08 Juni 2012

Salah Satu Ritual Ibadah yang Dibenci Imam Syaafi’iy

Al-Haafidh Abu Bakr Ahmad bin Muhammad bin Haaruun Al-Khallaal rahimahullah pernah berkata :
وَأَخْبَرَنِي زَكَرِيَّا بْنُ يَحْيَى النَّاقِدُ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ الْحَرُورِيِّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، قَالَ: سَمِعْتُ يُونُسَ بْنَ عَبْدِ الأَعْلَى، قَالَ: سَمِعْتُ الشَّافِعِيَّ، قَالَ: " تَرَكْتُ بِالْعِرَاقِ شَيْئًا يُسَمُّونَهُ التَّغْبِيرَ، وَضَعَتْهُ الزَّنَادِقَةُ يَشْغِلُونَ بِهِ عَنِ الْقُرْآنِ "
Dan telah mengkhabarkan kepadaku Zakariyyaa bin Yahyaa An-Naaqid : Telah menceritakan kepada kami Al-Husain bin Al-Haruuriy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ya’quub, ia berkata : Aku mendengar Yuunus bin ‘Abdil-A’laa, ia berkata : Aku mendengar Asy-Syaafi’iy berkata : “Aku meninggalkan ‘Iraaq karena munculnya sesuatu di sana yang mereka namakan dengan At-Taghbiir yang telah dibuat oleh kaum Zanadiqah. Mereka memalingkan manusia dengannya dari Al-Qur’an” [Al-Amru bil-Ma’ruuf wan-Nahyu ‘anil-Munkar, hal. 99, tahqiq : Masyhur Hasan Salmaan & Hisyaam bin Ismaa’iil, Al-Maktab Al-Islaamiy, Cet. 1/1410 H].
Diriwayatkan juga oleh Al-Khallaal dari jalan lain dalam Amru bil-Ma’ruuf hal. 99 dan Ibnu Abi Haatim dalam Aaadaabusy-Syaafi’iy hal. 235-236 (tahqiq : ‘Abdul-Ghaaniy bin ‘Abdil-Khaaliq, Daarul-Kutub, Cet. 1/1424 H).
Atsar ini shahih.
Para ulama telah menjelaskan makna At-Taghbiir di sini dengan : ”Bait-bait syair yang mengajak bersikap zuhud terhadap dunia, dilantunkan oleh seorang penyanyi. Sebagian yang hadir kemudian memukulkan potongan ranting di atas hamparan tikar atau bantal, disesuaikan dengan jenis lagunya”.
Ternyata kebencian Al-Imaam Asy-Syaafi’iy rahimahullah (dan juga ulama salaf yang lain) malah dilestarikan orang-orang berikut (silakan saksikan siapakah mereka):
Siapakah mereka ?. Ya, mereka adalah shuufiyyuun serta sebagian habib-habib dan simpatisannya.
وَقَالَ هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ، حَدَّثَنَا عَطِيَّةُ بْنُ قَيْسٍ الْكِلَابِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ غَنْمٍ الْأَشْعَرِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو عَامِرٍ أَوْ أَبُو مَالِكٍ الْأَشْعَرِيُّ، وَاللَّهِ مَا كَذَبَنِي سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ الْحِرَ، وَالْحَرِيرَ، وَالْخَمْرَ، وَالْمَعَازِفَ وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوحُ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ يَأْتِيهِمْ يَعْنِي الْفَقِيرَ لِحَاجَةٍ، فَيَقُولُونَ ارْجِعْ إِلَيْنَا غَدًا، فَيُبَيِّتُهُمُ اللَّهُ وَيَضَعُ الْعَلَمَ وَيَمْسَخُ آخَرِينَ قِرَدَةً، وَخَنَازِيرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ "
Telah berkata Hisyam bin ‘Ammar : Telah menceritakan kepada kami Shadaqah bin Khaalid : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman  bin Yaziid bin Jaabir : Telah menceritakan kepada kami ‘Athiyyah bin Qais Al-Kilaaby : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin Ghunm Al-Asy’ary ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Abu ‘Aamir atau Abu Malik Al-Asy’ary – demi Allah ia tidak mendustaiku – bahwa ia telah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Akan ada di kalangan umatku suatu kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr, alat musik (al-ma’aazif). Dan sungguh beberapa kaum akan mendatangi tempat yang terletak di dekat gunung tinggi lalu mereka didatangi orang yang berjalan kaki untuk suatu keperluan. Lantas mereka berkata : ‘Kembalilah besok’. Pada malam harinya, Allah menimpakan gunung tersebut kepada mereka dan sebagian yang lain dikutuk menjadi monyet dan babi hingga hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5268. Diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibbaan no. 6754, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir no. 3417 & dalam Musnad Syaamiyyin no. 588, Al-Baihaqiy 3/272, 10/221, dan yang lainnya. Al-Hafidh Ibnu Hajar membawakan hadits ini dalam Taghliiqut-Ta’liiq 5/18,19 dan yang lainnya].
Mungkinkah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya radliyallaahu ‘anhum menyanyi dan menari-nari seperti orang-orang di atas ?. Semoga hati kita belum mengalami malfungsi sehingga bisa menjawab dengan benar.
Salah makan obat, kemudlaratannya hanyalah menimpa dunia Anda. Namun salah dalam beragama, maka kemudlaratannya menimpa dunia dan akhirat Anda sekaligus.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – 08062012 – ngaglik, sleman, yogyakarta].

11 komentar:

  1. Artikel yg saya tunggu2.. bisa dinukilkan penjelasan beberapa ulama tentang taghbiir ini ustadz?
    Jazakallahu khoiran

    BalasHapus
  2. Kutip: “Aku meninggalkan ‘Iraaq sesuatu karena munculnya sesuatu di sana .."

    Maksudnya: “Aku meninggalkan ‘Iraaq karena munculnya sesuatu di sana .." ustadz?

    abu 'aaisyah

    BalasHapus
  3. @Anonim paling atas,.... nggak sekarang dulu ya (belum sempat, hanya sempat membalas komentar singkat saja).


    Anonim kedua,.... Betul kata antum. Ada tambahan kata 'sesuatu' dalam kalimat. Jazaakallaahu khairan. Akan saya perbaiki.

    BalasHapus
  4. Ustadz,, sekarang lagi marak album-album yang islami (yang ustadz bilang mengajak zuhud dunia) dalam segala jenis musik.
    bagaimana kita menyikapinya??
    bagaimana jika dengan sholawat-sholawat yang dinyanyikan juga dengan berbagai jenis musik??
    mungkin ustadz bisa menjelaskan atau ada penjelasan pendapat-pendapat ulama saat ini tentang hal itu.

    BalasHapus
  5. kenapa antum tidak langsung bertanya kepada para syekh tarikat dan meminta mereka menjelaskan dasar dari amalan yang dianjurkannya? lalu postingkan di blog anda disini. terus terang saya pusing sendiri karena tiap orang punya dalil. kalau saya pelajari sendiri ga selesai pekerjaan saya yang lain, hanya untuk satu masalah fikih,karena saya tak punya background mumpuni dalam hukum islam dengan fikih melalui quran dan hadits. ide/informasi yang anda tulis, walau informatif, sudah juga banyak dilakukan orang lain dengan bentuk yang tidak sama, tidak banyak berguna bagi saya. no offense.

    BalasHapus
  6. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/ustadz-menjawab/10/04/14/111039-apakah-benar-musik-itu-haram-

    BalasHapus
  7. Tidak perlu pusing, karena Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak datang membawa agama yang bikin pusing orang.

    Artikel di atas intinya ingin menginformasikan saja bahwa Al-Imaam Asy-Syaafi'iy itu ndak suka nyanyian dan tari-tarian ala shufi. Kemudian kalau kita tanya pada pemimpin thariqah shufi apakah mereka punya dalil, saya kok hampir yakin mereka akan menjawab punya dalil. Firqah sesat semacam Ahmadiyyah, Syi'ah, dan semisal mereka pun pasti berdalih juga punya dalil. Jadi di sini bukan masalah an sich punya dalil atau tidak, tapi juga ketepatan pendalilannya.

    Anyway,... saya memang tidak punya energi lebih untuk membahas semua pendalilan mereka di Blog ini saat ini. Mohon dimaafkan. Tapi saya pernah menulis sebagian di antaranya, yaitu artikel berjudul :

    Tarian Sufi Di Bawah Naungan Syari’at.

    Semoga ada manfaatnya.

    BalasHapus
  8. maafkan komentar saya barusan di atas yang emosian. terima kasih atas responnya. saya memahami ini bentuk perjuangan pak ustadz untuk memberikan penjelasan mengenai Islam yang 'benar'.

    saya mencoba memahami praktik tarikat atau praktik lain yang pada ujungnya adalah (saya rasa) mendekatkan diri kepada Allah ini dalam perspektif lain, perspektif atau pendapat saya sendiri. di suatu kampung di Kec. Cicurug Sukabumi lereng Gunung Salak, saya bertemu dengan kawan baru yang sempat belajar beladiri tradisional (bukan debus). dalam prosesnya, ada tahapan dia digantung terbalik di dalam hutan, ditinggal sendirian tanpa makan dan minum, mungkin kurang lebih 3 hari. tahapan ini hanya gurunya yang bisa beri izin. dia ga mandi, dan yang jelas tidak sholat seperti biasa, hampir dikatakan menyakiti diri. Dipandang secara syariat, ya jelas haram. Tp yang ingin saya utarakan adalah ini seperti ujian bagi si pelajar, sebelum dia mendapatkan teknik yang lebih tinggi, apakah dia telah betul2 berserah diri kepada Allah? dalam keadaan tidak berdaya, apakah betul dia mempercayakan hidupnya pada Allah? jadi ini semata-mata teknik, shortcut. tapi, tentu ga semua orang bisa melakukannya, dan gurunya tidak sembarangan memilih siswanya untuk masuk tahapan tersebut. saya kira esesinya sama dengan para sufi, yaitu teknik dengan amalan zikirnya sesuai tujuannya (ya ujungnya saya kira taqarrub).

    tapi bagaimanapun juga, saya tak berani mengatakan, praktik itu lebih baik dari yang Nabi ajarkan. Ah rindu Nabi...

    sayangnya, saya tidak pernah mendapatkan penjelasan dalil, metode pendalilan, penalaran dan penarikan kesimpulan, atau apapun itu dari kelompok tarikat. walau mereka mengklaim bahwa mereka punya dalil dan argumentasi dengan dalil tersebut, dan juga silsilah guru/syekh yang sampai ke Nabi.semoga Allah menunjukkan dan bahkan meletakkan saya ke jalan yang lurus, karena saya pikir saya enggak cukup untuk ditunjuki..amiin.

    BalasHapus
  9. lalu adakah dalil khusus tentang pelarangan tari shufi tersebut. syukron

    BalasHapus