01 Februari 2010

Hinaan Al-Khomainiy terhadap Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam

Dalam artikel hadits tsaqalain di blog ini[1] telah dijelaskan bagaimana ‘aqidah Syi’ah tentang ke-ma’shuman para imam mereka dengan mendudukkannya – secara ghulluw – di atas derajat para Nabi dan Rasul. Pada kesempatan kali ini, saya akan tuliskan secara ringkas beberapa nukilan perkataan Al-Khomainiy – semoga Allah membalas kejahatannya terhadap Islam dan kaum muslimin dengan setimpal – akan pelecehannya terhadap diri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Satu pelecehan yang tidak ia katakan pada imam mereka, namun malah ia lemparkan pada imam kaum muslimin sepanjang jaman, Muhammad Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Al-Khomainiy berkata :

لو كانت مسألة الإمامة قد تم تثبيتها في القرآن، فإنَّ أولئك الذين لا يعنون بالإسلام والقرآن إلَّا لأغراض الدنيا والرئاسة، كانوا يتخذون من القرآن وسيلة لتنفيذ أغراضهم المشبوهة، ويحذفون تلك الآيات من صفحاته، ويسقطون القرآن من أنظار العالمين إلى الأبد.....

Seandainya perkara imaamah telah ditetapkan dalam Al-Qur’an secara sempurna, maka mereka yang tidak memberikan perhatian kepada Al-Qur’an dan Islam kecuali keinginan memperoleh dunia dan kepemimpinan; akan mengambil Al-Qur’an sebagai wasilah (perantara) untuk melaksanakan keinginan-keinginan mereka yang tersembunyi. Mereka juga membuang ayat-ayat dari lembar-lembar Al-Qur’an dan menggugurkannya dari pandangan alam semesta untuk selama-lamanya…..” [Kasyful-Asraar, hal. 131].

وواضح أنَّ النبي لو كان بلغ بأمر الإمامة طبقاً لما أمر به الله، وبذل المساعي في هذه المجال، لما نشبت في البلدان الإسلامية كل هذه الإختلافات....

“Dan telah jelas bahwasannya Nabi jika ia menyampaikan perkara imaamah sebagaimana yang Allah perintahkan (padanya) dan mencurahkan segenap kemampuannya dalam permasalahan ini, niscaya perselisihan yang terjadi di berbagai negeri Islam tidak akan berkobar…..” [idem, hal. 155].

لقد جاء الأنبياء جميعاً من أجل إرساء قواعد العدالة في العالم؛ لكنَّهم لم ينجحوا حتَّى النبي محمد خاتم الأنبياء، الذي جاء لإصلاح البشرية وتنفيذ العدالة وتربية البشر، لم ينجح في ذلك....

“Sungguh semua Nabi telah datang untuk menancapkan keadilan di dunia, akan tetapi mereka tidak berhasil. Bahkan termasuk Nabi Muhammad, penutup para Nabi, dimana beliau datang untuk memperbaiki umat manusia, menginginkan keadilan, dan mendidik manusa – tidak berhasil dalam hal itu….” [Nahju Khomainiy, hal 46].

إِنَّ النبي أحجم عن التطرق إلى الإمامة في القرآن؛ لخشيته أن يُصاب القرآن من بعده بالتحريف، أو أن تشتد الخلافات بين المسلمين، فيؤثر ذلك على الإسلام...

“Sesungguhnya Nabi menahan diri dari menyinggung permasalahan imaamah dalam Al-Qur’an karena beliau khawatir Al-Qur’an akan mengalami perubahan (tahriif) sepeninggalnya, atau semakin hebatnya perselisihan di antara kaum muslimin sehingga berpengaruh terhadap Islam…” [Kasyful-Asraar, hal 149].

Ada beberapa ‘pelajaran’ yang dapat kita petik dari perkataan Al-Khomeini di atas, yaitu :

1. Al-Khomainiy mengakui bahwa Al-Qur’an yang disampaikan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menyinggung tentang imaamah (versi Raafidlah) sebagaimana yang mereka gembar-gemborkan. Ini benar.

2. Keyakinan Raafidlah tentang perkara imaamah bukan berasal dari Al-Qur’an dan penjelasan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang disampaikan pada umatnya.

3. Khomainiy telah menuduh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyembunyikan sebagian risalah – terutama imaamah – kepada umat manusia dan tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah ta’ala kepadanya.

Ini merupakan satu kelancangan yang teramat besar dari Khomainiy yang ia lontarkan kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam demi menegakkan ‘aqidahnya dan ‘aqidah kaumnya yang buram. Padahal Allah ta’ala telah berfirman :

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا إِنْ عَلَيْكَ إِلا الْبَلاغُ

“Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah)” [QS. Asy-Syuuraa : 48].

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya” [QS. Al-Maaidah : 67].

قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا * إِلا بَلاغًا مِنَ اللَّهِ وَرِسَالاتِهِ

Katakanlah: "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (adzab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya". Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya.“ [QS. Al-Jin : 22-23].

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati” [QS. Al-Baqarah : 159].

Allah ta’ala telah memberi kewajiban kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk menyampaikan semua risalah dari Allah ta’ala dalam penyampaian isi/kandungan Al-Qur’an kepada manusia. Allah pun memberi ancaman jika beliau tidak melaksanakannya, pada hakekatnya beliau tidak menyampaikan amanat. Selain itu, Allah juga memberi ancaman akan adzab yang pedih bagi siapa saja yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah berupa keterangan dan petunjuk.

‘Aqidah Ahlus-Sunnah mengatakan bahwa beliau telah menyampaikan semua risalah yang telah dibebankannya kepada manusia. Tidak ada satu kewajiban melainkan beliau telah tunaikan. Konsekuensinya, jika beliau tidak menyampaikan perkara imaamah (sebagaimana keyakinan Raafidlah), maka perkara tersebut memang bukan bagian yang Allah wajibkan untuk beliau sampaikan kepada umatnya.

Jika Khomainiy mengatakan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menyampaikan risalah imaamah, maka hanya ada dua kemungkinan yang harus ia ambil – yang tidak ada bagian ketiganya :

a. Perkara imaamah itu memang tidak ada, sehingga beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bukan termasuk orang yang menyembunyikan (tidak menyampaikan) amanat Allah.

b. Perkara imaamah itu ada, sehingga beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam termasuk orang yang menyembunyikan (tidak menyampaikan) amanat Allah.

Silakan ditimbang-timbang,…. kemungkinan mana kira-kira yang akan diambil kaum Syi’ah Raafidlah pendukung Khomainiy……

4. Khomeini menyatakan bahwa para Nabi, termasuk Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah gagal dalam pembinaan umat.

Jika Khomainiy menganggap para Nabi telah gagal, siapakah yang dianggap berhasil menurut timbangannya ? Para imamnya ?

Inilah sebagian ‘kekurangajaran’ Khomainiy – semoga Allah memberikan balasan setimpal atas kejahatannya terhadap Islam dan kaum muslimin - …..

Ajaran imaamah (versi Syi’ah) memang bukan berasal dari Al-Qur’an dan penjelasan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Setelah mengetahui ‘kenyataan pahit’ itu, Khomainiy justru ‘rela’ mengorbankan diri pribadi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam demi hawa nafsunya daripada meninggalkan agamanya yang sarat dengan kebusukan.

Semoga sedikit keterangan ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan kaum muslimin.

[Abul-Jauzaa’ – yang dalam masalah ini banyak mengambil manfaat dari keterangan Prof. Dr. Ahmad Al-Ghaamidiy hafidhahullahhttp://abul-jauzaa.blogspot.com – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor, 16610].

2 komentar:

  1. Assalamu alaykum akhi,
    Kmaren ana dah sampaikan hal ini kepada orang2 yg suka khomeini. Rupanya mereka merespon bahwa kitab diatas dipalsukan oleh orang2 wahhabi. Saya infokan link nya:
    https://syiahnews.wordpress.com/2010/12/25/pelurusan-sarjana-sunni-atas-pemalsuan-kitab-kasyful-asrar-karya-imam-khomaini-oleh-wahabbi-dr-ibrahim-ad-dasuki-syata-membongkar-kejahatan-wahabbi/
    sekiranya ada penjelasan dr ustadz/ulama ttg hal ini
    Arif Rahman

    BalasHapus
  2. Wa'alaikumus-salaam.

    Seandainya ada pemalsuan, kita ingkari semua pemalsuan itu. Siapapun pelakunya. Pertanyaan pentingnya adalah:

    "Apakah pernyataan Khomeini yang terkutip di atas adalah palsu?".

    Saya telah membaca beberapa ulasan tulisan yang dikatakan dari Ibraahiim Ad-Dasuuqiy. Ibraahiim Ad-Daasuuqiy sendiri telah mengisyaratkan bahwa tidak semua yang diterjemahkan adalah salah - terlepas pembahasan Ad-Dasuuqiy yang sangat membela Khomeiniy dan cenderung kepada Syi'ah Raafidlah - .

    Saya terus terang tidak bisa bahasa Persia, sehingga apa yang ada hanya membandingkan hasil terjemahan yang katanya dari Ibraahiim Ad-Dasuuqiy dengan terjemahan Dr. Muhammad Al-Bandariy. So, hakimnya siapa ?.

    BalasHapus