Tanya
: Apakah
pendalilan orang Syi’ah dengan QS. Al-Ahzaab ayat 33 untuk kema’shuman (suci
dari dosa dan kesalahan) Ahlul-Bait dan imam-imam mereka itu benar ?.
Jawab
: Allah
ta’ala berfirman :
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ
لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”
[QS. Al-Ahzaab : 33].
Perlu
diketahui bahwa Allah ta’ala juga menggunakan kata ‘yuthahhirakum’
(membersihkan kamu) – yang ini dipahami orang Syi’ah sebagai nash pembersihan
dosa dan kesalahan – pada beberapa orang selain Ahlul-Bait dalam
Al-Qur’an, yaitu :
1.
QS. At-Taubah ayat
103 :
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ
“Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka”.
2.
QS. Al-Anfaal ayat
11 :
إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ وَيُنَزِّلُ
عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى
قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الأقْدَامَ
“(Ingatlah),
ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penentraman daripada-Nya,
dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan
menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan
memperteguh dengannya telapak kaki (mu)”.
3.
QS. Al-Maaidah ayat
6 :
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ
يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.
Dalam
ketiga ayat di atas, Allah ta’ala akan membersihkan orang-orang beriman
karena amal yang mereka lakukan, dengan menggunakan kata yang sama dengan QS.
Al-Ahzaab ayat 33. Dapatkah kita pahami dengannya bahwa Allah ta’ala akan
membuat mereka terjaga dari dosa dan kesalahan sebagaimana cara Syi’ah memahami
QS. Al-Ahzaab ayat 33 ?. Tentu tidak, berdasarkan konsensus umat Islam,
termasuk dari kalangan Syi’ah sendiri.
Jika
orang Syi’ah itu mengatakan kata rijs dalam QS. Al-Ahzaab ayat 33 artinya adalah segala sesuatu yang kotor/tidak suci sehingga mengkonsekuensikan
Ahlul-Bait suci dari dosa dan kesalahan (karena dosa dan kesalahan termasuk
cakupan rijs); maka ini sangat tidak benar.
Rijs
secara
bahasa memang berarti segala sesuatu yang kotor. Akan tetapi ketika ia ada
dalam ayat Al-Qur’an, makna akan berbeda-beda sesuai konteks
ayatnya. Misalnya:
قَالَ قَدْ وَقَعَ عَلَيْكُمْ
مِنْ رَبِّكُمْ رِجْسٌ وَغَضَبٌ
“Ia
berkata: "Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa rijs dan kemarahan dari Tuhanmu" [QS. Al-A’raaf :
71].
Rijs
dalam
ayat tersebut maknanya adalah ‘adzab.
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تُؤْمِنَ
إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى
الَّذِينَ لا يَعْقِلُونَ
“Dan
tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
menimpakan ar-rijs kepada orang-orang
yang tidak mempergunakan akalnya” [QS. Yuunus : 100].
Rijs
dalam
ayat tersebut maknanya adalah ‘adzab dan kemurkaan Allah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ
الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah rijs
termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan” [QS. Al-Maaidah : 90].
Rijs
dalam
ayat tersebut maknanya adalah perbuatan keji atau hal-hal yang diharamkan.
سَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ
إِذَا انْقَلَبْتُمْ إِلَيْهِمْ لِتُعْرِضُوا عَنْهُمْ فَأَعْرِضُوا عَنْهُمْ
إِنَّهُمْ رِجْسٌ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Kelak
mereka akan bersumpah kepadamu dengan nama Allah, apabila kamu kembali kepada
mereka, supaya kamu berpaling dari mereka. Maka berpalinglah dari mereka;
karena sesungguhnya mereka itu adalah rijs
dan tempat mereka Jahanam; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan”
[QS. At-Taubah : 95].
Rijs
dalam
ayat tersebut maknanya adalah najis.
Dan
yang lainnya.
Apalagi
dalam riwayat Syi’ah pada kitab Al-Kaafiy karangan Al-Kulainiy dari jalur
Ahlul-Bait disebutkan bahwa makna rijs dalam QS. Al-Ahzaab ayat 33
adalah :
الرِّجْسُ هُوَ الشَّكُّ وَ اللَّهِ لَا نَشُكُّ فِي رَبِّنَا أَبَداً
“Ar-rijs
adalah keraguan. Dan demi Allah, kami tidak pernah ragu tentang Rabb kami
selamanya” [Al-Kaafiy, 1/288].
مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى عَنْ
أَحْمَدَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عِيسَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ خَالِدٍ وَ الْحُسَيْنُ
بْنُ سَعِيدٍ عَنِ النَّضْرِ بْنِ سُوَيْدٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ عِمْرَانَ
الْحَلَبِيِّ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ الْحُرِّ وَ عِمْرَانَ بْنِ عَلِيٍّ الْحَلَبِيِّ
عَنْ أَبِي بَصِيرٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) مِثْلَ ذَلِكَ
Muhammad
bin Yahyaa, dari Ahmad bin Muhammad bin ‘Iisaa, dari Muhammad bin Khaalid dan
Al-Husain bin Sa’iid, dari An-Nadlr bin Suwaid, dari Yahyaa bin ‘Imraan
Al-Halabiy, dari Ayyuub bin Al-Hurr dan ‘Imraan bin ‘Aliy Al-Halabiy, dari Abu
Bashiir, dari Abu ‘Abdillah (‘alaihis-salaam) semisal perkataan itu [idem].
Kata
Al-Majlisiy (3/213), sanadnya shahih.
Selain hal yang disebutkan di atas, telah terbukti bahwa Ahlul-Bait tidaklah ma’shum yang suci dari dosa,
kesalahan, maupun lupa – karena sifat ini tidaklah mungkin melekat pada diri
manusia. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
كُلُّ
بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap
anak Adam (pernah) berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah
orang-orang yang bertaubat” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 4251;
dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahiih At-Targhiib 3/216
no. 3139].
‘Aliy
radliyallaahu ‘anhu pernah keliru ketika ia berijtihad membakar
orang-orang yang zindiq.
عَنْ
عِكْرِمَةَ، أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، حَرَّقَ قَوْمًا فَبَلَغَ ابْنَ
عَبَّاسٍ، فَقَالَ: لَوْ كُنْتُ أَنَا لَمْ أُحَرِّقْهُمْ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا تُعَذِّبُوا بِعَذَابِ اللَّهِ، وَلَقَتَلْتُهُمْ
"، كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ بَدَّلَ
دِينَهُ فَاقْتُلُوهُ "
Dari
‘Ikrimah : Bahwasannya ‘Aliy radliyallaahu
‘anhu pernah membakar satu kaum. Sampailah berita itu kepada Ibnu ‘Abbas,
lalu ia berkata : “Seandainya itu terjadi padaku, niscaya aku tidak akan
membakar mereka, karena Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Janganlah
menyiksa dengan siksaan Allah’. Dan niscaya aku juga akan bunuh mereka
sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam : ‘Barangsiapa yang
menukar agamanya, maka bunuhlah ia” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no.
3017 – selengkapnya silakan baca artikel
ini].
‘Aliy
radliyallaahu ‘anhu juga pernah menolak perintah Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam untuk menuliskan kalimat : ‘Muhammad bin ‘Abdillah’ saat
perjanjian Hudaibiyyah.
Bagaimana bisa ‘Aliy dikatakan ma’shum jika ia termasuk diantara orang
yang pertama kali membuat Faathimah marah, yaitu ketika ia (‘Aliy) hendak menikahi
anak perempuan Abu Jahl ? - karena Faathimah sendiri ma'shum[1].
Bagaimana
Faathimah dikatakan ma’shum jika ia termasuk orang yang membuat ‘Aliy sangat
marah sehingga ia keluar dari rumahnya ? - karena 'Aliy adalah ma'shum[2].
Siapakah di antara keduanya yang ma'shum ? atau dua-duanya tidak ma'shum ?. Bahkan,
pimpinan Ahlul-Bait yaitu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun pernah
terjatuh dalam kekeliruan sehingga ditegur oleh Allah ta’ala:
يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي مَرْضَاةَ
أَزْوَاجِكَ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hai
Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu
mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” [QS. At-Tahriim : 1].
Kesimpulannya:
Ahlul-Bait tidaklah ma’shum dan QS. Al-Ahzaab ayat 33 sama sekali tidak
menunjukkan kema’shuman Ahlul-Bait[3].
Wallaahu
a’lam.
Semoga
jawaban ini ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’
– perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 25011435/28112013 – 23:40].
[1] Kisah ini, selain ada dan masyhur
dalam referensi Ahlus-Sunnah, juga direport dalam referensi Syi’ah, misalnya
dalam kitab ‘Ilalusy-Syaraai’ oleh Baabaawaih Al-Qummiy, hal. 185-186.
[2] Silakan baca artikel : Membuat
Marah Imam = Membuat Marah...[?].....
[3] Maksud dari ayat ini adalah bahwasannya
Allah ta’ala memerintahkan Ahlul-Bait untuk mengamalkan syari’at Islam,
sehingga Ia akan menghilangkan dosa dari mereka dan membersihkan
sebersih-bersihnya. Ini adalah iraadah yang bermakna mahabbah (kecintaan)
dan amr (perintah).
tafsirkan saja semua isi Quran oleh anda dan pemikiran anda seolah anda sangat paham.. seolah anda sendiri yang berdialog dengan Alloh swt, ya kan? dengan demikian anda menyamakan kedudukan anda dengan Rosululloh saww, artinya anda cukup bersyahadat pertama saja, syahadat bagian kedua silakan tinggalkan.
BalasHapus^Lucu, gak nyambung.
BalasHapus