12 Oktober 2009

Imam Syafi’i Mengambil Berkah dari Bekas Cucian Baju Imam Ahmad

Dalam sebuah situs, tertulis sebuah artikel sebagai berikut :

Imam Syafi'i Mengambil Berkah Dari Bekas Cucian Baju Imam Ahmad

Thursday, 08 October 2009 18:00 and

Ibnu Jawzi menuturkan sebuah kisah : “bahwa pada suatau malam, Imam Syafi’i bermimpi bertemu Rasulullah saw. dan memerintahnya agar menyampaikan salam beliau kepada Imam Ahmad ibn Hanbal.

Kesokan harinya, Imam Syafi’i memerintahkan Rabî’- murid beliau- agar membawakan surat menemui Imam Ahmad ibn Hanbal. Rabî’ bergegas pergi menuju kota Baghdad dan menyerahkan surat tersebut, setelah membacanya, Ahmad meneteskan air mata. Rabi’ bertanya kepadanya, ‘Ada apa di dalamnya wahai Abu Abdillah?’ Ahmad menjawab ‘Beliau menyebut bahwa beliau melihat nabi dalam mimpi dan berkata kepadanya, ’Tulislah surat kepada Abu Abdillah Ahmad ibn Hanbal dan sampaikan salamku kepadanya! Dan katakan, ‘Engkau akan diuji dan dipaksa mengatakan bahwa Alquran itu makhluq, maka jangan engka turuti permintaan mereka, Allah akan meninggikan derajatmu sebagai panutan di setiap masa hingga hari kiamat. Rabi berkata, “Aku berkata, ‘Ini kabar gembira.’ Lalu Ahmad melepas baju dalamnya yang menyentuh badannya dan menyerahkannya kepadaku, aku mengambilnya dan akupun pulang menuju negeri Mesir bersama surat jawaban Ahmad. Setelah aku serahkan kepadanya, ia bertanya, ‘Apa yang ia berikan kepadamu?’ Aku menjawab, ‘baju gamis yang langsung menyentuh badannya’ Syafi’i berkata kepadaku, ‘Aku tidak ingin merampasnya darimu, tapi basahi dia dan serahkan kepadaku sisa air cuciannya agar aku juga dapat mendapat berkah sepertimu. Maka, kata rabi’, ‘Aku mencucuinya, dan aku bawakan sisa air cuciannya kepadanya aku telakkan di botol, aku menyaksikan beliau setiap hari mengambil sedikit air darinya dan mengusapkannya ke wajah beliau, untuk mengambil keberkahan dari Ahmad ibn Hanbal.

[“Manaqib Ahmad ibn Hanbal”: 455 dan “Al Bidayah wa an Nihayah”; Ibnu Katsir,10/331 dari al Baihaqi]

Pasti kaum Wahabi berjenggot dan bercelana cingkrang di bawah lutut sedikit menjerit kebakaran jenggot dan berkata, “Syirik! Syirik! Syirik! Syirik! Syirik !

Beginilah artikel yang dimuat oleh sang ‘Perindu Khilafah dan Syari’at’ (http://www.seruan-global.com/kajian-umum/imam-syafii-mengambil-berkah-dari-bekas-cucian-baju-imam-ahmad.html) --- yang ternyata mengekor alias foto kopi dari blog dusta Abu Salafy.

Tanpa berpanjang lebar kami berkomentar :

Kisah ini tidak shahih, dimana ia dibawakan dalam beberapa sanad dalam sebagian kitab para ulama.

Sanad Pertama

Diriwayatkan oleh Ibnul-Jauziy dan Ibnu ‘Asaakir dari jalan Abu ‘Abdirrahman Muhammad bin Al-Husain : Aku mendengar Muhammad bin ‘Abdillah bin Syaadzaan : Aku mendengar Abul-Qaasim bin Shadaqah : Aku mendengar ‘Aliy bin ‘Abdil-‘Aziiz Ath-Thalhiy : Ar-Rabi’ telah berkata kepadaku bahwasannya Asy-Syafi’iy pergi menuju Mesir…. (dst. dari kisah ini).

Taarikh Dimasyq 5/312, Manaaqib Al-Imam Ahmad oleh Ibnul-Jauziy hal. 609 – dan dari jalan Ibnul-Jauziy, Al-Maqdisiy meriwayatkannya dalam Mihnatul-Imam Ahmad hal. 7.

Dalam sanad ini terdapat rawi yang bernama Muhammad bin Al-Husain Abu ‘Abdirrahman As-Sulamiy. Tertuduh memalsukan hadits. Dan perawi yang di atasnya ada yang tidak diketemukan biografinya.

Tertulis dalam Lisaanul-Miizaan (7/92 no. 6695 – tahqiq : ‘Abdul-Fattaah Abu Ghuddah, Cet. 1/Thn. 1423) saat menyebutkan biografi Muhammad bin Al-Husain Abu ‘Abdirrahman As-Sulamiy :

قال الخطيب قال لي محمد بن يوسف القطان كان يضع الأحاديث للصوفية

“Al-Khathiib berkata : Telah berkata kepadaku Muhammad bin Yusuf Al-Qaththaan : “Ia memalsukan beberapa hadits untuk shufiyyah” [selesai].

Bahkan Ibnul-Jauziy yang membawakan kisah ini pun memberikan jarh kepada Muhammad bin Al-Husain ini dengan perkataannya :

محمد بن الحسين أبو عبد الرحمن السلمي الصوفي حدث عن الأصم وغيره قال أبو بكر الخطيب قال لي محمد بن يوسف القطان كان السلمي غير ثقة وكان يضع للصوفية الأحاديث

“Muhammad bin Al-Husain Abu ‘Abdirrahman As-Sulamiy Ash-Shuufiy, menceritakan hadits dari Al-Asham dan yang lainnya. Telah berkata Abu Bakr Al-Khathiib : Telah berkata kepadaku Muhammad bin Yusuf Al-Qaththaan : “As-Sulamiy bukan seorang yang terpercaya (tsiqah), dan ia memalsukan beberapa hadits untuk Shufiyyah” [Adl-Dlu’afaa’ wal-Matrukiin oleh Ibnul-Jauziy, 3/52-53 no. 2952, tahqiq : Abul-Fidaa’ ‘Abdullah Al-Qaadliy, Daarul-Kutub].

Sanad Kedua

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asaakir dalam Taarikh Dimasyq (5/312 – tahqiq : ‘Umar bin Gharamah Al-‘Amrawiy, Daarul-Fikr, Cet. Thn. 1415) : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Jabbaar bin Muhammad bin Ahmad Al-Hawaariy Al-baihaqiy Al-Faqiih – dengan didikte di Baghdad - : Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Imam Abu Sa’iid Al-Qusyairiy dengan didikte, dan ia adalah ‘Abdul-Waahid bin ‘Abdil-Kariim : Telah memberitakan kepada kami Al-Haakim Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad Ash-Shaffaar : Telah memberitakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, ia berkata : Aku mendengar Muhammad bin ‘Abdillah Ar-Raaziy, ia berkata : Aku mendengar Ja’far bin Muhammad Al-Maalikiy, ia berkata : Telah berkata Ar-Rabii’ bin Sulaiman : “Sesungguhnya Asy-Syafi’iy – rahimahullah - pergi menuju Mesir……(dst. dari kisah ini)”.

Dan dari jalannya (Ibnu ‘Asaakir), As-Subkiy meriwayatkannya dalam Thabaqaat Asy-Syafi’iyyah Al-Kubraa (2/35).

Terdapat tashhif dalam sanad antara Taariikh Ibnu ‘Asaakir dimana padanya tertulis Ja’far bin Muhammad Al-Maalikiy, sedangkan dalam Ath-Thabaqaat tertulis Abu Ja’far Muhammad Al-Malathiy.

Sanad riwayat ini gelap. Ada beberapa perawi yang tidak diketahui dan tidak diketemukan biografinya – selain dari Ar-Rabii’ bin Sulaiman. Wallaahu a’lam.

Sanad Ketiga

Diriwayatkan oleh Ibnul-Jauziy dalam Manaaqib Al-Imam Ahmad (hal. 610 – tahqiq Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdil-Muhsin At-Turkiy) : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Naashir : telah memberitakan kepada kami Abu ‘Aliy Al-Hasan bin Ahmad : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibrahim bin ‘Umar Al-Barmakiy, ia berkata : Aku mendapatkan dalam kitab ayahku, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Ahmad bin Syaadzaan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Isa Yahya bin Sahl Al-‘Ukbariy dengan ijazah (ijin periwayatan). Al-Barmakiy berkata : Dan aku menulis dari jalan Abu Ishaaq bin Syaqlaa – ia datang kepada kami, dan kemudian meminta ijin darinya (untuk meriwayatkan) - mereka berdua berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Abul-Qaasim Hamzah bin Al-Hasan Al-Haasyimiy Asy-Syaafi’iy – ia seorang yang terpercaya – berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr ‘Abdullah bin Muhammad An-Naisaburiy, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Ar-Rabii’ bin Sulaiman, ia berkata : Ditulis di hadapan Asy-Syaafi’iy sebuah surat untuk Abu ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal…..(dst. dari kisah ini).

Sanad riwayat ini gelap. Ada beberapa perawi yang tidak diketemukan biografinya lagi majhul.

Adz-Dzahabiy berkata dalam biografi Ar-Rabii’ bin Sulaiman Al-Muadzdzin :

ولم يكن صاحب رحلة فأما ما يروى أن الشافعي بعثه إلى بغداد بكتابه إلى أحمد بن حنبل فغير صحيح

“Tidaklah ia pernah menjadi shaahibu rihlah. Adapun apa-apa yang diriwayatkan bahwasannya Asy-Syafi’iy mengutusnya ke Baghdad dengan membawa surat untuk Ahmad bin Hanbal, maka kisah tersebut tidak benar (tidak shahih)” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 12/587-588, Muassasah Ar-Risalah, Cet. 9/1413].

Yang menguatkan pernyataan Adz-Dzahabiy adalah bahwa tidak ada seorang pun muhaddits ‘Iraq yang menukil darinya, bahwa mereka mendengar riwayat dari Ar-Rabii’ di ‘Iraq, padahal mereka adalah golongan yang masyhur dengan tahdiits-nya. Apalagi Al-Khathiib tidak menuliskan biografi Ar-Rabii’ dalam kitabnya Taariikh Baghdaad, padahal kitab tersebut masyhur dalam penyebutan orang-orang yang pernah menjadi penduduk atau singgah di Baghdad. Wallaahu a’lam.

Kesimpulannya : Kisah ini tidak shahih. Kalaupun dianggap shahih, maka kisah ini bukan berisi perbuatan atau perkataan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya. Lantas, bagaimana bisa kisah ini dijadikan dalil tentang keabsahan (hukum) satu amalan ? – yaitu tabarruk dengan atsar orang shaalih selain Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Dan sungguh sangat menyedihkan jika saudara kita ‘pejuang’ Khilafah dan Syari’ah ini mengucapkan kalimat sinis terhadap syari’at jenggot dan celana yang tidak isbal :

“Pasti kaum Wahabi berjenggot dan bercelana cingkrang di bawah lutut sedikit menjerit kebakaran jenggot dan berkata, “Syirik! Syirik! Syirik! Syirik! Syirik !”.

Kebenciannya terhadap Wahabiy mungkin membuatnya lupa bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

أحفوا الشوارب وأعفوا اللحى

”Potonglah kumis kalian dan peliharalah jenggot” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 259].

هذا موضع الإزار فإن أبيت فأسفل فإن أبيت فلا حق للإزار في الكعبين

“Ini adalah batas panjang kain sarungmu (yaitu pertengahan betis). Apabila engkau enggan, maka boleh di bawahnya. Dan jika engkau enggan, maka tidak ada hak bagi kain sarung untuk melebihi mata kaki” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam As-Sunan no. 1783 dan Asy-Syamaail no. 122, Al-Humaidiy no. 445, ‘Aliy bin Ja’d no. 2652, Ibnu Abi Syaibah 8/390-391, Ahmad 5/382 & 396 & 398 & 400, Ibnu Majah no. 3572, An-Nasaa’iy 8/206, Ibnu Hibbaan no. 5445, Ath-Thabaraniy dalam Al-Ausath no. 1800 dan Ash-Shaghiir no. 270, Al-Baghawiy no. 3078, dan Al-Mizziy dalam Tahdziibul-Kamaal 27/547; shahih].

Jangan sampai kecintaannya pada Khilafah dan Syari’at membuat dia mencela syari’at….. Allaahul-Musta’aan.

[Abul-Jauzaa’ – Perumahan Ciomas Permai, Bogor].

6 komentar:

  1. emang www.seruan-global.com ---> situsnya siapa Akh ? kok isinya bermanhaj gado2 ? logonya sih 'pejuang khilafah'

    BalasHapus
  2. Jelas sekali kebencian mereka pada kaum yg memelihara sunnah...
    Dan ajaib, mereka mau mendirikan syariat islam... padahal mereka mencacinya.
    Siapa lagi kalau bukan orng² bodoh (pengikut kesesatan)?
    ----------------------
    Pak ustadz apa punya gtalk.? online biasa jam berapa? sukron.

    BalasHapus
  3. Kayaknya artikel kutipan itu sudah dihapus dari website (seruan-global) mereka akh..

    BalasHapus
  4. USTADZ MENGENAI abdul fattah abu ghuddah ...beliau salafi ga? soalnya menurut al akh abu salma beliau bermanhaj asy'ari...

    BalasHapus
  5. Bukan salafiy.

    Jika pertanyaan antum tersebut muncul karena dilatarbelakangi salah satu referensi tulisan di atas, yaitu Lisaanul-Miizaan, yang ditahqiq oleh 'Abdul-Fattah Abu Ghuddaah, ya memang kenyataannya seperti itu. Referensi kitab yang saya punya adalah tahqiqan Abu Ghuddah.

    BalasHapus