27 Agustus 2012

Amalan untuk Menggapai Syafa’at


Ibnu Faaris rahimahullah berkata :
(شفع) الشين والفاء والعين أصلٌ صحيح يدلُّ على مقارنة الشيئين. من ذلك الشَّفْعُ خلاف الْوَتْر. تقول : كان فرداً فشفَعْتُه. قال الله جل ثناؤه : (وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ). قال أهل التفسير : الوَتْر الله تعالى، والشَّفْع الخَلْق.
“(Syafa’a), terdiri dari huruf syiin, faa’, dan ‘ain; merupakan kata asal shahih yang menunjukkan perbandingan antara dua hal. Darinya diambil kata asy-syaf’u (genap) yang maknanya berlawanan dengan al-watru (ganjil). Engkau mengatakan : ‘kaana fardan fasyafa’tuhu (ia dulu sendirian, lalu aku genapinya)’. Allah ‘azza wa jalla berfirman : ‘wasy-syaf’i wal-watr’ (dan yang genap dan yang ganjil). Ahli tafsir mengatakan : ‘Al-watr adalah Allah ta’ala, dan asy-syaf’ adalah makhluk” [Mu’jamu Maqaayisil-Lughah, 3/201, tahqiq : ‘Abdus-Salaam Haaruun; Daarul-Fikr].
Ibnul-Atsiir rahimahullah berkata :
يقال : شَفَعَ يَشْفَعُ شَفَاعَةً، فهو شَافِع وَشَفِيعٌ، وَالْمُشَفَّعُ : الذي يَقْبل الشّفاعة، والْمُشَفَّع الذي تُقْبَل شفاعتُه
“Dikatakan : syafa’a, yasyfa’u, syafaa’atan, fahuwa syaafi’ wa syafii’. Dan al-musyaffa’ adalah orang yang menerima permohonan syafa’at. Adapun al-musyaffa’ adalah orang yang diterima syafa’atnya” [An-Nihaayah fii Ghariibil-Hadiits, hal. 485, tahqiq : ‘Aliy Al-Halabiy; Daar Ibnil-Jauziy].
Dan termasuk makna syafa’at secara bahasa adalah :
a.     Doa, sebagaimana dalam firman Allah ta’ala :
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ
“Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya” [QS. Al-Baqarah : 255].
b.     Pertolongan (al-i’aanah), sebagaimana dalam firman Allah ta’ala :
مَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَهُ نَصِيبٌ مِنْهَا وَمَنْ يَشْفَعْ شَفَاعَةً سَيِّئَةً يَكُنْ لَهُ كِفْلٌ مِنْهَا
“Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) daripadanya. Dan barangsiapa yang memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul bahagian (dosa) daripadanya” [QS. An-Nisaa’ : 85].
Adapun secara istilah, Ibnul-Atsiir rahimahullah berkata :
السؤال في التجاوز عن الذنوب والجرائم
“(Syafa’at) adalah permintaan untuk memaafkan dosa-dosa dan kejahatan” [An-Nihaayah, hal. 484].
As-Safaariniy rahimahullah berkata :
سؤال الخير للغير
“Permintaan kebaikan untuk orang lain” [Lawaami’ul-Anwar Al-Bahiyyah, 2/204].
Ibnul-‘Utsaimiin rahimahullah menjamak dua definisi di atas dengan perkataannya :
التوسط للغير بجلب منفعة أو دفع مضرة
“Penengah bagi orang lain untuk mendatangkan manfaat atau menolak bahaya” [Syarh Al-‘Aqiidah Al-Waasithiyyah, 2/168; Daar Ibnil-Jauziy, Cet. 6/1421 H].
Mengimani eksistensi syafa’at kelak di hari kiamat merupakan bagian dari ‘aqidah Ahlus-Sunnah yang berlandaskan pada Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijmaa’.
Allah ta’ala berfirman :
يَوْمَئِذٍ لا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلا
Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridai perkataannya” [QS. Thaha : 102 109].
وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى
Dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah” [QS. Al-Anbiyaa’ : 28].
مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلا شَفِيعٍ يُطَاعُ
“Orang-orang yang dhalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya” [QS. Al-Mukmin : 18].
Al-Bukhaariy rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا، وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي فِي الْآخِرَةِ "
Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Maalik, dari Abuz-Zinaad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Setiap Nabi mempunyai doa yang dikabulkan yang ia panjatkan dengannya. Dan aku ingin menyimpan doaku sebagai syafa’at bagi umatku kelak di akhirat” [Shahiih Al-Bukhaariy no. 6304].
Muslim bin Al-Hajjaaj rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى، أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ سَيَّارٍ، عَنْ يَزِيدَ الْفَقِيرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الأَنْصَارِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ قَبْلِي، كَانَ كُلُّ نَبِيٍّ، يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ إِلَى كُلِّ أَحْمَرَ وَأَسْوَدَ، وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ، وَلَمْ تُحَلَّ لِأَحَدٍ قَبْلِي، وَجُعِلَتْ لِيَ الأَرْضُ طَيِّبَةً طَهُورًا وَمَسْجِدًا، فَأَيُّمَا رَجُلٍ أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ، صَلَّى حَيْثُ كَانَ، وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ بَيْنَ يَدَيْ مَسِيرَةِ شَهْرٍ، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ "
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Yahyaa : Telah mengkhabarkan kepada kami Husyaim, dari Sayyaar, dari Yaziid Al-Faqiir, dari Jaabir bin ‘Abdillah Al-Anshaariy, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Aku telah dikaruniai (oleh Allah) lima hal yang tidak pernah diberikan kepada seorang pun sebelumku : (1) setiap nabi hanya diutus kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus kepada semua orang/kaum; (2) ghanimah dihalalkan untukku, dimana ia tidak dihalalkan untuk seorang pun sebelumku; (3)  bumi itu dijadikan untukku dalam keadaan baik, mensucikan, lagi (menjadikannya sebagai) masjid - maka laki-laki manapun yang mendapati waktu shalat, hendaklah ia shalat dimana pun ia berada; (4) aku ditolong dengan rasa takut (yang dirasakan oleh musuhku) di hadapanku sejauh jarak perjalanan satu bulan; dan (5) aku diberikan syafa’at” [Shahiih Muslim no. 521].
At-Tirmidziy rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ الْعَنْبَرِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي "
Telah menceritakan kepada kami Al-‘Abbaas Al-‘Anbariy : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrazzaaq, dari Ma’mar, dari Tsaabit, dari Anas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Syafa’atku (kelak) diperuntukkan bagi para pelaku dosa besar di kalangan umatku” [Jaami’ At-Tirmidziy no. 4739; dan ia berkata : “Hadits hasan shahih ghariib”].
Abu Haatim dan Abu Zur’ah Ar-Raaziy rahimahumallah berkata :
أَدْرَكْنَا الْعُلَمَاءَ فِي جَمِيعِ الْأَمْصَارِ حِجاَزاً وَعِرَاقاً وَمِصْراً وَشَاماً وَيَمَناً، فَكَانَ مِنْ مَذْهَبِهِمْ أَنَّ : ..... الشَّفَاعَةُ حَقٌّ، وَأَنَّ النَّاساً مِنْ أَهْلِ التَّوْحِيدِ يَخْرُجُونَ مِنَ النَّارِ بِالشَّفَاعةِ حَقٌّ
“Kami telah bertemu dengan para ulama di seluruh pelosok negeri, baik di Hijaaz, ’Iraaq, Mesir, Syaam, dan Yaman, maka yang termasuk madzhab mereka adalah : ....... syafa’at itu adalah benar, dan bahwasannya manusia dari kalangan ahli tauhid akan keluar dari neraka dengan syafa’at adalah benar” [Al-Intishaar bi-Syarh ‘Aqiidatil-Aimmatil-Amshaar oleh Muhammad bin Muusaa Alu Nashr, hal. 16 & 246; Daar Al-Atsariyyah].
Abul-Hasan Al-Asy’ariy rahimahullah berkata :
وأجمعوا على أن شفاعة النبي صلى الله عليه وسلم لأهل الكبائر من أمته، وعلى أنه يخرج من النار قوما من أمته بعدما صاروا حمماً
“Para ulama telah bersepakat bahwa syafa’at Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam diperuntukkan bagi pelaku dosa besar di kalangan umatnya, dan (juga bersepakat) akan dikeluarkannya satu kaum dari neraka dari kalangan umatnya setelah menjadi arang...” [Risaalah ilaa Ahlits-Tsaghar, hal. 288, tahqiq : ‘Abdullah Syaakir Al-Junaidiy; Maktabah Al-‘Uluum wal-Hikaam].
Terkait dengan hal ini, ada beberapa amalan yang dapat kita lakukan untuk mendapatkan syafa’at di hari kiamat/akhirat. Di antara amalan-amalan tersebut adalah :
1.     Mentauhidkan Allah ta’ala dan ikhlash beribadah kepada-Nya.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ، عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّهُ قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، أَنْ لَا يَسْأَلَنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin ‘Abdillah, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Sulaimaan, dari ‘Amru bin Abi ‘Amru, dari Sa’iid bin Abi Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, bahwasannya ia berkata : Pernah dikatakan : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling bahagia dengan syafa’atmu kelak di hari kiamat ?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sungguh aku menyangka wahai Abu Hurairah bahwa tidak ada orang yang bertanya kepadaku lebih awal daripada engkau, ketika aku melihat semangatmu dalam mencari hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku kelak di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaha illallaah (tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) secara ikhlash dari hatinya atau dari dirinya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 99].
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ يَعْنِي ابْنَ سَلَمَةَ، أَخْبَرَنَا عَاصِمٌ، عَن أَبِي بُرْدَةَ، عَن أَبِي مُوسَى، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَحْرُسُهُ أَصْحَابُهُ، فَقُمْتُ ذَاتَ لَيْلَةٍ، فَلَمْ أَرَهُ فِي مَنَامِهِ، فَأَخَذَنِي مَا قَدُمَ وَمَا حَدَثَ، فَذَهَبْتُ أَنْظُرُ، فَإِذَا أَنَا بِمُعَاذٍ قَدْ لَقِيَ الَّذِي لَقِيتُ، فَسَمِعْنَا صَوْتًا مِثْلَ هَزِيزِ الرَّحَا، فَوَقَفَا عَلَى مَكَانِهِمَا، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قِبَلِ الصَّوْتِ، فَقَالَ: " هَلْ تَدْرُونَ أَيْنَ كُنْتُ؟ وَفِيمَ كُنْتُ؟ أَتَانِي آتٍ مِنْ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فَخَيَّرَنِي بَيْنَ أَنْ يَدْخُلَ نِصْفُ أُمَّتِي الْجَنَّةَ، وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ، فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ "، فَقَالَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يَجْعَلَنَا فِي شَفَاعَتِكَ، فَقَالَ: " أَنْتُمْ وَمَنْ مَاتَ، لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا فِي شَفَاعَتِي "
Telah menceritakan kepada kami ‘Affaan : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Salamah : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Aashim, dari Abu Burdah, dari Abu Muusaa : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam senantiasa dijaga oleh para sahabatnya. Pada suatu malam aku terbangun dan tidak mendapati beliau pada tempat tidurnya. Maka aku pun tergerak dan pergi untuk melihat beliau. Ternyata aku berpapasan dengan Mu'aadz, dan ia telah mendapatkan apa aku dapatkan. Kemudian kami mendengar suara seperti tiupan angin. Maka mereka berdua berdiri ditempatnya, lalu Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam pun datang dari arah suara itu, kemudian beliau bertanya : "Tahukah kalian, dimana aku tadi berada dan sedang apa aku? Seorang malaikat utusan dari Rabbku ‘azza wa jalla mendatangiku, lalu menawarkan pilihan antara setengah dari ummatku masuk surga atau (aku dapat memberikan) syafa’at. Lalu aku memilih syafaat". Mereka berdua bertanya : "Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah 'azza wa jalla agar menjadikan kami termasuk orang-orang yang mendapatkan syafa’atmu". Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Kalian dan orang-orang yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun akan mendapatkan syafaatku" [Diriwayatkan oleh Ahmad, 4/404; sanadnya hasan. Dihasankan oleh Al-Arna’uth & Muhammad Na’iim dalam takhrij-nya atas Musnad Al-Imaam Ahmad, 32/394].
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ عَمْرٍو يَعْنِي ابْنَ دِينَارٍ، قَالَ: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ، يَقُولُ: أَنَا مَنْ شَهِدَ مُعَاذًا حِينَ حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ، يَقُولُ: اكْشِفُوا عَنِّي سَجْفَ الْقُبَّةِ أُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ مَرَّةً: أُخْبِرُكُمْ بِشَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أُحَدِّثَكُمُوهُ إِلَّا أَنْ تَتَّكِلُوا، سَمِعْتُهُ يَقُولُ: " مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصًا مِنْ قَلْبِهِ، أَوْ يَقِينًا مِنْ قَلْبِهِ، لَمْ يَدْخُلْ النَّارَ أَوْ دَخَلَ الْجَنَّةَ "، وَقَالَ مَرَّةً: " دَخَلَ الْجَنَّةَ وَلَمْ تَمَسَّهُ النَّارُ "
Telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin ‘Uyainah, dari ‘Amru bin Diinaar, ia berkata : Aku mendengar Jaabir bin ‘Abdillah berkata : Aku adalah orang yang menyaksikan Mu'aadz saat menjelang kematiannya. Ia berkata :  “Bukalah tabir rumah untukku, lalu akan aku ceritakan sebuah hadits pada kalian yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kali lain ia berkata : “Akan aku khabarkan kepada kalian sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Tidak ada yang menghalangiku untuk menceritakan hadits tersebut kepada kalian selain karena khawatir kalian mengandalkannya. Aku pernah mendengar beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dengan ikhlash dari hatinya – atau – dengan yakin dari hatinya, maka ia tidak akan masuk neraka, atau ia akan masuk surga’. Kali lain ia berkata : ‘Masuk surga dan tidak akan disentuh oleh api neraka" [Diriwayatkan oleh Ahmad, 5/236; shahih. Dishahihkan oleh Al-Arna’uth dkk. dalam takhrij-nya atas Musnad Al-Imaam Ahmad, 36/381-382].
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ شُعَيْبٍ السِّمْسَارُ، قَالَ: نَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ الْمَكِّيُّ، قَالَ: نَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: نَا بَسَّامٌ الصَّيْرَفِيُّ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ صُهَيْبٍ الْفَقِيرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ نَاسًا مِنْ أُمَّتِي يُعَذَّبُونَ بِذُنُوبِهِمْ، فَيَكُونُوا فِي النَّارِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونُوا، ثُمَّ يُعَيِّرُهُمْ أَهْلُ الشِّرْكِ، فَيَقُولُونَ: مَا نَرَى مَا كُنْتُمْ تُخَالِفُونَا فِيهِ مِنْ تَصْدِيقِكُمْ وَإِيمَانِكُمْ نَفَعَكُمْ، فَلا يَبْقَى مُوَحِّدٌ إِلا أَخْرَجَهُ اللَّهُ "، ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Aliy bin Syu’aib As-Simsaar, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Abbaad Al-Makkiy : Telah mengkhabarkan kepada kami Haatim bin Ismaa’iil : Telah mengkhabarkan kepada kami Bassaam Ash-Shairafiy, dari Yaziid bin Shuhaib Al-Faqiir, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya ada sekelompok manusia dari umatku diadzab karena dosa-dosa mereka. Mereka berada di neraka sesuai dengan yang Allah kehendaki. Lalu orang-orang musyrik (di neraka) mengejek mereka : ‘Kami tidak melihat apa-apa yang kalian selisihi dari kami dari pembenaran (tashdiiq) dan keimanan kalian itu bermanfaat bagi kalian’. Maka tidaklah tersisa orang-orang yang bertauhid, kecuali akan Allah keluarkan dari neraka”. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah ta’ala : ‘Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim’ (QS. Al-Hijr : 2)” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5146; sanadnya hasan].
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ زَيْدٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ...... فَيَشْفَعُ النَّبِيُّونَ وَالْمَلَائِكَةُ وَالْمُؤْمِنُونَ، فَيَقُولُ الْجَبَّارُ: بَقِيَتْ شَفَاعَتِي، فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنَ النَّارِ، فَيُخْرِجُ أَقْوَامًا قَدِ امْتُحِشُوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرٍ بِأَفْوَاهِ الْجَنَّةِ، يُقَالُ لَهُ: مَاءُ الْحَيَاةِ، فَيَنْبُتُونَ فِي حَافَتَيْهِ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ قَدْ رَأَيْتُمُوهَا إِلَى جَانِبِ الصَّخْرَةِ وَإِلَى جَانِبِ الشَّجَرَةِ فَمَا كَانَ إِلَى الشَّمْسِ مِنْهَا كَانَ أَخْضَرَ وَمَا كَانَ مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ كَانَ أَبْيَضَ، فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمُ اللُّؤْلُؤُ، فَيُجْعَلُ فِي رِقَابِهِمُ الْخَوَاتِيمُ، فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: فَيَقُولُ أَهْلُ الْجَنَّةِ: هَؤُلَاءِ عُتَقَاءُ الرَّحْمَنِ أَدْخَلَهُمُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ وَلَا خَيْرٍ قَدَّمُوهُ، فَيُقَالُ لَهُمْ: لَكُمْ مَا رَأَيْتُمْ وَمِثْلَهُ مَعَهُ "
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Bukair : Telah menceritakan kepada kami Al-Laits bin Sa’d, dari Khaalid bin Yaziid, dari Sa’iid bin Abi Hilaal, dari Zaid, dari ‘Athaa’ bin Yasaar, dari Abu Sa’iid Al-Khudriy, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “......Maka para Nabi, malaikat, dan orang-orang mukmin telah memberikan syafa’at. Setelah itu Al-Jabbaar (Allah) berfirman : ‘Sekarang tinggal syafa’at-Ku’. Maka Allah menggenggam dengan satu genggaman dari neraka, dan mengeluarkan satu kaum yang telah hangus menjadi arang. Kemudian mereka dilemparkan di sebuah sungai yang ada di depan surga yang disebut air kehidupan. Mereka pun tumbuh di tepi sungai sebagaimana tumbuhnya benih yang terbawa aliran air; yang kadang kalian lihat (di dunia) ada dekat bebatuan di samping pohon, dimana benih yang tumbuh di arah sinar matahari berwarna hijau, dan yang ada di bawah naungan berwarna putih/pucat. Mereka keluar dari sungai tersebut seperti mutiara, yang di leher mereka terdapat tanda/cap. Mereka pun masuk ke dalam surga. Penduduk surga (yang melihat mereka) berkata : ‘Mereka itu adalah orang-orang yang dibebaskan Ar-Rahmaan (Allah) dari neraka lalu dimasukkan ke dalam surga tanpa amalan yang pernah mereka lakukan, dan tanpa kebaikan yang mereka kerjakan’. Dan dikatakan kepada mereka : ‘Bagi kalian apa-apa yang kalian lihat dan yang semisalnya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 7440].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
وشفاعة أخرى وهي شفاعته فيمن قال لا إله إلا الله ولم يعمل خيرا قط
“Dan yang syafa’at lain adalah syafa’at-Nya kepada orang yang mengucapkan Laa ilaha illallaah, meskipun tidak pernah beramal kebaikan sedikitpun” [Fathul-Baariy, 11/428-429].
2.     Membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya.
حَدَّثَنِي الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ، حَدَّثَنَا أَبُو تَوْبَةَ وَهُوَ الرَّبِيعُ بْنُ نَافِعٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ يَعْنِي ابْنَ سَلَّامٍ، عَنْ زَيْدٍ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَلَّامٍ، يَقُولُ: حَدَّثَنِي أَبُو أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " اقْرَءُوا الْقُرْآنَ، فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ.....
Telah menceritakan kepadaku Al-Hasan bin ‘Aliy Al-Hulwaaniy : Telah menceritakan kepada kami Abu Taubah Ar-Rabii’ bin Naafi’ : Telah menceritakan kepada kami Mu’aawiyyah  bin Sallaam, dari Zaid, bahwasannya ia mendengar Abu Sallaam berkata : Telah menceritakan kepadaku Abu Umaamah Al-Baahiliy, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat kelak sebagai syafa’at bagi pembacanya....” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 804].
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، وَمُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الْغُبَرِيُّ جَمِيعًا، عَنْ أَبِي عَوَانَةَ، قَالَ ابْنُ عُبَيْدٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى، عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ، لَهُ أَجْرَانِ ".
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’iid dan Muhammad bin ‘Ubaid Al-Ghubariy, semuanya dari Abu ‘Awaanah – Ibnu ‘Ubaid berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awaanah, dari Qataadah, dari Zuraarah bin Aufaa, dari Sa’d bin Hisyaam, dari ‘Aaisyah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an bersama dengan malaikat yang mulia. Adapun orang yang membaca (Al-Qur’an) dengan terbata-bata dan mengalami kesulitan dalam membacanya, maka dia akan mendapatkan dua pahala” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 798].
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّبَرِيُّ، عَنْ عَبْدِ الرَّزَّاقِ، عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، وَغَيْرِهِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ، قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: " الْقُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفَّعٌ، وَمَا حَلَّ مُصَدَّقٌ، فَمَنْ جَعَلَهُ إِمَامَهُ قَادَهُ إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَهُ سَاقَهُ إِلَى النَّارِ "
Telah menceritakan kepada kami Ishaaq bin Ibraahiim Ad-Dabariy, dari ‘Abdurrazzaaq, dari Ats-Tsauriy, dari Abu Ishaaq dan yang lainnya, dari ‘Abdurrahmaan bin Yaziid (bin Qais An-Nakha’iy), ia berkata : Telah berkata ‘Abdullah (bin Mas’uud) : “Al-Qur’an adalah pemberi syafa'at yang diterima syafa'atnya dan pembela yang dibenarkan. Barangsiapa yang menjadikannya sebagai imam (tuntunan) maka ia akan menuntunnya ke surga, dan barangsiapa yang menjadikannya di belakangnya (diabaikan) maka ia akan menggiringnya ke neraka” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir no. 8655; shahih dengan penguatnya].
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْفَزَارِيُّ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: " يَجِيءُ الْقُرْآنُ يَشْفَعُ لِصَاحِبِهِ، يَقُولُ: يَا رَبِّ لِكُلِّ عَامِلٍ عُمَالَةٌ مِنْ عَمَلِهِ، وَإِنِّي كُنْتُ أَمْنَعُهُ اللَّذَّةَ وَالنَّوْمَ، فَأَكْرِمْهُ، فَيُقَالُ: ابْسُطْ يَمِينَكَ، فَتُمْلَأُ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، ثُمَّ يُقَالُ: ابْسُطْ شِمَالَكَ، فَتُمْلَأُ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، وَيُكْسَى كِسْوَةَ الْكَرَامَةِ، وَيُحَلَّى بِحِلْيَةِ الْكَرَامَةِ، وَيُلْبَسُ تَاجَ الْكَرَامَةِ "
Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Khaalid : Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Muhammad Al-Fazaariy, dari Sufyaan, dari ‘Aashim, dari Mujaahid, dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : “Al-Qur'an akan datang memberi syafaat kepada para pembacanya, dan ia berkata : 'Wahai Rabbku, setiap orang yang beramal akan memperoleh pahala dari amalannya. Sesungguhnya aku telah menghalanginya dari kelezatan dan tidur, maka muliakanlah ia’.  Lalu dikatakan : 'Ulurkan tangan kananmu.' Lalu tangannya dipenuhi dengan keridlaan Allah. Kemudian dikatakan lagi : 'Ulurkan tangan kirimu'. Lalu tangannya pun dipenuhi dengan keridlaan Allah, dan ia pun diselimuti dengan selimut kemuliaan, dihiasi dengan hiasan kemuliaan, dan dipakaikan mahkota kemuliaan padanya." [Diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy no. 3355; hasan. Dihasankan sanadnya oleh Husain Salim Asad dalam takhrij-nya atas Sunan Ad-Daarimiy, hal. 2088].
3.     Tinggal di Madiinah dan bersabar atas kesulitan yang ada padanya.
حدثنا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حدثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ. ح وحدثنا ابْنُ نُمَيْرٍ، حدثنا أَبِي، حدثنا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ، حَدَّثَنِي عَامِرُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنِّي أُحَرِّمُ مَا بَيْنَ لَابَتَيِ الْمَدِينَةِ أَنْ يُقْطَعَ عِضَاهُهَا، أَوْ يُقْتَلَ صَيْدُهَا "، وَقَالَ: " الْمَدِينَةُ خَيْرٌ لَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ، لَا يَدَعُهَا أَحَدٌ رَغْبَةً عَنْهَا، إِلَّا أَبْدَلَ اللَّهُ فِيهَا مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ، وَلَا يَثْبُتُ أَحَدٌ عَلَى لَأْوَائِهَا وَجَهْدِهَا، إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا، أَوْ شَهِيدًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ "
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Numair (ح). Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair : Telah menceritakan kepada kami ayahku : Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Hakiim : Telah menceritakan kepadaku ‘Aamir bin Sa’d. Dari ayahnya, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Aku menjadikan dua tepi Madiinah sebagai tanah haram. Tidak boleh ditebang pepohonannya, dan tidak boleh pula dibunuh hewan buruannya". Dan beliau juga bersabda : " Madiinah lebih baik bagi mereka jika mereka mengetahuinya. Orang yang meninggalkan kota itu karena tidak senang kepadanya, maka Allah akan menggantinya dengan orang yang lebih baik daripadanya. Seorang yang menetap di tempat tersebut itu dalam kesusahan dan kesulitan hidup, maka aku akan menjadi syafa’at baginya atau menjadi saksi baginya kelak di hari kiamat" [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1363].
وحدثنا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، وَقُتَيْبَةُ، وَابْنُ حُجْرٍ، جَمِيعًا عَنْ إِسْمَاعِيل بْنِ جَعْفَرٍ، عَنِ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا يَصْبِرُ عَلَى لَأْوَاءِ الْمَدِينَةِ، وَشِدَّتِهَا أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِي، إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، أَوْ شَهِيدًا "
Dan telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ayyuub, Qutaibah, dan Ibnu Hujr, semuanya dari Ismaa’iil bin Ja’far, dari Al-‘Alaa’ bin ‘Abdirrahmaan, dari ayahnya, dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Tidaklah seorangpun dari kalangan umatku yang sabar terhadap cobaan dan kesusahan Madiinah, kecuali aku akan menjadi orang yang memberikan syafa’at atau saksi baginya kelak  di hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1378].
أَخْبَرَنَا ابْنُ قُتَيْبَةَ، حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ، عَنِ الصُّمَيْتَةَ امْرَأَةً مِنْ بَنِي لَيْثٍ، قَالَ: سَمِعْتُهَا، تُحَدِّثُ صَفِيَّةَ بِنْتَ أَبِي عُبَيْدٍ أَنَّهَا، سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ لا يَمُوتَ إِلا بِالْمَدِينَةِ، فَلْيَمُتْ بِهَا، فَإِنَّهُ مَنْ يَمُتْ بِهَا، تَشْفَعْ لَهُ، وَتَشْهَدُ لَهُ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Qutaibah : Telah menceritakan kepada kami Harmalah : Telah menceritakan kepada kami  Ibnu Wahb : Telah mengkhabarkan kepada kami Yuunus, dari Ibnu Syihaab, dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Utbah, dari Ash-Shumaitah – seorang wanita dari Bani Laits - , ia (‘Utbah) berkata : Aku mendengarnya menceritakan hadits kepada Shafiyyah bintu Abi ‘Ubaid, bahwasannya ia pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa di antara kalian yang sanggup untuk tidak meninggal kecuali di Madiinah, hendaklah ia meninggal di sana. Sesungguhnya siapa saja yang meninggal di Madiinah, maka akan menjadi syafa’at baginya dan juga menjadi saksi baginya [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan no. 3742; shahih. Dishahihkan sanadnya oleh Al-Arna’uth dalam takhrij-nya atas Shahiih Ibni Hibbaan, 9/58].
4.     Berdoa dan bershalawat setelah adzan.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَيَّاشٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ أَبِي حَمْزَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ، اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ، حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin ‘Ayyaasy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Syu’aib bin Abi Hamzah, dari Muhammad bin Al-Munkadir, dari Jaabir bin ‘Abdillah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Barangsiapa yang mengucapkan ketika mendengar adzan : ‘allaahumma Rabba hadzihid-da’watit-taaammah, wash-shalaatil-qaaimah aati Muhammadanil-wasiilata wal-fadliilah, wa-b’atshu maqaaman-mahmuuda, alladzii wa’adtahu’ (Ya Allah, Rabb pemilik panggilan yang sempurna ini dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah al-wasilah (derajat di surga), dan keutamaan kepada Muhammad, dan bangkitkan beliau, sehingga bisa menempati kedudukan terpuji yang engkau janjikan); maka ia berhak mendapatkan syafa’atku kelak pada hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 614].
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ الْمُرَادِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ، عَنْ حَيْوَةَ، وَسَعِيدِ بْنِ أَبِي أَيُّوبَ وغيرهما، عَنْ كَعْبِ بْنِ عَلْقَمَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ، ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ، لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ، حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ "
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salamah Al-Muraadiy : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Wahb, dari Haiwah, Sa’iid bin Abi Ayyuub, dan yang lainnya, dari Ka’b bin ‘Alqamah, dari ‘Abdurrahmaan bin Jubair, dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al-‘Aash, bahwasannya ia pernah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apabila kalian mendengar muadzin (mengumandangkan adzan), maka ucapkan seperti yang ia ucapkan. Kemudian, bershalawatlah kepadaku. Sesungguhnya barangsiapa bershalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian, mintalah wasilah kepada Allah untukku. Sesungguhnya al-wasilah itu suatu manzilah di surga yang tak layak ditempati melainkan oleh seorang hamba di antara hamba-hamba Allah dan aku berharap akulah orangnya. Barangsiapa meminta wasilah untukku niscaya ia berhak untuk mendapatkan syafa’at” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 834].
5.     Memperbanyak sujud (shalat).
حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ يَعْنِي الْوَاسِطِيَّ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَى الْأَنْصَارِيُّ، عَنْ زِيَادِ بْنِ أَبِي زِيَادٍ مَوْلَى بَنِي مَخْزُومٍ، عَنْ خَادِمٍ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٍ أَوْ امْرَأَةٍ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا يَقُولُ لِلْخَادِمِ: " أَلَكَ حَاجَةٌ؟ "، قَالَ: حَتَّى كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَاجَتِي، قَالَ: " وَمَا حَاجَتُكَ؟ "، قَالَ: حَاجَتِي أَنْ تَشْفَعَ لِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ، قَالَ: " وَمَنْ دَلَّكَ عَلَى هَذَا؟ "، قَالَ: رَبِّي، قَالَ: " إِمَّا لَا فَأَعِنِّي بِكَثْرَةِ السُّجُودِ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Affaan : Telah menceritakan kepada kami Khaalid Al-Waasithiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Yahyaa Al-Anshaariy, dari Ziyaad bin Abi Ziyaad maulaa Bani Makhzuum, dari pembantu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, seorang laki-laki atau perempuan, ia berkata : Dan termasuk di antara yang dikatakan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada pembantu tersebut adalah : “Apakah engkau mempunyai keperluan ?”. Perawi berkata : Hingga pada satu hari ia berkata : “Wahai Rasulullah, aku mempunyai keperluan”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Apakah keperluanmu ?”. Ia berkata : “Keperluanku adalah agar engkau memberikan syafa’at kepadaku kelak di hari kiamat”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Siapakah yang memberimu petunjuk ?”. Ia berkata : “Rabbku”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Kalau begitu, tolonglah aku dengan memperbanyak sujud (shalat)” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 3/500; sanadnya shahih. Dishahihkan sanadnya oleh Al-Arna’uth dkk. dalam takhrij-nya atas Musnad Al-Imaam Ahmad, 25/479].
Kemungkinan pembantu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang dimaksudkan dalam riwayat di atas adalah Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu. Wallaahu a’lam.
حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى أَبُو صَالِحٍ، حَدَّثَنَا هِقْلُ بْنُ زِيَادٍ، قَالَ: سَمِعْتُ الأَوْزَاعِيَّ، قَالَ: حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي أَبُو سَلَمَةَ، حَدَّثَنِي رَبِيعَةُ بْنُ كَعْبٍ الأَسْلَمِيُّ، قَالَ: كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ، فَقَالَ لِي: سَلْ، فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ؟ قَالَ: أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ، قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ، قَالَ: فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ، بِكَثْرَةِ السُّجُودِ "
Telah menceritakan kepada kami Al-Hakam bin Muusaa Abu Shaalih : Telah menceritakan kepada kami Hiql bin Ziyaad, ia berkata : Aku mendengar Al-Auzaa’iy berkata : Telah menceritakan kepadaku Yahyaa bin Abi Katsiir : Telah menceritakan kepadaku Abu Salamah : Telah menceritakan kepadaku Rabii’ah bin Ka’b Al-Aslamiy, ia berkata : Aku pernah bermalam bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Aku membawakan kepada beliau air wudlu dan keperluan beliau. Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku : “Mintalah sesuatu”. Aku berkata : “Aku meminta agar dapat menemanimu di surga”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Ataukah masih ada yang lainnya ?”. Aku menjawab : “Itu saja”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tolonglah aku agar engkau memperbanyak sujud” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 489].
6.     Bersabar atas kematian anak.
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ ابْنِ الْمُسَيَّبِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا يَمُوتُ لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ، تَمَسُّهُ النَّارُ، إِلَّا تَحِلَّةَ الْقَسَمِ "
Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Maalik, dari Ibnu Syihaab, dari Ibnul-Musayyib, dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah tiga anak milik salah seorang dari kaum muslimin meninggal dunia, lalu ia (orang tuanya) tersentuh api neraka, kecuali sebatas menjalankan sumpah (Allah)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6656].
حَدَّثَنَا عَيَّاشٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الأَعْلَى، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، قَالَ: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْحَارِثِ، عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ مَاتَ لَهُ ثَلاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ فَاحْتَسَبَهُمْ دَخَلَ الْجَنَّةَ، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَاثْنَانِ؟ قَالَ: وَاثْنَانِ "، قُلْتُ لِجَابِرٍ: وَاللَّهِ، أَرَى لَوْ قُلْتُمْ وَوَاحِدٌ لَقَالَ، قَالَ: وَأَنَا أَظُنُّهُ وَاللَّهِ
Telah menceritakan kepada kami ‘Ayyaasy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-A’laa, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaaq, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ibraahiim bin Al-Haarits, dari Mahmuud bin Labiid, dari Jaabir bin ‘Abdillah, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang tiga orang anaknya meninggal dunia dimana ia mengharapkan pahala dari kematian mereka tersebut, akan masuk surga”. Kami berkata : “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan dua orang anak ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Dan juga termasuk dua orang anak”. Aku (Mahmuud bin Labiid) berkata kepada Jaabir : “Demi Allah, aku berpendapat seandainya engkau mengatakan seorang anak, niscaya beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam akan mengatakannya juga”. Jaabir berkata : “Dan aku pun menyangka demikian, demi Allah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy dalam Al-Adabul-Mufrad no. 146; sanadnya hasan. Dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Al-Adabil-Mufrad, hal. 77].
Penetapan adanya syafa’at atas amal kesabaran orang tua akibat meninggalnya anaknya – meski tidak sharih secara tekstual – namun itu ditunjukkan dalam banyak lafadh bahwa pemilik amal tersebut tidak akan tersentuh api neraka, atau anak-anak yang meninggal tersebut menunggu orang tuanya masuk surga atau menjadi penyebab orang tuanya masuk surga.
Syarat-syarat syafa’at atas kesabaran meninggalnya anak :
a.      Islam.
Orang tua tersebut haruslah seorang muslim ketika anaknya meninggal. Oleh karena itu, seseorang yang anaknya meninggal saat ia masih kafir – meski kemudian ia masuk Islam – tidak masuk dalam cakupan syafa’at. Hal ini ditunjukkan oleh riwayat :
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ، أَخْبَرَنَا عَوْفٌ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَمُوتُ لَهُمَا ثَلَاثَةُ أَوْلَادٍ لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْثَ، إِلَّا أَدْخَلَهُمَا اللَّهُ وَإِيَّاهُمْ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ الْجَنَّةَ، وَقَالَ: يُقَالُ لَهُمْ: ادْخُلُوا الْجَنَّةَ، قَالَ: فَيَقُولُونَ: حَتَّى يَجِيءَ أَبَوَانَا "، قَالَ: ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، فَيَقُولُونَ: مِثْلَ ذَلِكَ، فَيُقَالُ لَهُمْ: " ادْخُلُوا الْجَنَّةَ أَنْتُمْ وَأَبَوَاكُمْ "
Telah menceritakan kepada kami Ishaaq : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Auf, dari Muhammad bin Siiriin, dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Tidaklah dua orang muslim (suami istri) yang tiga orang anak mereka yang meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa, kecuali Allah akan memasukkan keduanya dan anak-anak mereka ke surga dengan keutamaan rahmat-Nya". Beliau bersabda : "Dikatakan kepada anak-anak tersebut : 'Masuklah kalian ke surga'. Mereka berkata : '(Kami tidak akan masuk) hingga bapak-bapak kami juga masuk!’. Lalu dikatakan kepada mereka : 'Masuklah kalian dan bapak-bapak kalian ke surga” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 2/510; shahih. Dishahihkan sanadnya oleh Al-Arna’uth dan ‘Aadil Mursyid dalam takhrij-nya atas Musnad Al-Imaam Ahmad, 16/364].
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا هِشَامٌ، عَنِ ابْنِ سِيرِينَ، عَنِ امْرَأَةٍ يُقَالُ لَهَا: رَجَاءُ، قَالَتْ: كُنْتُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَتْهُ امْرَأَةٌ بِابْنٍ لَهَا، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ لِي فِيهِ بِالْبَرَكَةِ، فَإِنَّهُ قَدْ تُوُفِّيَ لِي ثَلَاثَةٌ، فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَمُنْذُ أَسْلَمْتِ ؟ " قَالَتْ: نَعَمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " جُنَّةٌ حَصِينَةٌ "، فَقَالَ لِي رَجُلٌ اسْمَعِي يَا رَجَاءُ مَا يَقُولُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrazzaaq : Telah mengkhabarkan kepada kami Hisyaam, dari Ibnu Siiriin, dari seorang wanita yang bernama Rajaa’, ia berkata : Aku pernah di sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika ada seorang wanita bersama dengan anaknya mendatangi beliau. Ia berkata : “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar memberikan barakah untukku, karena tiga orang anakku telah meninggal”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : “Apakah itu terjadi ketika engkau telah masuk Islam ?”. Wanita itu menjawab : “Ya”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Perisai yang kokoh (yang melindungimu dari neraka)”. Lalu seorang laki-laki berkata kepadaku : “Dengarkanlah wahai Rajaa’ apa yang disabdakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 5/83; shahih. Dishahihkan oleh Al-Arna’uth dkk. dalam takhrij-nya atas Musnad Al-Imaam Ahmad, 34/378].
b.      Mengharapkan pahala (atas amal kesabaran tersebut).
Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
وقوله: "فاحتسب" أي صبر راضيا بقضاء الله راجيا فضله
“Sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘lalu ia mengharapkani; yaitu ia bersabar dalam keadaan ridla atas ketentuan Allah dan mengharapkan pahala-Nya” [Fathul-Baariy, 3/119].
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ السَّرْحِ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنِي عَمْرٌو، قَالَ: حَدَّثَنِي بُكَيْرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ نَافِعٍ، عَنْ حَفْصِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ أَنَسٍ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنِ احْتَسَبَ ثَلَاثَةً مِنْ صُلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ "، فَقَامَتِ امْرَأَةٌ، فَقَالَتْ: أَوِ اثْنَانِ، قَالَ: " أَوِ اثْنَانِ "، قَالَتِ الْمَرْأَةُ: يَا لَيْتَنِي قُلْتُ وَاحِدًا
Telah mengkhabarkan kepada kami Ahmad bin ‘Amru bin As-Sarh, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb : Telah menceritakan kepadaku ‘Amru, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Bukair bin ‘Abdillah, dari ‘Imraan bin Naafi’, dari Hafsh bin ‘Ubaidillah, dari Anas : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang mengharapkan pahala kesabaran atas kematian tiga orang anaknya, niscaya ia akan masuk surga”. Lalu ada seorang wanita yang berdiri dan berkata : “Bagaimana dengan dua orang anak ?”. Beliau bersabda : “Juga termasuk dua orang anak”. Wanita itu berkata : “Duhai, seandainya aku mengatakan seorang anak” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1872; hasan. Dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan An-Nasaa’iy, 2/21].
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: " مَا لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ، إِلَّا الْجَنَّةُ "
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah : Telah menceritakan kepada kami Ya’quub bin ‘Abdirrahmaan, dari ‘Amru, dari Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Allah berfirman : ‘Tidaklah ada pahala bagi hambaku yang beriman di sisi-Ku apabila aku ambil (wafatkan) orang yang dicintainya dari kalangan penduduk dunia, kemudian ia mengharapkan pahala/keridlaan atas hal tersebut, kecuali surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6424].
c.      Yang meninggal adalah anak kandung keturunannya (ash-shulbiyyah).
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1872 di atas.
d.      Jumlah anak yang meninggal.
Para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan minimal tiga, karena kebanyakan hadits menyebutkan jumlah ini. Ada yang mengatakan minimal dua, karena dalam sebagian hadits, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam memasukkannya dalam cakupan syafa’at anak. Ada yang mengatakan satu orang dengan dalil hadits riwayat Al-Bukhaariy no. 6424 di atas, dan inilah yang raajihwallaahu a’lam. Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
وهذا يدخل فيه الواحد فما فوقه، وهو أصح ما ورد في ذلك
“Dan ini[1] masuk cakupan padanya kematian seorang anak atau lebih. Ia merupakan pendapat yang paling shahih dalam hal tersebut” [Fathul-Baariy, 3/119].
e.      Belum mencapai usia baligh.
Disebutkan dalam hadits-hadits di atas bahwa anak-anak kaum muslimin Allah pastikan masuk ke surga. Seorang anak yang Allah pastikan masuk surga adalah mereka yang belum mencapai usia baligh yang diperhitungkan dosa dan maksiat yang dilakukannya.
An-Nawawiy rahimahullah berkata :
قَوْله : (لَمْ يَبْلُغُوا الْحِنْث) أَيْ لَمْ يَبْلُغُوا سِنّ التَّكْلِيف الَّذِي يُكْتَب فِيهِ الْحِنْث ، وَهُوَ الْإِثْم
“Sabda beliau : ‘mereka belum mencapai al-khints’; yaitu mereka (anak-anak) belum mencapai usia takliif yang ditulis padanya al-khints, yaitu : dosa” [Syarh Shahiih Muslim, 8/475 – via Syamilah].
أَخْبَرَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ حَمَّادٍ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ الْأَسْوَدِ، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّغِيرِ حَتَّى يَكْبُرَ، وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ أَوْ يُفِيقَ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Ya’quub bin Ibraahiim, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahmaan bin Mahdiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Salamah, dari Hammaad, dari Ibraahiim, dari Al-Aswad, dari ‘Aaisyah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Diangkat pena pada tiga jenis orang, yaitu : orang yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga ihtilam, dan orang gila hingga berakal atau sadar” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 3432; shahih. Dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan An-Nasaa’iy, 2/478].
7.     Bersabar dalam mendidik anak perempuan.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ عِمْرَانَ أَبُو حَفْصٍ التُّجِيبِيُّ، عَنْ أَبِي عُشَّانَةَ الْمَعَافِرِيِّ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ كَانَ لَهُ ثَلاثُ بَنَاتٍ، وَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ، وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ، كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yaziid, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Harmalah bin ‘Imraan Abu Hafsh At-Tujiibiy, dari Abu ‘Usyaanah Al-Ma’aafiriy, dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Barangsiapa yang memiliki tiga orang anak perempuan, dan ia bersabar dalam menghadapinya dan memberi mereka pakaian dari hasil usahanya, maka mereka kelak akan menjadi dinding pemisah baginya dari neraka” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaari dalam Al-Adabul-Mufrad no. 76; sanadnya shahih. Dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Al-Adabil-Mufrad hal. 57].
حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ، حَدَّثَنَا أَبُو أَحْمَدَ الزُّبَيْرِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَنَسٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ، وَضَمَّ أَصَابِعَهُ "
Telah menceritakan kepadaku ‘Amru An-Naaqid : Telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairiy : telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdil-‘Aziiz, dari ‘Ubaidullah bin Abi Bakr bin Anas, dari Anas bin Maalik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang menanggung (nafkah) dua orang anak perempuan hingga dewasa (baligh), maka ia akan datang pada hari kiamat sedangkan aku dan dirinya seperti ini – beliau menghimpunkan kedua jarinya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2631].
An-Nawawiy rahimahullah berkata :
فِي هَذِهِ الْأَحَادِيث فَضْل الْإِحْسَان إِلَى الْبَنَات ، وَالنَّفَقَة عَلَيْهِنَّ . وَالصَّبْر عَلَيْهِنَّ ، وَعَلَى سَائِر أُمُورهنَّ
“Dalam hadits-hadits ini terdapat keutamaan berbuat baik terhadap anak-anak perempuan, memberikan nafkah kepada mereka, sabar dalam memelihara mereka, dan segala hal yang berkaitan dengan mereka” [Syarh Shahiih Muslim, 8/469 – via Syamilah].
8.     Bersabar atas sakit yang menimpa.
Sama seperti sebelumnya, bahwa tidak ada hadits yang menyebutkan secara shariih bahwa sabar terhadap penyakit/musibah yang menimpa merupakan amalan yang menyebabkan mendapatkan syafa’at. Akan tetapi hal itu bisa dipahami bahwa sakit/musibah merupakan penyebab digugurkannya dosa, penghalang baginya dari api neraka, dan dimasukkannya ke dalam surga.
حَدَّثَنَا مُوسَى، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ، عَنْ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيْدٍ، عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ، فَمَسِسْتُهُ بِيَدِي، فَقُلْتُ: إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا، قَالَ: أَجَلْ، كَمَا يُوعَكُ رَجُلَانِ مِنْكُمْ، قَالَ: لَكَ أَجْرَانِ، قَالَ: نَعَمْ، مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا "
Telah menceritakan kepada kami Muusaa : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin Muslim : Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan, dari Ibraahiim At-Taimiy, dari Al-Haarits bin Suwaid, dari Ibnu Mas’uud radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Aku masuk menemui Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sakit. Lalu aku raba beliau, lalu aku berkata : "Sesungguhnya demammu bertambah keras". Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “Benar, sebagaimana demamnya dua orang di antara kalian". Aku berkata : “Semoga engkau mendapatkan dua pahala". Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Tidaklah seorang muslim ditimpa cobaan berupa sakit dan sebagainya, kecuali Allah akan gugurkan dosa-dosanya sebagaimana sebatang pohon yang menggugurkan daunnya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5667].
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عِمْرَانَ أَبِي بَكْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ، قَالَ: قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ " أَلَا أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟، قُلْتُ: بَلَى، قَالَ: هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ، وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي، قَالَ: إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ، وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ، فَقَالَتْ: أَصْبِرُ، فَقَالَتْ: إِنِّي أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ اللَّهَ لِي أَنْ لَا أَتَكَشَّفَ، فَدَعَا لَهَا "
Telah menceritakan kepada kami Musaddad : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari ‘Imraan bin Abi Bakr, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku ‘Athaa’ bin Abi Rabbaah, ia berkata : Telah berkata kepadaku Ibnu ‘Abbaas : “Maukah aku tunjukkan kepadamu wanita penghuni surga ?”. Aku berkata : “Ya”. Ia berkata : “Wanita berkulit hitam ini pernah mendatangi Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan berkata : ‘Sesungguhnya aku menderita penyakit ayan, dan (ketika kambuh) pakaianku tersingkap. Berdoalah kepada Allah (untuk kesembuhanku)’. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Jika engkau ingin, maka bersabarlah dan bagimu balasan surga. Dan jika engkau ingin, aku akan berdoa kepada Allah untuk menyembuhkanmu’. Wanita itu berkata : ‘Aku akan bersabar. Akan tetapi (jika penyakitku kambuh), pakaianku tersingkap. Berdoalah kepada Allah untukku agar pakaianku tidak tersingkap’. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam berdoa untuknya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5652].
a.      Sabar atas hilangnya penglihatan mata.
Hilangnya penglihatan merupakan salah satu musibah terbesar yang menimpa seseorang dalam kehidupan dunianya. Bahkan Allah ta’ala menjadikan musibah tersebut sebagai musibah yang menimpa orang-orang dhalim di akhirat :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى * قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا * الَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى * وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia : "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?". Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal” [QS. Thaha : 124-127].
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ ذَكْوَانَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، يَرْفَعُهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَقُولُ اللَّهُ: " مَنْ أَذْهَبْتُ حَبِيبَتَيْهِ، فَصَبَرَ وَاحْتَسَبَ، لَمْ أَرْضَ لَهُ بِثَوَابٍ دُونَ الْجَنَّةِ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrazzaaq : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Al-A’masy, dari Dzakwaan, dari Abu Hurairah, dan ia memarfu’kannya hingga Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata : “Allah berfirman : ‘Barangsiapa yang Aku lenyapkan kedua matanya, lantas ia bersabar dan mengharap pahala, Aku tidak ridla baginya pahala selain surga” [Diriwayatkan oleh Ahmad, 2/265; shahih. Dishahihkan sanadnya oleh Al-Arna’uth & ‘Aadil Mursyid dalam takhrij-nya atas Musnad Al-Imaam Ahmad, 13/39].
b.      Sabar atas demam (panas) yang menimpa.
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ، وَمَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ، قَالَا: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ، عَنْ إِسْمَاعِيل بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ الْأَشْعَرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَادَ رَجُلًا مِنْ وَعَكٍ كَانَ بِهِ، فَقَالَ: أَبْشِرْ، فَإِنَّ اللَّهَ يَقُولُ: هِيَ نَارِي أُسَلِّطُهَا عَلَى عَبْدِي الْمُذْنِبِ لِتَكُونَ حَظَّهُ مِنَ النَّارِ "
Telah menceritakan kepada kami Hannaad dan Mahmuud bin Ghailaan, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Usaamah, dari ‘Abdurrahmaan bin Yaziid bin Jaabir, dari Ismaa’iil bin ‘Ubaidillah, dari Abu Shaalih Al-Asy’ariy, dari Abu Hurairah : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk seorang laki-laki yang sedang sakit demam. Lalu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Bergembiralah, karena Allah telah berfirman : ‘Sesungguhnya ia (demam) adalah nerakaku yang Aku berikan kepada hamba-Ku yang berdosa, sehingga ia akan menjadi pengganti bagiannya dari nerakaku (yang seharusnya ia dapatkan kelak di akhirat)” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2088; sanandnya hasan. Dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan At-Tirmidziy 2/414].
c.      Sabar dan tawakal atas penyakit yang menimpa dengan tidak meminta untuk diruqyah dan di-kay.
حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ مَيْسَرَةَ، حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ، حَدَّثَنَا حُصَيْنٌ، عَنْ عَامِرٍ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: لَا رُقْيَةَ إِلَّا مِنْ عَيْنٍ أَوْ حُمَةٍ، فَذَكَرْتُهُ لِسَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " عُرِضَتْ عَلَيَّ الْأُمَمُ فَجَعَلَ النَّبِيُّ وَالنَّبِيَّانِ يَمُرُّونَ مَعَهُمُ الرَّهْطُ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ حَتَّى رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ، قُلْتُ: مَا هَذَا أُمَّتِي هَذِهِ ! قِيلَ بَلْ هَذَا مُوسَى وَقَوْمُهُ، قِيلَ انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ، فَإِذَا سَوَادٌ يَمْلَأُ الْأُفُقَ، ثُمَّ قِيلَ لِي: انْظُرْ هَهُنَا وَهَهُنَا فِي آفَاقِ السَّمَاءِ، فَإِذَا سَوَادٌ قَدْ مَلَأَ الْأُفُقَ، قِيلَ هَذِهِ أُمَّتُكَ وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ هَؤُلَاءِ سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ "، ثُمَّ دَخَلَ وَلَمْ يُبَيِّنْ لَهُمْ، فَأَفَاضَ الْقَوْمُ وَقَالُوا نَحْنُ الَّذِينَ آمَنَّا بِاللَّهِ وَاتَّبَعْنَا رَسُولَهُ فَنَحْنُ هُمْ، أَوْ أَوْلَادُنَا الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الْإِسْلَامِ فَإِنَّا وُلِدْنَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَبَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجَ، فَقَالَ: هُمُ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ، وَلَا يَتَطَيَّرُونَ، وَلَا يَكْتَوُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Telah menceritakan kepada kami ‘Imraan bin Maisarah : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudlail : Telah menceritakan kepada kami Hushain, dari ‘Aamir, dari ‘Imraan bin Hushain radliyallaahu ‘anhumaa, ia berkata : “Tidak ada ruqyah kecuali karena penyakit 'ain atau demam”. Lalu aku sampaikan hal itu kepada Sa'iid bin Jubair, lalu ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abbas : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Beberapa umat pernah ditampakkan kepadaku. Lalu nampaklah seorang nabi dan dua orang nabi lain lewat bersama dengan beberapa orang saja; dan juga seorang nabi lagi yang tidak bersama seorang pun. Hingga, tampak olehku sekelompok manusia yang sangat banyak. Aku pun bertanya : ‘Apakah sekelompok manusia itu adalah umatku?’. Dikatakan : ‘Ini adalah Musa dan kaumnya’. Lalu dikatakan : ‘Lihatlah ke ufuk’. Ternyata di sana terdapat sekelompok manusia yang memenuhi ufuk. Lalu dikatakan kepadaku : ‘Lihatlah di sebelah sini dan di sebelah sana, yaitu di ufuk langit’. Ternyata di sana telah dipenuhi dengan sekelompok manusia yang sangat banyak’. Dikatakan : ‘Ini adalah umatmu, dan di antara mereka terdapat tujuh puluh ribu orang yang akan masuk surga tanpa hisab”. Setelah itu beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam rumah dan belum sempat memberi penjelasan kepada mereka (para sahabat). Orang-orang pun menjadi ribut. Mereka berkata : “Kita adalah orang-orang yang telah beriman kepada Allah dan mengikuti jejak Rasul-Nya,. Kita lah yang dimaksudkan sebagai kelompok tersebut (yang masuk surga tanpa hisab). Atau mungkin saja mereka adalah anak-anak kita yang dilahirkan dalam keadaan Islam, karena kita dilahirkan di jaman Jahiliyah”. Maka sampai lah hal tersebut kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam. Lalu beliau keluar dan bersabda : "Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah minta untuk diruqyah, tidak pernah bertathayur, dan tidak pula meminta di-kay (terapi dengan menempelkan besi panas pada daerah yang sakit); dan mereka senantiasa bertawakal kepada Rabb mereka....” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5705].
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيل بْنُ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ زِيَادٍ الْأَلْهَانِيُّ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا أُمَامَةَ الْبَاهِلِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " وَعَدَنِي رَبِّي سُبْحَانَهُ أَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعِينَ أَلْفًا، لَا حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلَا عَذَابَ، مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعُونَ أَلْفًا وَثَلَاثُ حَثَيَاتٍ مِنْ حَثَيَاتِ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ "
Telah menceritakan kepada kami Hisyaam bin ‘Ammaar : Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin ‘Ayyaasy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ziyaad Al-Alhaaniy, ia berkata : Aku mendengar Abu Umaamah Al-Baahiliy berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Rabb-ku subhaanahu wa ta’ala telah berjanji kepadaku untuk memasukkan ke dalam surga tujuhpuluh ribu orang dari umatku tanpa hisab dan tanpa ‘adzab, dimana setiap seribu orang itu disertai tujuhpuluh ribu, dan ditambah tiga cakupan dari Rabbku ‘azza wa jalla” [Diriwayatkan oleh Ibnu Maajah no. 4286; sanadnya hasan. Dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Ibni Maajah, 3/395].
Ini saja yang dapat dituliskan, semoga ada manfaatnya.
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – perum. ciomas permai – 27082012 – banyak mengambil faedah dari buku Asy-Syafaa’ah ‘inda Ahlis-Sunnah wal-Jamaa’ah oleh Dr. Naashir Al-Judai’; Asy-Syafaa’ah fil-Hadiitsin-Nabawiy oleh Dr. ‘Abdul-Qaadir Al-Muhammadiy; Itsbaatusy-Syafaa’ah oleh Adz-Dzahabiy, tahqiq : Ibraahiim Baajis; dan yang lainnya].



[1]        Yaitu, hadits :
مَا لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ، إِلَّا الْجَنَّةُ "
Tidaklah ada pahala bagi hambaku yang beriman di sisi-Ku apabila aku ambil (wafatkan) orang yang dicintainya dari kalangan penduduk dunia, kemudian ia mengharapkan pahala/keridlaan atas hal tersebut, kecuali surga”.

6 komentar:

  1. Subhanalloh, info yg sangat bermanfaat ustadz, ijin copy ya pak

    BalasHapus
  2. Apakah setiap orang yang masuk surga disyaratkan "harus" melalui syafa'at ustadz?

    apakah orang yang masuk surga tanpa hisab, termasuk orang yang masuk surga dengan syafa'at ?

    jazakallahu khairan...

    BalasHapus
  3. يَوْمَئِذٍ لا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلا
    “Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridai perkataannya” [QS. Thaha : 102].
    ======================

    Saya Berkata: Yang Benar adalah QS. Thaha : 109

    Barakallahufiikum

    BalasHapus
  4. Bismillah

    Assalamualaikum.... Ustadz artikelnya saya copy buat makalah kuliah saya (Izin,.....

    Maklum, mau cari yang praktis,,,,,



    eh...eh...eh pak Ustadz Abul jauzaa' ayatnya kok belum di ganti.....?

    maaf apa mas Abu Nashir salah yaaaaa?

    BalasHapus
  5. Wa'alaikumus-salaam.

    Silakan. Sudah saya perbaiki, terima kasih. Maaf terlewat.

    BalasHapus