Kata
imam Syi’ah, itu tidak boleh.
عَلِيُّ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِيهِ عَنِ ابْنِ أَبِي عُمَيْرٍ عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ مُوسَى
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ لَا يُقَبَّلُ رَأْسُ أَحَدٍ وَ
لَا يَدُهُ إِلَّا يَدُ رَسُولِ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) أَوْ مَنْ أُرِيدَ
بِهِ رَسُولُ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) .
‘Aliy
bin Ibraahiim, dari ayahnya, dari Ibnu Abi ‘Umair, dari Rifaa’ah bin Muusaa,
dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam), ia berkata : “Tidak boleh mencium kepala
seseorang dan tangannya, kecuali tangan Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa
aalih) atau orang yang dikehendaki Rasulullah (shallallaahu ‘alaihi wa
aalih)” [Al-Kaafiy oleh Al-Kulainiy, 2/185].
Maksud
dari ‘orang yang dikehendaki Rasulullah’ adalah para imam.
Al-Mazandaraaniy
berkata :
قوله (أو من
أريد به رسول الله (صلى الله عليه وآله)) أريد به الوصي وسيصرح به في الخبر التالي
“Dan
perkataannya (imam) : ‘atau orang yang dikehendaki Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa aalihi’, yang dimaksudkan dengannya adalah al-washiy (imam). Dan hal
itu akan dijelaskan lebih lanjut pada riwayat berikutnya”.
Maksud
riwayat berikutnya adalah :
عَلِيٌّ عَنْ
أَبِيهِ عَنِ ابْنِ أَبِي عُمَيْرٍ عَنْ زَيْدٍ النَّرْسِيِّ عَنْ عَلِيِّ بْنِ
مَزْيَدٍ صَاحِبِ السَّابِرِيِّ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه
السلام ) فَتَنَاوَلْتُ يَدَهُ فَقَبَّلْتُهَا فَقَالَ أَمَا إِنَّهَا لَا
تَصْلُحُ إِلَّا لِنَبِيٍّ أَوْ وَصِيِّ نَبِيٍّ
‘Aliy,
dari ayahnya, dari Ibnu Abi ‘Umair, dari zaid An-Narsiy, dari ‘Aliy bin Maziid shaahib
As-Saabiriy, ia berkata : “Aku masuk menemui Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam),
lalu aku mengambil tangannya, lalu aku menciumnya. Ia (Abu ‘Abdillah) berkata :
‘Adapun hal itu (mencium tangan) tidak diperbolehkan kecuali untuk Nabi atau washiy-nya
Nabi (imam)” [Al-Kaafiy, 2/185].
Kemudian
ia melanjutkan :
قوله (أما إنها
لا تصلح إلا لنبي أو وصي نبي) ظاهره عدم جواز قبلة اليد لغيرهما
“Dan
perkataannya : ‘Adapun hal itu (mencium tangan) tidak diperbolehkan kecuali
untuk Nabi atau washiy-nya Nabi (imam)’; dhahirnya menunjukkan meniadaan
kebolehan mencium tangan selain keduanya” [Syarh
Ushuulil-Kaafiy].
Saya
tidak mengarang kesimpulan, karena As-Sistaaniy menolak dicium tangannya.
Tapi
namanya orang,.... wajar jika punya rasa senang dicium tangannya oleh orang
lain sebagaimana gambar di awal dan video berikut :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar