Allah
ta’ala berfirman :
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا
اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ
الْفَقِيرَ
“Supaya
mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama
Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan
kepada mereka berupa binatang ternak. Maka
makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan
orang-orang yang sengsara lagi fakir” [QS. Al-Hajj : 28].
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا
اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ
فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ
“Dan
bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak
yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha
Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira
kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” [QS. Al-Hajj : 34].
Bahiimatul-an’aam
dalam ayat tersebut maknanya (dalam bahasa ‘Arab) adalah domba, sapi, atau
onta. Kurban (udlhiyyah) tidaklah sah kecuali dengan tiga jenis binatang ini. Inilah pendapat jumhur ulama [lihat Al-Mughniy 11/99, Al-Ma’uunah 1/658,
dan Mukhtashar Ikhtilafil-‘Ulamaa oleh Ath-Thahawiy 3/224]. Bahkan Ibnu
Rusyd dalam Bidaayatul-Mujtahid 2/435 dan Ash-Shan’aniy dalam Subulus-Salaam
4/176 menukil adanya ijma’ akan hal tersebut.
حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ، وَغَيْرُ
وَاحِدٍ، قَالُوا: حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى، عَنْ حُسَيْنِ بْنِ وَاقِدٍ،
عَنْ عِلْبَاءَ بْنِ أَحْمَرَ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ:
" كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَحَضَرَ
الْأَضْحَى فَاشْتَرَكْنَا فِي الْبَقَرَةِ سَبْعَةً، وَفِي الْجَزُورِ عَشَرَةً
"
Telah
menceritakan kepada kami Al-Husain bin Huraits dan yang lainnya, mereka berkata
: Telah menceritakan kepada kami Al-Fadhl bin Muusaa, dari Husain bin Waaqid,
dari ‘Ilbaa’ bin Ahmar, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : “Kami
pernah bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam satu
perjalanan. Tibalah hari ‘Iedul-Adhlaa. Lalu kami berserikat sebanyak
tujuh orang untuk seekor sapi dan sepuluh orang untuk seekor onta”.
Abu
‘Isaa berkata : “Hadits ini hasan ghariib, dan ia adalah hadits Husain bin
Waaqid” [As-Sunan, no. 905 dan 1501].
Diriwayatkan
juga oleh Ahmad 1/275, Ibnu Maajah no. 3131, An-Nasaa’iy 7/222, Ibnu Khuzaimah
no. 2908, Ibnu Hibbaan no. 4007, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir no.
11929 dan dalam Al-Ausath no. 8128, Al-Baihaqiy 5/235-236, dan Al-Baghawiy no.
1132; dari beberapa jalan, semuanya dari Al-Fadhl bin Muusaa, dan selanjutnya
seperti sanad At-Tirmidziy di atas.
Al-Fadhl
bin Muusaa dalam periwayatannya dari Al-Husain bin Waaqid mempunyai mutaba’ah
dari ‘Aliy bin Hasan bin Syaqiiq, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Haakim
4/230.
Dishahihkan
oleh Ibnul-Qaththaan dalam Al-Wahm wal-Iihaam 5/410, Ahmad Syaakir dalam
Syarh Musnad Ahmad 3/129, Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy
1/466-467; dan dihasankan oleh Basyar ‘Awwaad dalam Takhrij Sunan Ibni
Maajah 4/558-559. Ibnul-Mulaqqin berkata : “Seluruh rijaal-nya tsiqaat”
– sebagaimana dalam Al-Badrul-Muniir 9/304. Al-Arna’uth berkata :
“Sanadnya kuat (qawiy) sesuai persyaratan Muslim” – sebagaimana dalam Takhriij
Shahih Ibni Hibbaan, 9/318.
Hadits di atas sebagai dalil yang jelas bahwa sapi dapat dipergunakan sebagai hewan kurban
(udlhiyyah). Adapun kerbau, hukumnya disamakan dengan sapi.
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ مُعَاذٍ، عَنْ أَشْعَثَ،
عَنِ الْحَسَنِ، أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ الْجَوَامِيسُ فِي مَنْزِلَةِ الْبَقَر
Telah
menceritakan kepada kami Mu’aadz bin Mu’aadz, dari Asy’ats, dari Al-Hasan
(Al-Bashriy), bahwasannya ia berkata : “Kerbau kedudukanya sama dengan sapi”
[Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, 3/219; shahih].
وَحَدَّثَنِي ابْنُ بُكَيْرٍ، عَنْ مَالِكِ
بْنِ أَنَسٍ، قَالَ: " الْجَوَامِيسُ، وَالْبَقَرُ سَوَاءٌ
Dan
telah menceritakan kepadaku Ibnu Bukair, dari Maalik bin Anas, ia berkata : “Kerbau
dan sapi itu sama” [Diriwayatkan oleh Al-Qaasim bin Sallaam dalam Al-Amwaal,
1029; shahih].
Ibnul-Mundzir
rahimahullah berkata:
وأجمعوا على أن حكم الجواميس حكم البقر
“Para
ulama sepakat bahwa hukum kerbau sama dengan hukum sapi” [Al-Ijmaa’,
1/45].
Ibnu
Qudaamah rahimahullah berkata:
مَسْأَلَةٌ : قَالَ : ( وَالْجَوَامِيسُ
كَغَيْرِهَا مِنْ الْبَقَرِ ) لَا خِلَافَ فِي هَذَا نَعْلَمُهُ .
وَقَالَ ابْنُ الْمُنْذِرِ : أَجْمَعَ
كُلُّ مَنْ يُحْفَظُ عَنْهُ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ عَلَى هَذَا ، وَلِأَنَّ
الْجَوَامِيسَ مِنْ أَنْوَاعِ الْبَقَرِ
“Permasalahan
: ‘Dan kerbau seperti hewan lainnya dari jenis sapi’; tidak ada perbedaan
pendapat dalam hal ini sebatas yang kami ketahui. Dan telah berkata
Ibnul-Mundzir : ‘Para ulama telah sepakat dalam hal ini, karena kerbau termasuk
diantara jenis-jenis sapi” [Al-Mughniy, 2/459].
Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata:
والجواميس بمنزلة البقر حكى ابن المنذر
فيه الاجماع
“Dan
kerbau kedudukannya seperti sapi. Ibnul-Mundzir menghikayatkan adanya ijmaa’
dalam permasalahan itu” [Majmuu’ Al-Fataawaa, 25/37].
Maka
di sini dapat diperoleh satu kesimpulan bahwa diperbolehkan berkurban kerbau,
karena kedudukannya disamakan dengan sapi.
Wallaahu
a’lam.
[abul-jauzaa’ –
perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 29041435/01032014 – 00:50].
gmbrnya mahkluk bernyawa
BalasHapusBenar
BalasHapus