritual Mapag (Dewi) Sri dan Nadran Laut ini jelas perbuatan syirik akbar.
Yang memberikan hasil panen yang baik, ikan yang melimpah, dan rizki secara umum hanyalah Allah ta’ala. Tidak ada campur tangan sedikitpun subjek (halusinasi) yang bernama Dewi Sri (Nyai Pohaci Sanghyang Asri) atau jin/setan penguasa laut. Allah ta’ala berfirman:
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah” [QS. Saba’: 24].
Bahkan kaum musyrikin zaman dahulu memahami hanya Allah-lah Tuhan yang memberikan mereka rizki dan mengatur segala urusan, sebagaimana firman-Nya:
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” [QS. Yuunus : 31].
Sungguh ‘mengherankan’ !
Dalam ayat lain Allah ta’ala berfirman:
يَأَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” [QS. Faathir : 3].
Allah ta’ala dalam ayat ini (QS. Faathir : 3), menjelaskan tentang sifat Rubuubiyyah dan Uluuhiyyah-Nya sekaligus.
Ath-Thabariy rahimahullah menjelaskan :
لا معبود تنبغي لَهُ العبادة، إلا الذي فطر السَّمَوَاتِ والأرض، القادر على كل شيء، الذي بيده مفاتح الأشياء وخزائنها، ومغالق ذلك كله، فلا تعبدوا أيها الناس شيئًا سواه، فإنه لا يقدر على نفعكم وضركم سواه، فله فأخلصوا العبادة، وإياه فأفردوا بالألوهة
“Tidak ada sesembahan yang layak baginya untuk diibadahi kecuali Dzat yang menciptakan langit dan bumi, Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang di tangan-Nya lah kunci pembuka segala sesuatu dan perbendaharaannya, dan sekaligus kunci penutupnya. Maka janganlah kalian menyembah – wahai sekalian manusia – sesuatupun selain-Nya, karena tidak ada yang mampu memberikan manfaat maupun mudlarat kepada kalian selain-Nya. Maka ikhlashkanlah ibadah untuk-Nya, dan esakanlah peribadahan/uluuhiyyah hanya bagi-Nya…” [Tafsiir Ath-Thabariy, 19/329; tahqiq : At-Turkiy].
Segala macam bentuk peribadahan, baik itu kurban, sembelihan, isti’aadzah (permohonan perlindungan), isti’aanah (permohonan pertolongan), dan yang lainnya tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah ta’ala.
Allah ta'ala berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam” [QS Al-An'aam : 162].
Kesyirikan-kesyirikan sebagaimana disebutkan di atas tidak lantas menjadi ‘syari’iy’ (?) hanya sekedar dimodifikasi dengan tanmbahan kemasan istighatsah-an dan nyanyian shalawatan. Tak diterima alasan : “Saya beragama Islam yang menyembah Allah, melakukan kewajiban shalat dan puasa”. Perbuatan mereka yang menyembah Allah ta’ala dan sekaligus tuhan selain-Nya adalah murni kesyirikan itu sendiri.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain di samping (menyembah) Allah, padahal tidak ada satu dalilpun baginya tentang itu, maka benar-benar balasannya ada pada Tuhannya. Sungguh tiada beruntung orang-orang kafir itu” [QS. Al-Mukminun: 11].
Sama seperti orang-orang Yahudi dan Nashara yang selain menyembah Allah, mereka menyembah tuhan yang lainnya:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putra Allah" dan orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putra Allah". Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” [QS. At-Taubah : 30].
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih” [QS. Al-Maaidah : 73].
Kelak, semua sesembahan yang mereka sembah selain Allah akan berlepas diri di hari kiamat.
وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا * كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا
“Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka” [QS. Maryam : 81-82].
Hingga setan dan kawanannya pun berlepas tangan atas kecelakaan yang menimpa seseorang dengan sebab kesyirikan yang dilakukannya.
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الأمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِي عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِي مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Dan berkatalah setan ketika perkara (hisab) telah diselesaikan : ‘Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih” [QS. Ibraahiim : 22].
Ini adalah perkara dasar lagi pokok dalam agama kita, yang wajib diketahui – dan memang seharusnya telah diketahui – oleh setiap orang yang ber-KTP muslim.
Alhamdulillah, banyak ulama dan du’at yang memerangi kesyirikan dengan berbagai bentuknya, sehingga – atas idzin Allah ta’ala – dakwah yang mengajak pada tauhid dan sunnah semakin menyebar.
Namun, jika ada sebagian oknum yang justru mengipas-ngipasi kesyirikan ini dan berusaha menghidupkannya dengan mengatakan (misalnya) :
“Mapag Dewi Sri, dewa yang menjaga tanaman, kita jemput….(kurang jelas)… panen dengan sholawatan,..tiedak apa-apa (sambil mengibaskan tangannya). Nyadran sukuran laut supaya ikannya banyak, tidak apa-apa (sambil mengibaskan tangannya lagi)…”
sungguh, sangat disayangkan mengerikan!.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
"Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh" [QS. Al-Hajj : 31].
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar" [QS. An-Nisaa' : 48].
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan” [QS. Al-An’aam : 88].
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun” [QS. Al-Maaidah : 72].
Jika perkataan tersebut di atas diucapkan oleh orang yang mengerti dalil, paham lagi fasih bahasa Arab, pernah belajar dan diajari tentang makna tauhid dan syirik, serta pernah di hidup di negeri yang dipenuhi ulama yang mendakwahkan tauhid dan memerangi syirik; saya tidak melihat adanya ‘udzur dalam kekufuran akbar yang dilakukannya. Kecuali saat bicara yang bersangkutan sedang hilang akalnya (baca : gila).
Nabi pernah bersabda tentang fitnah yang akan muncul sepeninggal beliau:
دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا
Akan muncul dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam, barangsiapa yang menerima seruan mereka maka mereka akan menjerumuskannya ke dalam jahannam”. Hudzaifah bertanya : “Wahai Rasululah sebutkan cirri mereka ?” Rasulullah menjawab : “Mereka dari golongan kita dan berbicara dengan lisan-lisan kita” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1847].
Beliau juga bersabda:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي، كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ
Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah setiap orang munafik yang pandai bersilat lidah” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/22 & 1/44; Al-Arna’uth dkk. berkata : “Sanadnya kuat”].
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
Yang aku khawatirkan atas umatku hanyalah (munculnya) para pemimpin yang menyesatkan” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2229; At-Tirmidziy berkata : “Ini adalah hadits hasan shahih”].
Semoga tidak ada orang yang mengatakannya (lagi). Seandainya pun ada, semoga Allah ta’ala memberikannya hidayah agar kembali kepada syari’at Islam.
Jangan lupa untuk kita semua agar senantiasa berdoa dijauhkan dari kesyirikan sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesyirikan (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui" [Lihat Shahiihul-Jaami’, hal. 694 no. 3731].
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – rnn – 04022018].


[1]    Saya tidak mengatakan syari’at (agama) Islam.
[2]    Website Lisuma Gunadarma.
[4]    Gambar:

[6]    Sumber : Budaya Masyarakat Pesisir Wedung Wetan Jawa Tengah : Melihat Gaya Komunikasi dan Tradisi Pesisiran oleh Mahfudlah Fajrie, hal. 34-35; CV. Mangku Bumi Media, Cet. 1/Desember 2016 (lihat : sini).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar