Ad-Daarimiy
rahimahullah berkata:
أَخْبَرَنَا مَرْوَانُ
بْنُ مُحَمَّدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، قَالَ: " لَمَّا كَانَ
أَيَّامُ الْحَرَّةِ لَمْ يُؤَذَّنْ فِي مَسْجِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ثَلَاثًا، وَلَمْ يُقَمْ وَلَمْ يَبْرَحْ سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيِّبِ الْمَسْجِدِ،
وَكَانَ لَا يَعْرِفُ وَقْتَ الصَّلَاةِ إِلَّا بِهَمْهَمَةٍ يَسْمَعُهَا مِنْ قَبْرِ
النَّبِيِّ "، فَذَكَرَ مَعْنَاهُ
Telah
mengkhabarkan kepada kami Marwaan bin Muhammad, dari Sa’iid bin ‘Abdil-‘Aziiz, ia
berkata : “Ketika terjadi peristiwa Harrah, adzan belum dikumandangkan di masjid
nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebanyak tiga kali. Sa’iid bin
Al-Musayyib masih ada di dalam masjid, dia tidak mengetahui waktu sholat
kecuali dari suara berbisik yang ia dengar dari kubur Nabi". Kemudian ia menyebutkan maknanya [As-Sunan no. 93].
Riwayat
ini lemah, karena Sa’iid bin ‘Abdil-‘Aziiz[1]
tidak menjumpai peristiwa Harrah (63 H), karena ia sendiri baru lahir tahun 83
H/90 H. Tidak pula ia pernah menjumpai Sa’iid bin Al-Musayyib[2] (wafat tahun 93 H/94 H). Ia orang Syaam, sedangkan Ibnul-Musayyib orang
Madiinah.
Walhaasil,
riwayat ini lemah karena terputus.
Ada
jalan riwayat lain yang bersambung yang menjelaskan jenis suara yang didengar
Ibnul-Musayyib:
حَدَّثَنَا محمد
بن سليمان لوين، قَالَ: نا عبد الحميد بن سليمان، عن أبي حازم، عن سعيد بن المسيب،
قَالَ: لقد رأيتني ليالي الحرة وما في مسجد رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أحد غيري، ما يأتي وقت صلاة إلا سمعت الآذان من القبر، ثم أقيم فأصلي، وإن أهل الشام
ليدخلون المسجد زمرا، فيقولون: أنظروا إِلَى هذا الشيخ المجنون
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaimaan Luwain, ia berkata : telah
menceritakan kepada kami ‘Abdul-Hamiid bin Sulaimaan, dari Abu Haazim, dari Sa’iid
bin Al-Musayyib, ia berkata : “Sungguh aku telah melihat diriku pada malam-malam
peristiwa Hurrah. Tidak ada seorang pun ada di dalam masjid Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam kecuali aku. Tidaklah datang waktu shalat kecuali aku
mendengar adzan dari kubur (Nabi). Kemudian aku berdiri dan melakukan shalat.
Sesungguhnya orang-orang Syaam masuk ke dalam masjid secara berombingan. Mereka
berkata : ‘Lihatlah pada syaikh yang gila ini” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Khaitsamah dalam At-Taariikh no. 2011].
Diriwayatkan
juga oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat 5/67, Abu Nu’aim dalam Dalaailun-Nubuwwah
no. 510, dan Al-Laalikaa’iy dalam Karaamaat Auliyaa’illaah no. 126;
semuanya dari jalan ‘Abdul-Hamiid bin Sulaimaan yang selanjutnya seperti
riwayat di atas.
Riwayat
ini pun lemah karena faktor ‘Abdul-Hamiid bin Sulaimaan, seorang yang dla’iif.[3]
Wallaahu
a’lam.
[abul-jauzaa’
- perumahan ciomas permai, 29 Jumadats-Tsaaniy 1435/28 April 2014 – 23:40].
[1] Sa’iid bin ‘Abdil-‘Aziiz bin Abi Yahyaa At-Tanuukhiy,
Abu Muhammad/Abu ‘Abdil-‘Aziiz Ad-Dimasyqiy; seorang yang tsiqah lagi imaam,
namun mengalami ikhtilaath di akhir usianya. Termasuk thabaqah ke-7,
lahir tahun 83 H/90 H, dan wafat tahun 167 H/168 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy
dalam Al-Adabul-Mufrad, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy,
dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 383 no. 2371].
[2] Sa’iid bin Al-Musayyib bin Huzn bin Abi Wahb bin ‘Amru
bin ‘Aaidz bin ‘Imraan bin Makhzuum Al-Qurasyiy Al-Makhzuumiy, Abu Muhammad
Al-Madaniy; seorang yang telah disepakati ketsiqahan dan keimamannya. Termasuk thabaqah
ke-2, dan wafat tahun 93 H/94 H. Dipakai Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud,
At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 388 no. 2409].
[3] ‘Abdul-Hamiid
bin Sulaimaan Al-Khuzaa’iy Adl-Dlariir, Abu ‘Umar Al-Madaniy; seorang yang dla’iif.
Termasuk thabaqah ke-8 dan dipakai oleh At-Tirmidziy dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib,
hal. 565 no. 3788].
ustadz, mau nanya tentang penafsiran ibnu 'Abbas & Atha` bin Abi Rabah mengenai QS. Al-Maidah ayat 44. ada yg bilang bahwa yg tidak berhukum dgn hukum Allah tetap kafir karena pemerintahan pada zaman 'Abbas & 'Atha` bin Abi Rabah berbeda dgn pemerintahan zaman kita. mohon penjelasannya ustadz
BalasHapus