Pertanyaan: “Apa
hukumnya makan bawang putih, bawang merah, atau bawang bakung ?. Apakah ia makruh atau haram karena menimbulkan bau tak sedap ?”.
Jawab : Para
ulama menjelaskan bahwa makan bawang putih, bawang merah, atau bawang bakung diperbolehkan.
Para ulama sepakat tentangnya.
Ia hanya dimakruhkan dikarenakan faktor baunya yang tidak enak
sehingga dapat mengganggu manusia.
Bukan pada dzatnya.
عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَرَّ عَلَى زَرَّاعَةِ بَصَلٍ، هُوَ وَأَصْحَابُهُ، فَنَزَلَ نَاسٌ مِنْهُمْ،
فَأَكَلُوا مِنْهُ وَلَمْ يَأْكُلْ آخَرُونَ، فَرُحْنَا إِلَيْهِ، فَدَعَا
الَّذِينَ لَمْ يَأْكُلُوا الْبَصَلَ، وَأَخَّرَ الآخَرِينَ، حَتَّى ذَهَبَ
رِيحُهَا "
Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy : Bahwasannya
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat pernah
melewati petani bawang merah. Lalu sebagian orang dari mereka turun memakan
sebagian darinya, namun sekelompok yang lain tidak memakannya. Lalu kami pergi
kepada beliau. Maka beliau memanggil orang yang tidak memakannya, dan
mengakhirkan yang lainnya (yang memakannya) hingga hilang baunya” [Diriwayatkan
oleh Muslim no. 566].
عَنِ ابْنِ عُمَرَ،
أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ أَكَلَ مِنْ
هَذِهِ الْبَقْلَةِ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مَسَاجِدَنَا، حَتَّى يَذْهَبَ رِيحُهَا، يَعْنِي
الثُّومَ "
Dari
Ibnu ‘Umar : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda : “Barangsiapa yang memakan sayuran ini, maka janganlah mendekati
masjid kami hingga hilang baunya” – yaitu bawang putih [Diriwayatkan oleh
Muslim no. 561].
عَنْ أَبِي
أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا أُتِيَ بِطَعَامٍ أَكَلَ مِنْهُ، وَبَعَثَ بِفَضْلِهِ إِلَيَّ وَإِنَّهُ
بَعَثَ إِلَيَّ يَوْمًا بِفَضْلَةٍ لَمْ يَأْكُلْ مِنْهَا، لِأَنَّ فِيهَا ثُومًا
فَسَأَلْتُهُ أَحَرَامٌ هُوَ ؟، قَالَ: " لَا وَلَكِنِّي أَكْرَهُهُ مِنْ
أَجْلِ رِيحِهِ "، قَالَ: فَإِنِّي أَكْرَهُ مَا كَرِهْتَ
Dari Abu Ayyuub Al-Anshaariy, ia
berkata : Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam apabila diberikan makanan, beliau makan, dan memberikan selebihnya
sisanya. Suatu hari beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberikan makanan
kepadaku tanpa beliau makan karena padanya terdapat bawang putih. Lalu aku
bertanya kepada beliau : “Apakah ia diharamkan ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi
wa sallam menjawab : “Tidak, akan tetapi aku membencinya dikarenakan
faktor baunya”. Ia (Abu Ayyuub) berkata : “Sesungguhnya aku membenci
apa yang engkau benci” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2053].
An-Nawawiy
rahimahullah berkata:
قَوْله فِي
الثُّوم : ( فَسَأَلْته أَحَرَام هُوَ ؟ قَالَ : لَا وَلَكِنِّي أَكْرَههُ مِنْ
أَجْل رِيحه )
هَذَا تَصْرِيح
بِإِبَاحَةِ الثُّوم ، وَهُوَ مُجْمَع عَلَيْهِ ، لَكِنْ يُكْرَه لِمَنْ أَرَادَ
حُضُور الْمَسْجِد ، أَوْ حُضُور جَمْع فِي غَيْر الْمَسْجِد ، أَوْ مُخَاطَبَة
الْكِبَار ، وَيَلْحَق بِالثُّومِ كُلّ مَا لَهُ رَائِحَة كَرِيهَة
“Perkataannya
tentang bawang putih : “Lalu aku bertanya kepada beliau : ‘Apakah ia diharamkan
?’. Beliau menjawab : ‘Tidak, akan tetapi aku membencinya dikarenakan faktor
baunya” ; maka ini merupakan penjelasan tentang bolehnya (memakan) bawang
putih. Hal tersebut telah disepakati. Akan tetapi dibenci bagi orang
yang hendak hadir di masjid, atau hadir di perkumpulan di tempat selain masjid,
atau pembicaraan dengan orang-orang tua. Dan disertakan dengan bawang putih ini
semua makanan yang mempunyai bau busuk” [Syarh Shahiih Muslim, 7/118].
عَنْ جَابِرٍ،
قَالَ: " نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْلِ
الْبَصَلِ، وَالْكُرَّاثِ، فَغَلَبَتْنَا الْحَاجَةُ فَأَكَلْنَا مِنْهَا،
فَقَالَ: مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ الْمُنْتِنَةِ، فَلَا يَقْرَبَنَّ
مَسْجِدَنَا، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ الإِنْسُ
"
Dari Jaabir, ia berkata : Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam melarang memakan bawang merah dan bawang bakung. Lalu ada
satu keperluan yang menyebabkan kami memakannya. Beliau bersabda : “Barangsiapa
yang memakan tanaman yang busuk baunya ini, maka janganlah mendekati masjid
kami. Karena malaikat rahmat merasa terganggu sebagaimana manusia merasa
terganggu (oleh bau busuknya)” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 563].
Ibnu Qudaamah rahimahullah
berkata:
وَيُكْرَهُ
أَكْلُ الْبَصَلِ ، وَالثُّومِ وَالْكُرَّاثِ ، وَالْفُجْلِ ، وَكُلِّ ذِي
رَائِحَةٍ كَرِيهَةٍ ، مِنْ أَجْلِ رَائِحَتِهِ ، سَوَاءٌ أَرَادَ دُخُولَ
الْمَسْجِدِ أَوْ لَمْ يُرِدْ ؛ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ { : إنَّ الْمَلَائِكَةَ تَتَأَذَّى مِمَّا يَتَأَذَّى مِنْهُ
النَّاسُ } رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ
“Dan dimakruhkan memakan bawang putih,
bawang bakung, lobak, dan semua hal yang mempunyai bau busuk, dengan sebab
baunya tersebut. Sama saja apakah ia hendak masuk ke masjid atau tidak, karena
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Sesungguhnya malaikat
rahmat merasa terganggu sebagaimana manusia merasa terganggu (oleh bau
busuknya)'. Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah” [Al-Mughniy, 11/88].
Akan tetapi jika baunya sudah hilang – dengan dimasak atau yang lainnya - , maka tidak mengapa memakannya, karena ‘illat kemakruhannya telah
hilang.
عَنْ مَعْدَانَ بْنِ
أَبِي طَلْحَةَ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ، خَطَبَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَذَكَرَ
نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَكَرَ أَبَا بَكْرٍ، قَالَ: ........ثُمَّ
إِنَّكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ تَأْكُلُونَ شَجَرَتَيْنِ، لَا أَرَاهُمَا إِلَّا خَبِيثَتَيْنِ
هَذَا، الْبَصَلَ، وَالثُّومَ، لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا وَجَدَ رِيحَهُمَا مِنَ الرَّجُلِ فِي الْمَسْجِدِ، أَمَرَ بِهِ، فَأُخْرِجَ
إِلَى الْبَقِيعِ، فَمَنْ أَكَلَهُمَا فَلْيُمِتْهُمَا طَبْخًا
Dari
Ma’daan bin Abi Thalhah : Bahwasannya ‘Umar bin Al-Khaththaab pernah
berkhuthbah pada hari Jum’at. Lalu ia menyebutkan Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam, dan menyebutkan pula Abu Bakr. Ia berkata : “……Kemudian sesungguhnya
kalian, wahai sekalian manusia, memakan dua jenis tanaman yang aku tidak
memandangnya kecuali ia merupakan jenis tanaman yang buruk, yaitu : bawang
merah dan bawang putih. Sungguh aku pernah melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam apabila mendapati baunya pada diri seorang laki-laki di masjid,
maka beliau memerintahkan orang tersebut dikeluarkan ke Baqii’. Barangsiapa
yang ingin memakannya, hendaklah baunya dihilangkan dengan memasaknya”
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 567].
عَنْ أَبِي
أَيُّوبَ الأَنْصَارِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَرْسَلَ إِلَيْهِ بِطَعَامٍ مِنْ خَضِرَةٍ فِيهِ بَصَلٌ أَوْ كُرَّاثٌ، فَلَمْ
يَرَ فِيهِ أَثَرَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَبَى أَنْ
يَأْكُلَهُ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
" مَا مَنَعَكَ أَنْ تَأْكُلَ؟ "، فَقَالَ: لَمْ أَرَ أَثَرَكَ فِيهِ
يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
" أَسْتَحِي مِنْ مَلائِكَةِ اللَّهِ، وَلَيْسَ بِمُحَرَّمٍ "
Dari Abu Ayyuub Al-Anshaariy :
Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah
mengiriminya makanan dari sayuran yang di dalamnya terdapat bawang merah atau
bawang bakung, namun ia tidak melihat bekas Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam (memakannya), sehingga ia enggan untuk memakannya. Maka
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : “Apa
yang menghalangimu untuk memakannya ?”. Ia menjawab : “Aku tidak melihat
bekasmu padanya wahai Rasulullah”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Aku malu kepada malaikat, namun makanan itu tidak haram”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah 3/85-86 no. 1670, Ibnu Hibbaan 5/445-446 no.
2092, dan Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir 4/157 no. 3996; shahih].
Hadits Abu Ayyuub ini merupakan lafadh lain dari hadits Abu Ayyuub yang telah
dibawakan di atas. Ibnu Hibbaan memasukkan hadits di atas
dalam bab orang yang makan bawang yang telah dimasak diperbolehkan mendatangi
jama’ah (karena telah hilang baunya) [Shahiih Ibni Hibbaan, 5/445]. Ibnu Khuzaimah menjelaskan bahwa hadits Abu Ayyuub
ini merupakan pengkhususan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan
memakan bawang putih, bawang merang, dan bawang bakung yang telah dimasak [Shahiih
Ibni Khuzaimah, 3/85].
Jika
seseorang memakan bawang merah, bawang putih, atau bawang bakung dan kemudian
setelahnya ia dapat menghilangkan bau mulutnya dengan cara menggosok gigi atau
berkumur-kumur dengan mouthwash, maka ini juga tidak mengapa.
Wallaahu
a’lam.
Semoga
uraian ini dapat menjawab pertanyaan.
[abul-jauzaa’
– perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 21071435/20052014 – 23:50].
Assalamu'alaikum, afwan jika tidak nyambung.
BalasHapusBerkenankah saudara membahas tentang isi dari berita ini?
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/05/21/30511/komunitas-salafi-dukung-prabowo-biasanya-kan-golput-ada-manuver-apa/
Seringkali mereka mengkaitkan dengan Partai Salafi di Mesir juga.
Mohon penjelasannya, di kampus saya dakwah Salaf menjadi bahan cemoohan pemuda-pemudi haraki karena masalah ini, dan pemuda-pemudi yang mengikuti dakwah Salaf pun hanya diam tanpa bisa menasehati balik mereka karena tak tau dengan masalah yang sebenarnya.
Semoga Allah berkenan membalas kebaikan saudara yang telah meluangkan waktu untuk membantah syubhat tersebut secara ilmiah dan lemah lembut, dan semoga saudara termasuk diantara para Mujahid Allah yang senantiasa menegakkan kalimat tauhidNya dimasa kegelapan ini.