04 Januari 2014

Faathimah Mencintai ‘Aaisyah...... Anda ?

‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhumaa adalah salah satu istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang paling dibenci pemeluk agama Syi’ah. Saking bencinya,.... seorang Hasan Syahaatah menantang mubaahalah Ahlus-Sunnah tentang kafirnya ‘Aaisyah. Namun naas, akhirnya ia sendiri yang tewas secara hina di jalanan oleh orang-orang yang marah karena ucapannya.
Jika orang Syi’ah membenci ‘Aaisyah, bukanlah satu keheranan bagi kita, karena mereka adalah orang yang paling benci ajaran Nabi dan Ahlul-Baitnya meski sering mengklaim paling cinta. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam saja pernah memerintahkan Faathimah – dan ia adalah salah satu wanita penghuni surga yang paling utama -  untuk mencintai ‘Aaisyah, dan kemudian ia menerimanya. Perhatikan riwayat berikut :
عَنْ عَائِشَةَ زَوْج النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: " أَرْسَلَ أَزْوَاجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَتْ عَلَيْهِ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ مَعِي فِي مِرْطِي، فَأَذِنَ لَهَا، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ أَزْوَاجَكَ أَرْسَلْنَنِي إِلَيْكَ يَسْأَلْنَكَ الْعَدْلَ فِي ابْنَةِ أَبِي قُحَافَةَ، وَأَنَا سَاكِتَةٌ، قَالَتْ: فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيْ بُنَيَّةُ أَلَسْتِ تُحِبِّينَ مَا أُحِبُّ، فَقَالَتْ: بَلَى، قَالَ: فَأَحِبِّي هَذِهِ، قَالَتْ: فَقَامَتْ فَاطِمَةُ حِينَ سَمِعَتْ ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَجَعَتْ إِلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَتْهُنَّ بِالَّذِي، قَالَتْ: وَبِالَّذِي قَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.......
Dari ‘Aaisyah istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata : “Istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus Faathimah bintu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk menemui Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Faathimah meminta izin kepada beliau (untuk bertemu), yang ketika itu beliau sedang berbaring bersamaku di bawah kain selimutku. Beliau pun mengizinkannya. Faathimah berkata : ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri-istrimu mengutusku untuk menemuimu dalam rangka menuntut keadilan terkait anak perempuan Abu Quhaafah (yaitu ‘Aaisyah – Abul-Jauzaa’)’. Aku (‘Aaisyah) terdiam. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya : ‘Wahai putriku, apakah engkau mencintai apa yang aku cintai ?’. Faathimah menjawab : ‘Ya, tentu saja’. Beliau bersabda : ‘Maka cintailah wanita ini (yaitu ‘Aaisyah). Kemudian Faathimah bangkit ketika mendengar jawaban dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan kembali kepada istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk mengkhabarkan apa yang dikatakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepadanya….” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2442].
Hadits di atas masih panjang yang menceritakan bagaimana kecemburuan istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam terhadap ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhum.
Ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruh Faathimah untuk mencintai ‘Aaisyah, tentu saja ia menerima dan melaksanakannya. Faathimah bukan seorang pembohong yang harus membohongi ayahnya dalam kecintaannya terhadap ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa. Adalah wajar jika Faathimah mencintai ‘Aaisyah, karena ia (‘Aaisyah) adalah istri ayahnya di dunia dan akhirat.[1]
Tuduhan orang Syi’ah akan kekafiran – dan juga pezina - terhadap ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa adalah merupakan bentuk penghinaan terhadap Allah dan Rasul-Nya serta kaum muslimin, karena Allah ta’ala berfirman :
الزَّانِي لا يَنْكِحُ إلا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لا يَنْكِحُهَا إِلا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin” [QS. An-Nuur : 3].
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ
Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka” [QS. Al-Ahzaab : 6].
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mencintai ‘Aaisyah. Faathimah mencintai ‘Aaisyah, Ahlul-Bait mencintai ‘Aaisyah, Ahlus-Sunnah mencintai ‘Aaisyah……. namun Syi’ah mengkhianati mereka semua dengan membencinya dan mengkafirkannya. Dan mereka memang benar-benar pengkhianat....
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 04031435/04012014 – 22:50].

2 komentar:

  1. afwan.....hadis di atas adalah kesimpulan ust saja

    BalasHapus
  2. ^
    Kesimpulannya memang harus seperti itu.
    Apakah anda kira Fathimah radhiyallaahu 'anha tidak akan mau menta'ati perintah ayah beliau untuk mencintai orang yang dicintai oleh ayah beliau?
    Padahal beliau adalah seorang yang sangat ta'at kepada Allah dan Rasul-nya.
    So, tentu saja beliau akan bersegera untuk melaksanakan perintah dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tersebut.

    BalasHapus