‘Aaisyah
radliyallaahu ‘anhumaa adalah salah satu istri Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam yang paling dibenci pemeluk agama Syi’ah. Saking bencinya,....
seorang Hasan Syahaatah menantang mubaahalah Ahlus-Sunnah tentang
kafirnya ‘Aaisyah. Namun naas, akhirnya ia sendiri yang tewas secara hina di
jalanan oleh orang-orang yang marah karena ucapannya.
Jika
orang Syi’ah membenci ‘Aaisyah, bukanlah satu keheranan bagi kita, karena mereka adalah
orang yang paling benci ajaran Nabi dan Ahlul-Baitnya meski sering mengklaim
paling cinta. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam saja pernah
memerintahkan Faathimah – dan ia adalah salah satu wanita penghuni surga yang
paling utama - untuk mencintai ‘Aaisyah,
dan kemudian ia menerimanya. Perhatikan riwayat berikut :
عَنْ عَائِشَةَ زَوْج النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: " أَرْسَلَ أَزْوَاجُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَتْ عَلَيْهِ وَهُوَ
مُضْطَجِعٌ مَعِي فِي مِرْطِي، فَأَذِنَ لَهَا، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ
أَزْوَاجَكَ أَرْسَلْنَنِي إِلَيْكَ يَسْأَلْنَكَ الْعَدْلَ فِي ابْنَةِ أَبِي قُحَافَةَ،
وَأَنَا سَاكِتَةٌ، قَالَتْ: فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: أَيْ بُنَيَّةُ أَلَسْتِ تُحِبِّينَ مَا أُحِبُّ، فَقَالَتْ: بَلَى، قَالَ:
فَأَحِبِّي هَذِهِ، قَالَتْ: فَقَامَتْ فَاطِمَةُ حِينَ سَمِعَتْ ذَلِكَ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَجَعَتْ إِلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَتْهُنَّ بِالَّذِي، قَالَتْ: وَبِالَّذِي قَالَ
لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.......
Dari
‘Aaisyah istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata : “Istri-istri
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus Faathimah bintu
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk menemui Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Lalu Faathimah meminta izin kepada beliau (untuk bertemu),
yang ketika itu beliau sedang berbaring bersamaku di bawah kain selimutku. Beliau
pun mengizinkannya. Faathimah berkata : ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya
istri-istrimu mengutusku untuk menemuimu dalam rangka menuntut keadilan terkait
anak perempuan Abu Quhaafah (yaitu ‘Aaisyah – Abul-Jauzaa’)’. Aku (‘Aaisyah)
terdiam. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya
: ‘Wahai putriku, apakah engkau mencintai apa yang aku cintai ?’.
Faathimah menjawab : ‘Ya, tentu saja’. Beliau bersabda : ‘Maka cintailah
wanita ini (yaitu ‘Aaisyah)’. Kemudian Faathimah bangkit ketika
mendengar jawaban dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan
kembali kepada istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk
mengkhabarkan apa yang dikatakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepadanya….”
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 2442].
Hadits di atas masih panjang
yang menceritakan bagaimana kecemburuan istri-istri Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam terhadap ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhum.
Ketika Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam menyuruh Faathimah untuk mencintai ‘Aaisyah, tentu saja ia menerima
dan melaksanakannya. Faathimah bukan seorang pembohong yang harus membohongi
ayahnya dalam kecintaannya terhadap ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa. Adalah
wajar jika Faathimah mencintai ‘Aaisyah, karena ia (‘Aaisyah) adalah istri
ayahnya di dunia dan akhirat.[1]
Tuduhan orang Syi’ah akan kekafiran
– dan juga pezina - terhadap ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa adalah merupakan
bentuk penghinaan terhadap Allah dan Rasul-Nya serta kaum muslimin, karena
Allah ta’ala berfirman :
الزَّانِي لا يَنْكِحُ إلا زَانِيَةً
أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لا يَنْكِحُهَا إِلا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ
ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
“Laki-laki
yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan
yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh
laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan
atas orang-orang yang mukmin” [QS. An-Nuur : 3].
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ
مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ
“Nabi
itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri
dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka” [QS. Al-Ahzaab : 6].
Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam mencintai ‘Aaisyah. Faathimah mencintai ‘Aaisyah,
Ahlul-Bait mencintai ‘Aaisyah, Ahlus-Sunnah mencintai ‘Aaisyah……. namun Syi’ah mengkhianati
mereka semua dengan membencinya dan mengkafirkannya. Dan mereka memang benar-benar pengkhianat....
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai,
ciapus, ciomas, bogor – 04031435/04012014 – 22:50].
afwan.....hadis di atas adalah kesimpulan ust saja
BalasHapus^
BalasHapusKesimpulannya memang harus seperti itu.
Apakah anda kira Fathimah radhiyallaahu 'anha tidak akan mau menta'ati perintah ayah beliau untuk mencintai orang yang dicintai oleh ayah beliau?
Padahal beliau adalah seorang yang sangat ta'at kepada Allah dan Rasul-nya.
So, tentu saja beliau akan bersegera untuk melaksanakan perintah dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tersebut.