29 April 2010

Keluarga ‘Aliy bin Abi Thaalib yang Bernama Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan

Dalam artikel sebelumnya[1], telah disebutkan beberapa anak ‘Aliy bin Abi Thaalib yang bernama Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan. Betapa ini menunjukkan bahwa ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu tidak membenci ketiga shahabat tersebut sehingga ia ridla ketiga anaknya memakai nama mereka. Berbeda halnya dengan orang yang mengaku-ngaku cinta kepada ‘Aliy – terutama orang-orang belakangan – namun tidak meneladani ‘Aliy. Jarang sekali (atau bahkan tidak ada ?) kita dapatkan mereka memakai nama Abu Bakr, ‘Umar, atau ‘Utsmaan.
Bahkan, dalam penyebutan sejarah pun terdapat distorsi yang cukup serius dimana sebagian mereka enggan menyebutkan nama anak-anak ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu yang memakai nama tiga khalifah tersebut yang ikut gugur di Karbalaa’ bersama Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhumaa. Padahal, kitab-kitab sejarah – baik Syi’ah dan Ahlus-Sunnah – menjadi saksi. Mengapa ? Tentu kita sangat paham dengan politik rivalitas madzhab yang mereka lakukan. Tidak lain dikarenakan nama Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan merupakan simbol kekafiran yang menyalahi ushul agama mereka, yaitu imamah.

Mereka mungkin berkilah bahwa Abu Bakr (bin ‘Aliy bin Abi Thaalib) adalah kunyah, sedangkan namanya adalah Muhammad; dan ‘Umar (bin ‘Aliy bin Abi Thaalib) adalah nama pemberian dari ‘Umar bin Al-Khaththaab.[2] Justru kenyataan ini menambah keyakinan kita bahwa ‘Aliy dan kedua khalifah tersebut adalah pribadi-pribadi yang saling mencintai karena Allah. Jika misalnya ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu mempunyai i’tiqad seperti halnya kalangan yang pura-pura mencintainya, saya yakin ia dan keluarganya tidak akan ridla jika ada salah satu anaknya ber-kunyah Abu Bakr. Bukankah kalangan yang pura-pura mencintai ‘Aliy tersebut sampai merekayasa doa laknat kepada Abu Bakr, ‘Umar, dan yang lainnya yang berbunyi :
اللهم صل على محمد، وآل محمد، اللهم العن صنمي قريش، وجبتيهما، وطاغوتيهما، وإفكيهما، وابنتيهما، اللذين خالفا أمرك، وأنكروا وحيك، وجحدوا إنعامك، وعصيا رسولك، وقلبا دينك، وحرّفا كتابك.....
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Ya Allah, laknat bagi dua berhala Quraisy, Jibt dan Thaghut, kawan-kawan, serta putra-putri mereka berdua. Mereka berdua telah membangkang perintah-Mu, mengingkari wahyu-Mu, menolak kenikmatan-Mu, mendurhakai Rasul-Mu, menjungkir-balikkan agama-Mu, merubah kitab-Mu…..dst.”
Jika Abu Bakr dan ‘Umar (juga ‘Utsmaan) radliyallaahu ‘anhum disamakan dengan berhala, Jibt, dan Thaaghut; bukankah sebutan ini selevel dengan Lattaa, ‘Uzzaa, Manath, Fir’aun, ataupun Hammaan ? Apakah ada yang rela seorang yang multazim terhadap agamanya menamakan anaknya dengan nama-nama tersebut ? Tentu tidak bukan ?. Hal yang sama dengan orang yang mengaku-aku cinta kepada ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu. Kenyataannya mereka jarang – atau bahkan tidak ada sama sekali – yang menamakan dirinya atau anaknya dengan Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan.
Cukup mengecewakan memang, ternyata tauladan mereka (yaitu ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu) tidak melakukan seperti yang mereka lakukan.
Berikut akan saya contohkan kembali beberapa nama keluarga ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu yang bernama dengan nama Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan.
1.      Abu Bakr
a.    Abu Bakr bin Al-Hasan bin ‘Aliy bin Abi Thaalib rahimahullah. Ia gugur bersama pamannya Al-Husain bin ‘Aliy radliyallaahu ‘anhumaa di Karbalaa’. Di antara kitab Syi’ah yang menyebutkan tentangnya adalah Al-Irsyaad oleh Al-Mufiid hal. 248, Taariikh Al-Ya’quubiy dalam bahasan anak-anak Al-Hasan, dan Muntahaa Al-Aamaal oleh ‘Abbaas Al-Qummiy 1/544.
b.    Abu Bakr ‘Aliy Zainal ‘Aabidiin. Ia (‘Aliy Zainal ‘Aabidiin) ber-kunyah Abu Bakr sebagaimana disebutkan dalam kitab Anwaarun-Nu’maaniyyah oleh Al-Jazaairiy.
c.    Abu Bakr ‘Aliy bin Muusaa Al-Kaadhim bin Ja’far Ash-Shaadiq. Abu Bakr adalah salah satu kunyah dari ‘Aliy Ar-Ridlaa sebagaimana disebutkan An-Nuuriy Ath-Thabrusiy dalam kitab An-Najmuts-Tsaaqib fii Alqaab wa Asmaa’il-Hujjah Al-Ghaaib.
2.      ‘Umar
a.    ‘Umar bin Al-Athraf bin ‘Aliy bin Abi Thaalib. Keterangannya dapat dilihat kitab Sirr As-Silsilah Al-‘Alawiyyah oleh Abu Nashr Al-Bukhaariy Asy-Syii’iy hal. 123 dalam bahasan nasab ‘Umar Al-Athraf, Muntahaa Al-Aamaal oleh ‘Abbaas Al-Qummiy 1/261, dan Bihaarul-Anwaar oleh Al-Majlisiy 42/120.
b.    ‘Umar bin Al-Hasan bin ‘Aliy bin Abi Thaalib. Keterangannya bisa dilihat dalam Taariikh Al-Ya’quubiy hal. 228 dalam bahasan anak-anak Al-Hasan.
c.    ‘Umar Al-Asyraf bin ‘Aliy Zainal-‘Aabidiin bin Al-Husain. Keterangannya bisa dilihat dalam Al-Irsyaad oleh Al-Mufiid hal. 261 dan ‘Umdatuth-Thaalib oleh Ibnu ‘Anbah hal. 223.
3.      ‘Utsmaan
a.    ‘Utsmaan bin ‘Aliy bin Abi Thaalib. Ia gugur bersama Al-Husain di Karbalaa’. Keterangannya dapat dilihat dalam Al-Irsyaad oleh Al-Mufiid hal. 186-428, A’yaanun-Nisaa’ oleh Muhammad Ridlaa Al-Hakiimiy hal. 51, Taariikh Al-Ya’quubiy dalam bahasan anak-anak ‘Aliy, dan Muntahaa Al-Aamaal 1/544.
Jika mereka mengingkari bahwasannya ‘Aliy dan keluarganya tidak membenci dan mengkafirkan Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan; apa bukti yang bisa mereka tunjukkan ? [Sebagai contoh], bukankah ‘Aliy sendiri telah menikahkan anak perempuannya dengan ‘Umar ? [walau kita tahu banyak dalih – bahkan hingga dalih-dalih yang tidak masuk akal – untuk mengingkari kenyataan ‘pahit’ ini].[3] Dan mari kita perhatikan riwayat berikut :
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ أَنَّهُ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ وُضِعَ عُمَرُ عَلَى سَرِيرِهِ فَتَكَنَّفَهُ النَّاسُ يَدْعُونَ وَيُصَلُّونَ قَبْلَ أَنْ يُرْفَعَ وَأَنَا فِيهِمْ فَلَمْ يَرُعْنِي إِلَّا رَجُلٌ آخِذٌ مَنْكِبِي فَإِذَا عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ فَتَرَحَّمَ عَلَى عُمَرَ وَقَالَ مَا خَلَّفْتَ أَحَدًا أَحَبَّ إِلَيَّ أَنْ أَلْقَى اللَّهَ بِمِثْلِ عَمَلِهِ مِنْكَ وَايْمُ اللَّهِ إِنْ كُنْتُ لَأَظُنُّ أَنْ يَجْعَلَكَ اللَّهُ مَعَ صَاحِبَيْكَ وَحَسِبْتُ إِنِّي كُنْتُ كَثِيرًا أَسْمَعُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ذَهَبْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَدَخَلْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ وَخَرَجْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdaan : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullah : Telah menceritakan kepada kami ‘Umar bin Sa’iid, dari Ibnu Abi Mulaikah : Bahwasannya ia mendengar Ibnu ‘Abbaas berkata : “Setelah jasad 'Umar diletakkan di atas tempat tidurnya, orang-orang datang berkumpul lalu mendoakan dan menshalatinya sebelum diusung. Saat itu aku ada bersama orang banyak, dan tidaklah aku terkaget melainkan setelah ada orang yang meletakkan siku lengannya pada bahuku, yang ternyata dia adalah 'Aliy bin Abi Thaalib. Kemudian dia memohonkan rahmat bagi 'Umar dan berkata : ‘Tidak ada seorang pun yang engkau tinggalkan yang lebih aku cintai untuk bertemu dengan Allah dengan amalanmu daripadamu dibandingkanmu. Dan demi Allah, sungguh aku yakin sekali bahwa Allah akan menjadikanmu bersama kedua sahabatmu (Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam dan Abu Bakr) dikarenakan aku sering kali mendengar Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda : ‘Aku berangkat (bepergian) bersama Abu Bakr dan 'Umar. Aku masuk bersama Abu Bakr dan 'Umar. Aku keluar bersama Abu Bakr dan 'Umar’ [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3685].
Bukankah ini menggambarkan kecintaan ‘Aliy bin Abi Thaalib kepada ‘Umar, sekaligus kepada Abu Bakr ?
Semoga kita dapat meneladani mereka dan dapat bersama mereka kelak di jannah-Nya.
[abul-jauzaa’ – 1431].


[2]      Adapun untuk ‘Utsmaan (bin ‘Aliy bin Abi Thaalib), maka tidak ada ruang mengelak bagi mereka kecuali menerima ‘kenyataan pahit’ bahwa ‘Aliy memang menamakan anaknya dengan nama tersebut.

1 komentar:

  1. Asaalamualaikum. Afwan ustadz, ana minta idzin untuk posting tulisan ustadz tentang syiah di blog ana : http://abuthalhah.wordpress.com/

    Jazakumullahu khairan

    BalasHapus