Sebelum
menjawab ini, perlu ditelisik terlebih dahulu, siapakah yang mereka maksud
dengan orang ‘yang mengaku Salafiy’ ini, sebab orang mengaku-aku Salafiy itu
banyak. Negara kita tidak ada undang-undang yang melarang orang mengaku diri
Salafiy. Pedagang sayur yang sering lalu lalang di depan rumah saya ‘boleh’
mengaku Salafi. Begitu juga dengan Anda, saya, Abu Muhammad Al-Maqdisiy[1],
dan sebagian jama’ah NU[2].
Terlepas
dari semua pengakuan itu – dan kita (baca : saya) tidak mau ambil pusing
dengannya – istilah Salafiy sendiri adalah masyruu’. Masyruu’
dari sisi penisbatan madzhab atau manhaj beragama kepada generasi as-salafush-shaalih,
generasi awal Islam. Allah ta’ala berfirman :
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ
مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا
الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang
muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”
[QS. At-Taubah : 100].
Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ
الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ
يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ
“Sebaik-baik
manusia adalah orang-orang yang hidup pada jamanku (generasiku) kemudian orang-orang
yang datang setelah mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka.
Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka
mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3651, Muslim no. 2533, At-Tirmidziy no. 3859,
Ahmad 1/378 & 434 & 442, dan Ath-Thayaalisiy no. 299].
‘Abdullah
bin Mas’uud radliyallaahu ‘anhu berkata :
إِنَّ اللَّهَ نَظَرَ فِي
قُلُوبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْرَ
قُلُوبِ الْعِبَادِ فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ ثُمَّ
نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ فَوَجَدَ قُلُوبَ
أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ
يُقَاتِلُونَ عَلَى دِينِهِ فَمَا رَأَى الْمُسْلِمُونَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ
اللَّهِ حَسَنٌ وَمَا رَأَوْا سَيِّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ سَيِّئٌ
“Sesungguhnya
Allah melihat hati hamba-hamba-Nya dan Allah mendapati hati Nabi Muhammad shallallaahu
‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik
hati manusia. Maka Allah pilih Nabi Muhammad shallallaahu
‘alaihi wasallam sebagai utusan-Nya. Allah memberikan
kepadanya risalah, kemudian Allah melihat dari seluruh hati hamba-hamba-Nya
setelah Nabi-Nya, maka didapati bahwa hati para shahabat merupakan hati yang
paling baik sesudahnya. Maka Allah jadikan mereka sebagai pendamping Nabi-Nya
yang mereka berperang atas agama-Nya. Apa yang dipandang kaum muslimin (yaitu
para shahabat Rasul) itu baik, maka itu baik pula di sisi Allah. Dan apa yang
mereka (para shahabat Rasul) pandang jelek, maka di sisi Allah itu jelek”
[Diriwayatkan oleh Ahmad 1/379, Al-Bazzaar no. 130, Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir no.
8582-8583, Al-Baghawiy dalam Syarhus-Sunnah no. 105, dan yang
lainnya; hasan].
Manhaj/madzhab
salaf yang dipegang oleh shahabat tersebut adalah jaminan keselamatan di (dunia
dan) akhirat, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam :
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى
عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ
مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ
ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ
مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي
النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي
“Pasti
akan datang kepada ummatku, sesuatu yang telah datang pada Bani Israaiil
seperti sejajarnya sandal dengan sandal, sehingga apabila di antara mereka (Bani
Israaiil) ada orang yang menggauli ibu kandungnya sendiri secara terang
terangan maka pasti di antara ummatku ada yang melakukan demikian. Sesungguhnya
bani Israaiil terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan ummatku akan terpecah
menjadi tujuh puluh tiga golongan semuanya masuk ke dalam neraka kecuali
satu golongan”. Para shahabat bertanya : “Siapakah mereka wahai
Rasulullah?". Beliau menjawab : "Mereka adalah
golongan yang mana aku dan para sahabatku berpegang teguh padanya"
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 2641, Al-Hakim 1/218-219, Al-Ajurriy
dalam Asy-Syarii’ah 1/127-128 no. 23-24, Ath-Thabaraniy
dalam Ash-Shaghiir 2/29-30 no. 724 & Al-Ausath 5/137
no. 4886, dan yang lainnya; hasan lighairihi].
Oleh
karena itu, tidak henti-hentinya para ulama berwasiat kepada kita untuk
senantiasa berpegang pada manhaj salaf, karena ia kunci kebaikan umat Islam
sepanjang masa. Al-Imaam Maalik bin Anas rahimahullah berkata :
وَلَا يُصْلِحُ آخرَ هذه الأمة إلا ما
أصْلَحَ أَوَّلَهَا
“Tidaklah
baik akhir umat ini melainkan dengan apa yang telah menjadi baik awal
umat ini” [Asy-Syifaa oleh Al-Qaadliy ‘Iyaadl, 2/88].
Jika
ada orang yang bertanya : Apakah orang yang beragama dengan cara beragamanya
generasi awal Islam (as-salafush-shaalih) merupakan Ath-Thaaifah
Al-Manshuurah (golongan yang mendapatkan pertolongan) ?. Tentu saja benar
!.
Jika
orang yang beragama dengan cara beragamanya generasi awal Islam disebut sebagai
Salafiy, bukankah itu sama saja dengan menyebut Salafiy sebagai Ath-Thaaaifah
Al-Manshuurah ?.
Masalahnya
kemudian adalah, ada orang yang berkomentar tentang Ath-Thaaifah
Al-Manshuurah sebagai berikut :
Qital Adalah Sifat Khas Thaifah Manshurah
Dari Uqbah bin Amir Radhiyallohu 'Anhu beliau berkata, Rasulullah
Shallalloahu 'alaihi Wasallam bersabda :
لاَ تَزَالُ
عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللَّهِ قَاهِرِينَ
لِعَدُوِّهِمْ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ
وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
“Akan senantiasa ada sekelompok kecil dari ummatku yang berperang di
atas perintah Allah, mereka berjaya atas musuh mereka, orang-orang yang
menentang mereka tidak akan bisa membahayakan mereka sampai hari kiamat dan
mereka tetap teguh dalam kondisi seperti itu” (HR. Muslim)
Hadits Nabi yang mulia ini menjelaskan sebuah sifat yang terang
benderang di antara sifat-sifat thaifah Manshurah yaitu “Berperang di
atas kebenaran (al haq).
Dan jika kita cermati kondisi kita saat ini, maka Al-Qaidah lah
salah satu diantara jama’ah jihadiyyah yang terkuat yang berperang di
atas Al Haq.
Bukti dari pernyataan ini adalah kemenangan mujahidin Imarah
Islamiyyah Afghanistan, Thaliban di Pakistan, Mujahidin Imarah Islamiyyah Iraq,
Mujahidin Al Shabab Somalia, juga perlawanan mereka menentang pemerintahan
murtad di jazirah Arab (Al Qaeda of Arabian Peninsula) atau AQAP di Yaman,
serta mujahidin Imarah Islamiyyah Maghrib (Al Qeda in the Islamic Maghreb) atau
AQIM.
Semua ini adalah bukti nyata berkibarnya panji jihad mereka. Oleh
karenanya tidak berlebihan jika merekalah yang paling pantas menyandang
sifat thaifah manshurah ini (berperang di atas Al Haq). Dan tidak
diragukan lagi, hadits di atas amatlah tidak pantas jika disematkan kepada
mereka yang meninggalkan jihad serta pura-pura melupakannya.
Bahkan sungguh ironis, sebagian dari mereka malah menjauhkan diri
dari jihad kemudian menghembuskan keputusasaan karena ketidakpedulian mereka
dengan amal yang sangat mulia ini.
Kemudian karena lemahnya kepedulian itu, tidak sedikit gerakan
islam yang tidak pernah sama sekali menyinggung hadits di atas. para syaikh dan
ulama pun menyembunyikan sebagian dari hadits ini.
Betapa banyak kita dengar para ulama menyitir hadits : “Akan
senantiasa ada sekelompok kecil dari ummatku ….” Akan tetapi mereka tidak
menyinggung sama sekali kalimat : “ ….. yang berperang di atas perintah
Allah..”, [selesai kutipan].
Kalimat
yang diwarnai merah adalah pujian Penulis yang ditujukan kepada Al-Qaaidah, sedangkan
yang berwarna biru adalah celaan Penulis yang ditujukan kepada ‘Salafiy’[3].
Beberapa
point yang dapat kita himpun dari paragraf-paragraf kalimat di atas adalah :
1.
Perang adalah sifat
khas Ath-Thaaifah Al-Manshuurah.
Mafhum
dari kalimat ini : orang atau kelompok yang tidak mempunyai ciri khas tersebut
– yaitu berperang secara fisik – bukan merupakan Ath-Thaaifah Al-Manshuurah.
Hal ini dikuatkan lagi pada point selanjutnya :
2.
Dikarenakan
Al-Qaaidah adalah jama’ah yang aktif melakukan peperangan (yang diklaim –
Abul-Jauzaa’) di atas kebenaran, maka mereka lah yang layak disebut Ath-Thaaifah
Al-Manshuurah.
3.
‘Salafiy’ telah
menjauhkan diri dari jihad qitaal (perang).
Konsekuensi dari
perkataan ini : ‘Salafiy’ bukan atau tidak layak disebut sebagai Ath-Thaaifah
Al-Manshuurah.
4.
Para ulama
‘Salafiy’ dan beberapa gerakan Islam menyembunyikan hadits yang memuat lafadh :
‘berperang di atas perintah Allah’ ketika.
Hadits
tentang Ath-Thaaifah Al-Manshuurah ini ada banyak lafadh dan banyak
jalan, di antaranya :
Dari
Al-Mughiirah bin Syu’bah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
لَا يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي
ظَاهِرِينَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ
“Akan
senantiasa ada sekelompok dari umatku yang akan menang hingga datang ketentuan
Allah, dan mereka tetap menang”.
Dari
Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan radliyallaahu ‘anhumaa : Aku mendengar Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ
قَائِمَةٌ بِأَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ، وَلَا مَنْ
خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ "،
قَالَ عُمَيْرٌ، فَقَالَ مَالِكُ بْنُ يُخَامِرَ: قَالَ مُعَاذٌ وَهُمْ
بِالشَّأْمِ، فَقَالَ مُعَاوِيَةُ: هَذَا مَالِكٌ يَزْعُمُ أَنَّهُ سَمِعَ
مُعَاذًا، يَقُولُ: وَهُمْ بِالشَّأْمِ
“Akan
senantiasa ada dari umatku sekelompok orang yang menegakkan perintah Allah.
Tidak memudlaratkan mereka orang yang menelantarkan mereka dan orang yang
menyelisihi mereka, hingga datang ketentuan Allah, dan mereka tetap dalam
keadaan seperti itu”. ‘Umair (perawi) berkata : Lalu Maalik bin Yukhaamir
berkata : Mu’aadz berkata : “Mereka itu berada di negeri Syaam”. Mu’aawiyyah
berkata : “Inilah Maalik yang menyangka bahwa ia mendengar Mu’aadz berkata :
“Mereka itu berada di negeri Syaam”.
Dari
‘Uqbah bin ‘Aamir Al-Juhhaniy radliyallaahu ‘anhu berkata : Aku
mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي
يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللَّهِ قَاهِرِينَ لِعَدُوِّهِمْ، لَا يَضُرُّهُمْ
مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ "،
فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: أَجَلْ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ رِيحًا كَرِيحِ الْمِسْكِ
مَسُّهَا مَسُّ الْحَرِيرِ، فَلَا تَتْرُكُ نَفْسًا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ
حَبَّةٍ مِنَ الْإِيمَانِ إِلَّا قَبَضَتْهُ ثُمَّ يَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ
عَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ "
“Akan
senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berperang di atas ketentuan Allah,
perkasa di hadapan musuh mereka. Tidak memudlaratkan mereka orang yang
menyelisihi mereka hingga datang kepada mereka hari kiamat, dan mereka tetap
dalam keadaan seperti itu”. ‘Abdullah (bin ‘Umar) berkata : “Benar.
Kemudian Allah mengutus angin yang seperti angin kesturi (misk) yang
tiupannya selembut sutera. Angin itu tidak akan melepaskan satupun jiwa yang
dalam hatinya terdapat keimanan sebesar biji sawi, kecuali akan direnggutnya.
Kemudian tersisalah seburuk-buruk manusia yang tegak atas mereka hari kiamat”.
Dari
Jaabir bin Samuurah radliyallaahu ‘anhu, dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
لَنْ يَبْرَحَ هَذَا الدِّينُ قَائِمًا
يُقَاتِلُ عَلَيْهِ عِصَابَةٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Agama
ini akan senantiasa menang selagi masih ada sekelompok kaum Muslimin yang
berperang (di jalan Allah) hingga datang hari Kiamat”.
Dari
Jaabir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي
يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Akan
senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berperang di atas kebenaran dan
menang hingga hari kiamat”.
Dari
Sa’d bin Abi Waqqaash radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
لَا يَزَالُ أَهْلُ الْغَرْبِ ظَاهِرِينَ
عَلَى الْحَقِّ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Ahlul-Gharb
(penduduk Syaam) akan senantiasa menang hingga datang hari kiamat”.
Dari
Qurrah bin Iyaas Al-Muzanniy radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah
bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي
مَنْصُورِينَ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
“Akan
senantiasa ada sekelompok dari umatku yang ditolong, tidak memudlaratkan mereka
orang yang menelantarkan mereka hingga datang hari kiamat”.
Dan
yang lainnya.
Orang-orang
dengan beberapa sifat yang diberitakan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
dalam hadits-hadits di atas akan tetap eksis hingga hari kiamat. Mereka lah
yang disebut para ulama sebagai Ath-Thaaifah Al-Manshuurah.
Siapakah
Ath-Thaaifah Al-Manshuurah itu ?.
Mayoritas
ulama salaf menafsirkan secara khusus kelompok ini adalah ahlul-hadits atau ahli
ilmu/ulama.
At-Tirmidziy
rahimahullah berkata :
سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ إِسْمَاعِيل، يَقُولُ:
سَمِعْتُ عَلِيَّ بْنَ الْمَدِينِيِّ، يَقُولُ وَذَكَرَ هَذَا الْحَدِيثَ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ
عَلَى الْحَقِّ " فَقَالَ عَلِيٌّ: هُمْ أَهْلُ الْحَدِيثِ
“Aku
mendengar Muhammad bin Ismaa’iil (Al-Bukhaariy) berkata : Aku mendengar ‘Aliy
bin Al-Madiiniy berkata dan ia menyebutkan hadits ini dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam : ‘Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang
akan menang di atas kebenaran’. ‘Aliy berkata : “Mereka ada ahlul-hadiits”
[Jaami’ At-Tirmidziy, 4/84].
Dalam
riwayat lain, Ibnul-Madiiniy rahimahullah berkata :
هُمْ أَهْلُ الْحَدِيثِ، وَالَّذِينَ يَتَعَاهَدُونَ
مَذَاهِبَ الرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَذُبُّونَ عَنِ الْعِلْمِ
لَوْلاهُمْ، لَمْ تَجِدْ عِنْدَ الْمُعْتَزِلَةِ، وَالرَّافِضَةِ، وَالْجَهْمِيَّةِ،
وَأَهْلِ الإِرْجَاءِ، وَالرَّأْيِ شَيْئًا مِنَ السُّنَنِ
“Mereka
adalah Ahlul-Hadiits, dan orang-orang yang menjaga madzhab Rasululullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam serta membela ilmu tersebut. Seandainya bukan mereka,
maka tidak akan ditemui sunnah-sunnah pada golongan Mu’tazilah, Raafidlah,
Jahmiyyah, Murji’ah, dan ashhaabur-ra’yi sedikitpun” [Syarah
Ashhaabil-Hadiits lil-Khathiib Al-Baghdaadiy, hal. 30 no. 9].
Al-Bukhaariy
membuat satu bab dalam kitabnya :
بَاب قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى
الْحَقِّ يُقَاتِلُونَ وَهُمْ أَهْلُ الْعِلْمِ
“Bab
: Sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Akan senantiasa ada
sekelompok dari umatku yang akan menang berperang di atas kebenaran’.
Mereka itu adalah para ulama” [Shahiih Al-Bukhaariy, 4/366].
Al-Haakim
rahimahullah berkata :
سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدَ
بْنَ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الْحَمِيدِ الآدَمِيَّ، بِمَكَّةَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ مُوسَى
بْنَ هَارُونَ، يَقُولُ: سَمِعْتُ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ، يَقُولُ: وَسُئِلَ عَنْ
مَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ، فَقَالَ: إِنْ لَمْ تَكُنْ هَذِهِ الطَّائِفَةُ الْمَنْصُورَةُ
أَصْحَابَ الْحَدِيثِ فَلا أَدْرِي مَنْ هُمْ
Aku
pernah mendengar Abu ‘Abdillah Muhammad bin ‘Aliy bin ‘Abdil-hamiid Al-Aadamiy
di Makkah berkata : Aku pernah mendengar Muusaa bin Haaruun berkata : Aku
pernah mendengar Ahmad bin Hanbal ketika ia ditanya tentang makna hadits ini
(yaitu hadits Ath-Thaaifah Al-Manshuurah di atas – Abul-Jauzaa’),
ia menjawab : “Seandainya Ath-Thaaifah Al-Manshuurah ini bukan Ashhaabul-hadiits,
maka aku tidak mengetahui siapakah mereka itu” [Ma’rifatu ‘Uluumil-Hadiits,
hal. 2].
Yaziid
bin Haaruun rahimahullah berkata senada :
إِنْ لَمْ يَكُونُوا أَصْحَابَ الْحَدِيثِ،
فَلا أَدْرِي مَنْ هُمْ
“Seandainya
mereka bukan Ashhaabul-Hadiits, maka aku tidak tahu siapakah mereka” [Syaraf
Ashhaabil-Hadiits lil-Khathiib, hal. 59 no. 41].
‘Abdullah
bin Al-Mubaarak rahimahullah berkata :
هُمْ عِنْدِي أَصْحَابُ الْحَدِيثِ
“Mereka
itu menurutku Ashhaabul-Hadiits” [idem, hal. 61 no. 42].
Ahmad
bin Sinaan rahimahullah berkata :
هُمْ أَهْلُ الْعِلْمِ وَأَصْحَابُ الآثَارِ
“Mereka
adalah ahli ilmu/ulama dan ashhaabul-aatsaar” [idem, hal. 62 no.
44].
Abul-Qaasim
Al-Ashbahaaniy rahimahullah membuat bab dalam kitabnya :
ذكر أهل الحديث وأنهم الفرقة الظاهرة على
الحق إلى أن تقوم الساعة
“Penyebutan
Ahlul-Hadiits, dan bahwasannya mereka kelompok yang nampak di atas kebenaran
hingga tegak hari kiamat” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/246].
Mensyaratkan
perang (qitaal) sebagai identitas (khusus) bagi Ath-Thaaifah
Al-Manshuurah – sebagaimana dikatakan kaum Khawaarij kontemporer – merupakan
perkataan bid’ah yang tidak ternukil dari kalangan salaf. Disebutkannya lafadh perang
(qitaal) dalam hadits bukanlah menjadi persyaratan atau ciri khas. Perang
hanyalah salah satu ciri Ath-Thaaifah Al-Manshuurah. Ath-Thaaifah
Al-Masnhuurah sendiri kemungkinan terdiri dari orang yang berjihad dengan
ilmu dan orang yang berjihad dengan pedang.
Pemahaman
ini sesuai dengan salah satu lafadh hadits :
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ، قَالَ:
حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ يُونُسَ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: قَالَ حُمَيْدُ
بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ خَطِيبًا، يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا
يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي، وَلَنْ تَزَالَ
هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ
حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ "
Telah
menceritakan kepada kami Sa’iid bin ‘Ufair, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, dari Yuunus, dari Ibnu Syihaab, ia berkata : Telah
berkata Humaid bin ‘Abdirrahmaan : Aku pernah mendengar Mu’aawiyyah saat
berkhutbah berkata : Aku pernah mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan, maka Dia
akan menjadikannya faham tentang agamanya. Sesungguhnya aku hanyalah yang
membagikan dan Allah-lah yang memberi. Dan umat ini akan senantiasa tegak di
atas perintah Allah, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang
menyelisihi mereka hingga datangnya keputusan Allah (hari Kiamat)”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 71].
Dalam
hadits ini, ulama menjadi satu rangkaian lafadh dengan ath-Thaaifah
Al-Manshuurah.
Ishaaq
bin ‘Abdillah bin Abi Farwah rahimahullah berkata :
أَقْرَبُ النَّاسِ مِنْ دَرَجَةِ النُّبُوَّةِ،
أَهْلُ الْعِلْمِ وَأَهْلُ الْجِهَادِ قَالَ: فَأَمَّا أَهْلُ الْعِلْمِ، فَدَلُّوا
النَّاسَ عَلَى مَا جَاءَتْ بِهِ الرُّسُلُ، وَأَمَّا أَهْلُ الْجِهَادِ فَجَاهَدُوا
عَلَى مَا جَاءَتْ بِهِ الرُّسُلُ
“Orang
yang paling dekat dengan derajat kenabian adalah orang yang berilmu/ulama dan
orang yang berjihad”. Ia menlanjutkan : “Adapun ahli ilmu, mereka menunjuki
manusia pada apa yang diturunkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Adapun orang yang berjihad, maka mereka
berjihad membela apa yang diturunkan kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam” [Al-Faqiih wal-Mutafaqqih oleh Al-Khathiib, 1/35].
Oleh
karena itu, An-Nawawiy rahimahullah ketika menjamak beberapa riwayat
yang mengkhabarkan tentang Ath-Thaaifah Al-Manshuurah berkata :
وَيَحْتَمِلُ أَنَّ هَذِهِ الطَّائِفَةَ
مُفَرَّقَةً بَيْنَ أَنْوَاعِ الْمُؤْمِنِيْنَ مِنْهُمْ شُجْعَانٌ مُقَاتِلُونَ
وَمِنْهُمْ فُقَهَاءُ وَمِنْهُمْ مُحَدِّثُونَ وَمِنْهُمْ زُهَّادٌ وَآمِرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَناَهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَمِنْهُمْ أَهْلُ أَنْوَاعٍ أُخْرَى
مِنَ الْخَيْرِ وَلاَ يَلْزَمُ أَنْ يَكُونُوا مُجْتَمِعِيْنَ، بَلْ قَدْ
يَكُونُونَ مُتَفَرَّقِيْنَ فِي أَقْطَارِ اْلأَرْضِ
“Kelompok
ini kemungkinan adalah kelompok yang tersebar di antara kaum muminin. Di antara
mereka adalah para pemberani yang berperang (di jalan Allah), fuqahaa’,
ahli hadits, orang-orang yang zuhud, orang yang menyuruh pada yang ma’ruuf dan
mencegah dari yang munkar, dan para pelaku kebaikan yang lainnya.
Tidaklah mengkonsekuensikan mereka berkumpul pada tempat yang sama, bahkan
mungkin mereka tersebar di berbagai penjuru negeri” [Syarh Shahiih Muslim,
13/67 – via Syamilah].
Adalah
aneh pada perkataan seseorang yang menghukumi kelompok Al-Qaa’idah
sebagai (salah satu) Ath-Thaaifah Al-Manshuurah hanya karena mereka melakukan
peperangan. Sungguh piciknyee......
Tidak
setiap orang yang mengangkat pedang berperang melawan musuh bisa disebut dengan
berjihad dan berperang di jalan Allah. Bukankah dalam hadits disebutkan dengan
lafadh :
وَلَا يَزَالُ مِنْ أُمَّتِي أُمَّةٌ يُقَاتِلُونَ
عَلَى الْحَقِّ
“Dan
akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang berperang di atas kebenaran...”.
Perang
mereka (Ath-Thaaifah Al-Manshuurah) adalah perang di atas
kebenaran. Bukan asal bom sana, bom sini, tembak sana, tembak sini, mengkafirkan
kaum muslimin yang tidak sepaham tanpa haq.
Adapun
tuduhan para ekstrimis bahwa para ulama ‘Salafiy’ menyembunyikan hadits Ath-Thaaifah
Al-Manshuurah yang memuat lafadh qitaal adalah tuduhan basi. Betapa
banyak kita mendengar – meski mereka tidak mendengar – para ulama kita membawakan
hadits yang memuat lafadh qitaal ?.[4]
Mereka mengatakannya untuk menuduh dan mengesankan bahwa ulama itu ‘Salafiy’
anti jihad (qitaal)[5].
Adapun misalnya jika para ulama tidak membawakan hadits dengan lafadh qitaal,
apakah itu salah ?. Bukankah jalan riwayat dan lafadh memang beraneka-ragam ?. Inilah
hasad orang-orang shighaar kepada orang-orang kibaar.
Wallaahu
a’lam.
Semoga
tulisan kecil ini ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’
– perum ciomas permai – 20112012 – 23:36].
[1] Tokoh kontemporer berpaham Khawaarij. Situs
(tidak) rahmah memberitakan :
“.....
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari forum Ansar, thagut Yordania
telah membebaskan Syeikh Abu Muhammad al-Maqdisi, seorang ulama salafi terkenal
yang ditangkap pada tahun 2010..... “
[3] Kata ini saya kasih apostrof, karena
Penulis artikel memakai kata-kata : ‘mereka yang mengaku Salafi’.
[4] Misal : Asy-Syaikh Rabii’ Al-Madkhaliy hafidhahullah
dalam kitab Ahlul-Hadiits, Hum Ath-Thaaifah Al-Manshuurah
wal-Firqatun-Najiyyah yang di dalamnya membahas secara khusus tentang hal
ini. Beliau hafidhahullah menjelaskan siapakah Ath-Thaaifah
Al-Manshuurah dan Al-Firqatun-Naajiyyah dengan membawakan
jalan-jalan riwayat dan perkataan para ulama, yang di antaranya menyebut
tentang perang (qitaal) tersebut.
[5] Ulama ‘Salafiy’ memang anti jihad, yaitu
jihad konyol ala koboy. Adapun jihad syar’iy, maka mereka menetapkannya
dan mendukungnya. Banyak buku telah dihasilkan melalui tangan mereka yang
menjelaskan tentang apa dan bagaimana jihad syar’iy beserta keutamaannya.
Misalnya :
a. Asy-Syaikh
Sa’iid bin ‘Aliy bin Wahf Al-Qahthaaniy yang menulis buku Al-Jihaad fii
Sabiilillah : Fadhluhu, wa Maraatibuhu, wa Asbaabun-Nashr ‘alal-A’daa’.
b. Asy-Syaikh
Muhammad bin ‘Umar Bazmuul yang menulis buku Dlawaabithul-Jihaad
fis-Sunnatin-Nabawiyyah.
c. Dan
yang lainnya.
ustadz, Syaikh ustaimin dalam syarh hadits arbain no. 28, hadits irbad bin sariyah (sumber: maktabah ruuhul islam) mengatakan bahwa salafiyyun adalah salah satu hizb yang ada dizaman ini. bagaimana tanggapan ustadz?
BalasHapusSyukron.
mereka pikir salafiyun mutlak tidak mau berjihad(perang dgn angkat senjata), kalau seandainya syarat2 perang sudah terpenuhi AYOO! KITA BERANGKAT JIHAD(perang menurut mrk),, jika ada jalan untuk menjadi syuhada kapan lagi, dari pada dakwah dimusuhin, dijauhin, ditolak, difitnah dll
BalasHapusAnonim,.. perkataan Ibnu 'Utsaimiin rahimahullah itu saya bawakan di :
BalasHapusAntara Hizb 'Salafiy' dan Mengikuti Jalan Salaf.
Pembicaraan Ibnu 'Utsaimiin itu dalam konteks larang bertahazzub. Salafiy itu tidak boleh bertahazzub atau berfirqah. Inilah konteksnya. Yang wajib itu adalah mengikuti manhaj salaf, bukan mengikuti orang yang mengaku-ngaku Salafiy atau berafiliasi pada kelompok yang mengaku Salafiyyuun (sebab, kelompok yang menisbatkan diri pada Salafiy itu banyak).
Namun dalam pembicaraan lain, misalnya dalam kitab Syarh Al-'Aqiidah Al-Waasithiyyah, beliau rahimahullah dengan tegas menyatakan bahwa orang yang berpegang pada manhaj salaf adalah Salafiy. Dan Salafiy adalah kelompok yang paling benar di antara kelompok-kelompok yang menyimpang.
wallaahu a'lam.
saya kurang begitu faham dengan apa itu yang dimaksud dengan salafy.... karena kunjungan perdana saya mengusapkan terimakasih serta salam kenal serta sukses selalu
BalasHapusBenarkah Mereka yang Mengaku Salafi adalah Thaifah Manshurah ?
BalasHapusmaybe yes maybe not
BalasHapusويحتمل أن هذه الطائفة مفرقة بين أنواع المؤمنين منهم شجعان مقاتلون ومنهم فقهاء ومنهم محدثون ومنهم زهاد وآمرون بالمعروف وناهون عن المنكر ومنهم أهل أنواع أخرى من الخي،ر ولا يلزم أن يكونوا مجتمعين بل قد يكونون متفرقين في أقطار الأرض
شرح النووي على مسلم (13/67).
Kan ada 2 tuh ya tad jenis kemenangannya yaitu qital dan ilmu,lalu ada kata selalu,tu kira2 siapa ustad?adakah salafy pernah berperang tad?kalau setau saya salafy (arab saudi) baru pernah sekali perang tad,yaitu lawan israel,dan itu langsung kalah tad hanya dalam bebrapa hari hehe..... , adakah itu bisa dikatakan thaifah manshurah tad? bukan maksud apa apa tad hehe.. cuma mau cari ilmu aja, coz biasanya sy suka baca2 sini penyampaiannya menarik cerdas apalagi pas tanggepin komen2 orang tad hehhe....
BalasHapusAlhamdulillah, sebagian salafiyyin tetap ada yang berjihad (berperang) seperti di Palestina, Afghanistan, Suriah, Yaman, dan yang lainnya. Minimal jihad difa'iy (membela diri).
BalasHapusTulisan di atas sebenarnya mengkritisi dua hal:
1. Menganggap Ath-Thaaifah Al-Manshuurah adalah hanya mereka yang berperang, sehingga orang-orang yang sekarang tidak berperang tidak disebut sebagai Ath-Thaaifah Al-Manshuurah.
Perkataan itu sebenarnya ditujukan kepada ulama Saudi dan yang sepakat dengan mereka karena dianggap tidak pernah mengobarkan peperangan.
2. Menganggap orang yang sekarang berperang - terutama Al-Qaaidah - adalah Ath-Thaaifah Al-Manshuurah.
Bagaimana akal kita bisa menerima jika Al-Qaaidah dengan berbagai pecahannya seperti misal Boko Haram dan yang lainnya dianggap sebagai Ath-Thaaifah Al-Manshuurah ?.
Perang itu ada aturan/kaedahnya. Ada saatnya berperang, ada saatnya menahan tangan. Tidak setiap orang yang berani menganggat pedang disebut mujaahid, karena perampok dan begal pun juga berani mengayunkan belati dan parang.
Apakah tempat2 jihad yang ustad beritahu itu ada yang mendapat kemenangan? [Saya tidak tahu bagaimana tafsiran pak ustad pada kata kemenangan dalam hadits At Thaifah Manshurah].dan ustadz menyebut afghanistan,bukanya yang diafghanistan itu orang2nya bin laden ya tadz.Lalu disyria itu ya memang frontnya salafy sudah menguasai beberapa wilayah disyria tapi itu masih sangat kecil dibandingkan kawasan yang dikuasai Daulah,dan lagipula Frontnya salafy ini,temennya Jabhat Alnusra,yang secara resmi berafiliasi dengan Al Qaeda. dan pertanyaan saya apakah salah ya tad temenan gitu sama Jabhat nusra yaitu anaknya Al Qaeda di Syam?
BalasHapus1. Menganggap Ath-Thaaifah Al-Manshuurah adalah hanya mereka yang berperang, sehingga orang-orang yang sekarang tidak berperang tidak disebut sebagai Ath-Thaaifah Al-Manshuurah.
Perkataan itu sebenarnya ditujukan kepada ulama Saudi dan yang sepakat dengan mereka karena dianggap tidak pernah mengobarkan peperangan.
Kurang teliti pak ustad baca komen saya. Maksud saya kan ada 2 tad lha yang tanpa perang itu kita anggapa saja salafy.sedang yang berperang itu sapa tad?
Kenapa sy sebut saudi karena basis salafy disitu. Dan ya negara saudi tidak mengobarkan peperangan saat banyak rakyat muslim ditindas, chechnya,afghanistan.kecuali kalau menyangkut kepentingan mereka ybs,baru mau ikut andil.
2. Menganggap orang yang sekarang berperang - terutama Al-Qaaidah - adalah Ath-Thaaifah Al-Manshuurah.
Bagaimana akal kita bisa menerima jika Al-Qaaidah dengan berbagai pecahannya seperti misal Boko Haram dan yang lainnya dianggap sebagai Ath-Thaaifah Al-Manshuurah ?.
Ya betul.yang saya pikirkan adalah kata kemenangan,dan musuh2 Allah takut.
Dalam hadits tidak disebutkan bahwa Atthaifah manshurah hanya 1 kelompok. BIsa saja Alqaida masuk,boko haram masuk,bahkan arab saudi pun kalau benar2 juga bisa masuk. Note(disini saya hanya mencoba membahas Atthoifah Manshurah yang berkaitan dengan perang)
Perang itu ada aturan/kaedahnya. Ada saatnya berperang, ada saatnya menahan tangan. Tidak setiap orang yang berani menganggat pedang disebut mujaahid, karena perampok dan begal pun juga berani mengayunkan belati dan parang.
Ya tahu perang ada kaidahnya, Bisa ustad kasih kaedah2nya dan dalil apalagi yang bertentangan dengan Al Qaeda atau Mujahidin lainnya.
Maaf jikalau merepotkan tadz. Dan memang resiko menjadi ustadz seperti ini ya. hehe...
Assalāmu'alaykum Warahmatullāhi Wabarakātuh.
BalasHapusAkhy int'l terrorist,
Sebelum ustadz menjawab antum, maka ada baiknya antum menelaah 2 tulisan berikut ttg pertanyaan antum:
1. https://aslibumiayu.wordpress.com/2014/03/11/bagi-yang-membenci-saudi-bacalah-surat-cinta-ini/#more-9014
2. http://almanhaj.or.id/content/2918/slash/0/konsekwensi-jihad-perang/
tentu jika antum benar seorang penuntut ilmu akan bersedia membaca link tersebut.
Wallāhu A'lām