Ada tiga kelompok pendapat yang beredar di kalangan
ulama, yaitu :
1.
Makruh berdiri apabila ada jenazah lewat. Ini adalah
pendapat Maalik[1],
Abu Haniifah[2],
Asy-Syaafi’iy[3],
dan Ahmad[4].
2.
Disunnahkan berdiri apabila ada jenazah lewat. Ini adalah
pendapat sebagian ulama Maalikiyyah[5], sebagian ulama
Asy-Syaafi’iyyah[6],
satu riwayat dari Ahmad[7], dan kalangan
Adh-Dhaahiriyyah[8].
3.
Boleh berdiri dan boleh juga tidak berdiri. Ini adalah
satu pendapat dari Ahmad[9], sebagian ulama Maalikiyyah[10], dan sebagian ulama
Asy-Syaafi’iyyah[11].
Dalil Pendapat Pertama
عَنْ مَسْعُود بْنَ الْحَكَمِ
الْأَنْصَارِيَّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ، يَقُولُ فِي شَأْنِ
الْجَنَائِزِ: " إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ
ثُمَّ قَعَدَ "
Dari Mas’uud bin Al-Hakam Al-Anshaariy, bahwasannya ia
pernah mendengar ‘Aliy bin Abi Thaalib berkata dalam perkara jenazah :
“Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berdiri, lalu
duduk” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 962, At-Tirmidziy no. 1044, Abu Daawud no.
3175, dan yang lainnya].
At-Tirmidziy rahimahullah berkata :
مَعْنَى قَوْلِ عَلِيٍّ: قَامَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْجَنَازَةِ ثُمَّ قَعَدَ، يَقُولُ:
" كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى
الْجَنَازَةَ قَامَ ثُمَّ تَرَكَ ذَلِكَ بَعْدُ فَكَانَ لَا يَقُومُ إِذَا رَأَى
الْجَنَازَةَ "
“Makna perkataan ‘Aliy : ‘Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam berdiri ketika ada jenazah, kemudian duduk’, yaitu : Dulu
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila melihat jenazah,
beliau berdiri. Kemudian beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan
perbuatan tersebut setelahnya, sehingga kemudian beliau tidak lagi berdiri
apabila melihat jenazah” [Sunan At-Tirmidziy, 2/350].
Dalam riwayat lain dari ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu :
عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ، قال: كُنَّا عِنْدَ
عَلِيٍّ فَمَرَّتْ بِهِ جَنَازَةٌ فَقَامُوا لَهَا، فَقَالَ عَلِيٌّ: مَا هَذَا؟
قَالُوا: أَمْرُ أَبِي مُوسَى، فَقَالَ: " إِنَّمَا قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِجَنَازَةِ يَهُودِيَّةٍ وَلَمْ يَعُدْ بَعْدَ ذَلِكَ
"
Dari Abu Ma’mar, ia berkata : Kami pernah di sisi ‘Aliy,
lalu lewatlah di depannya jenazah. Orang-orang berdiri untuknya. ‘Aliy berkata
: “Apa-apaan ini ?”. Mereka berkata : “Perintah Abu Muusaa”. ‘Aliy berkata :
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam hanyalah berdiri (sekali
saja) untuk jenazah orang Yahudi, lalu beliau tidak lagi berdiri setelah itu”
[Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1923; shahih].
عَنْ مُحَمَّدٍ، أَنَّ جَنَازَةً مَرَّتْ
بِالْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ، وَابْنِ عَبَّاسٍ فَقَامَ الْحَسَنُ وَلَمْ يَقُمِ
ابْنُ عَبَّاسٍ، فَقَالَ الْحَسَنُ: " أَلَيْسَ قَدْ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِجَنَازَةِ يَهُودِيٍّ، قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: نَعَمْ،
ثُمَّ جَلَسَ "
Dari Muhammad (bin Siiriin) : Bahwasannya ada jenazah
melewati Al-Hasan bin ‘Aliy dan Ibnu ‘Abbaas. Berdirilah Al-Hasan, namun tidak
demikian dengan Ibnu ‘Abbaas. Al-Hasan berkata : “Bukankah Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam pernah berdiri untuk jenazah orang Yahudi ?”. Ibnu
‘Abbaas menjawab : “Benar, namun kemudian beliau duduk” [Diriwayatkan oleh
An-Nasaa’iy no. 1924; shahih].
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ، قَالَ:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُومُ فِي الْجَنَازَةِ
حَتَّى تُوضَعَ فِي اللَّحْدِ فَمَرَّ بِهِ حَبْرٌ مِنَ الْيَهُودِ، فَقَالَ:
هَكَذَا نَفْعَلُ، فَجَلَسَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ:
اجْلِسُوا خَالِفُوهُمْ "
Dari ‘Ubaadah bin Ash-Shaamit, ia berkata : Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam berdiri untuk jenazah hingga diletakkan dalam liang
lahad. Lalu lewatlah seorang pendeta Yahudi dan berkata : “Begitulah yang kami
lakukan”. Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam duduk dan
bersabda : “Duduklah kalian, dan selisihilah mereka” [Diriwayatkan oleh
Abu Daawud no. 3176, At-Tirmidziy no. 1020, dan yang lainnya; sanadnya sangat
lemah].
Pendapat ini mengklaim adanya nasakh atas pensyari’atan
berdiri berdasarkan riwayat di atas.
Dalil Pendapat Kedua
عَنْ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا رَأَيْتُمُ
الْجَنَازَةَ فَقُومُوا حَتَّى تُخَلِّفَكُمْ "
Dari ‘Aamir bin Rabii’ah, dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Apabila kalian melihat jenazah,
maka berdirilah hingga berlalu” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1307
& 1308, Muslim no. 958, Abu Daawud no. 3172, dan yang lainnya].
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "
إِذَا رَأَيْتُمُ الْجَنَازَةَ فَقُومُوا، فَمَنْ تَبِعَهَا فَلَا يَقْعُدْ حَتَّى
تُوضَعَ "
Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu,
dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Apabila
kalian melihat jenazah, maka berdirilah. Barangsiapa yang
mengikuti/mengantarkan jenazah, janganlah ia duduk hingga jenazah itu
diletakkan (di kubur)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1310, Muslim no.
959, Abu Daawud no. 3174, dan yang lainnya].
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ، قَالَا:
" مَا رَأَيْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهِدَ جَنَازَةً
قَطُّ فَجَلَسَ حَتَّى تُوضَعَ "
Dari Abu Sa’iid dan Abu Hurairah, mereka berdua berkata :
“Kami tidak pernah melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
menyaksikan jenazah lalu beliau duduk, hingga jenazah tersebut diletakkan (di
kuburnya)” ‘Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1918; hasan shahih].
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: " مَرَّ بِنَا جَنَازَةٌ، فَقَامَ لَهَا
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقُمْنَا بِهِ، فَقُلْنَا: يَا
رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهَا جِنَازَةُ يَهُودِيٍّ، قَالَ: إِذَا رَأَيْتُمُ
الْجِنَازَةَ فَقُومُوا "
Dari Jaabir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhumaa,
ia berkata : Pernah ada jenazah melewati kami, lalu Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam berdiri untuknya. Kami pun ikut berdiri bersama beliau.
Kami berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia adalah jenazah orang Yahudi”.
Beliau bersabda : “Apabila kalian melihat jenazah, maka berdirilah”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1311, Muslim no. 960, Abu Daawud no. 3174,
dan yang lainnya].
Dalam riwayat lain dari Jaabir radliyallaahu ‘anhu,
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الْمَوْتَ فَزَعٌ فَإِذَا رَأَيْتُمُ
الْجَنَازَةَ فَقُومُوا
“Sesungguhnya kematian itu menakutkan. Maka, jika
kalian melihat jenazah, berdirilah” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 960, Abu Daawud
no. 3174, Ahmad 3/319, dan yang lainnya].
عَنْ يَزِيدَ بْنِ ثَابِتٍ، أَنَّهُمْ
كَانُوا جُلُوسًا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَطَلَعَتْ
جَنَازَةٌ، فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَامَ مَنْ
مَعَهُ فَلَمْ يَزَالُوا قِيَامًا حَتَّى نَفَذَتْ "
Dari Yaziid bin Tsaabit : Bahwasannya mereka (para
shahabat) pernah duduk bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu
muncullah jenazah. Kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berdiri,
dan berdirilah orang-orang yang bersama beliau. Mereka terus berdiri hingga
jenazah tersebut berlalu [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1920; shahih].
عَنْ عَبْد الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي
لَيْلَى، قَالَ: كَانَ سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ، وقَيْسُ بْنُ سَعْدٍ قَاعِدَيْنِ
بِالْقَادِسِيَّةِ فَمَرُّوا عَلَيْهِمَا بِجَنَازَةٍ فَقَامَا، فَقِيلَ لَهُمَا:
إِنَّهَا مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ أَيْ مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ، فَقَالَا: "
إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّتْ بِهِ جِنَازَةٌ
فَقَامَ، فَقِيلَ لَهُ: إِنَّهَا جِنَازَةُ يَهُودِيٍّ، فَقَالَ: أَلَيْسَتْ
نَفْسًا "
Dari ‘Abdurrahmaan bin Abi Lailaa, ia berkata : Sahl bin
Hunaif dan Qaid bin Sa’d pernah bertugas di Al-Qaadisiyyah. Lewatlah jenazah di
hadapan mereka, lalu keduanya pun berdiri. Dikatakan kepada mereka berdua :
“Sesungguhnya jenazah itu adalah orang dari kalangan Ahludz-Dzimmah. Mereka
berkata : “Sesungguhnya pernah lewat satu jenazah di hadapan Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam, lalu beliau berdiri. Dikatakan kepada beliau :
‘Sesungguhnya ia adalah jenazah orang Yahudi’. Beliau shallallaahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : ‘Bukankah ia juga manusia” [Diriwayatkan oleh
Bukhaariy no. 1313, Muslim no. 960, An-Nasaa’iy no. 1921, dan yang lainnya].
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ جَنَازَةً مَرَّتْ بِرَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ، فَقِيلَ: إِنَّهَا جَنَازَةُ يَهُودِيٍّ،
فَقَالَ: " إِنَّمَا قُمْنَا لِلْمَلَائِكَةِ "
Dari Anas : Bahwasannya ada jenazah melewati Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam, lalu beliau berdiri. Dikatakan kepada beliau : “Sesungguhnya
ia adalah jenazah orang Yahudi”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda
: “Kita hanyalah berdiri untuk malaikat” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy
no. 1929 dan Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 8113].
Dikuatkan oleh hadits ‘Abdullah bin ‘Amru radliyallaahu
‘anhumaa :
أَنَّهُ سَأَلَ رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، تَمُرُّ بِنَا جَنَازَةُ الْكَافِرِ،
أَفَنَقُومُ لَهَا؟ قَالَ: " نَعَمْ قُومُوا لَهَا، فَإِنَّكُمْ لَسْتُمْ تَقُومُونَ
لَهَا، إِنَّمَا تَقُومُونَ إِعْظَامًا لِلَّذِي يَقْبِضُ النُّفُوسَ "
Bahwasannya ada seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata : “Wahai
Rasulullah, ada jenazah orang kafir melewati kami. Apakah kami mesti berdiri
untuknya ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Ya, berdirilah
kalian untuknya. Sesungguhnya kalian tidaklah berdiri untuknya, akan tetapi
kalian hanyalah berdiri untuk malaikat yang mencabut nyawanya”
[Diriwayatkan oleh Ahmad 2/168, Ibnu Hibbaan no. 3053, Al-Haakim 1/357, dan
yang lainnya; sanadnya dla’if].
Dalil Pendapat Ketiga
Dalil pendapat ketiga pada hakekatnya merupakan
penggabungan dalil pendapat pertama dan kedua.
Tarjih
Yang raajih – wallaahu a’lam – adalah pendapat
kedua dengan sebab :
1.
Klaim adanya nasakh diterima apabila tidak
memungkinkan dilakukan penjamakan. An-Nawawiy rahimahullah berkata :
والنسخ لا يصار إليه إلا إذا تعذر الجمع،
وهو هنا ممكن، والمختار أنه مستحب
“Dan nasakh tidaklah terjadi kecuali jika tidak
memungkinkan dilakukan penjamakan. Dan di sini sangatlah memungkinkan. Dan
pendapat yang terpilih, berdiri untuk jenazah adalah disunnahkan...” [Fathul-Baariy,
3/181].
2.
Hadits ‘Aliy bin Abi Thaalib dan Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu
‘anhu tidak secara shaarih menjelaskan adanya nasakh, bahkan
ia hanyalah pemalingan dari hukum wajib[12] menjadi sunnah [‘Aunul-Ma’buud,
8/455].
3.
‘Illat perintah
berdiri ketika ada jenazah tidak menunjukkan kemakruhannya, yaitu karena :
a.
kematian itu menakutkan, sebagaimana hadits Jaabir bin ‘Abdillah
radliyallaahu ‘anhumaa;
b.
untuk (menghormati) malaikat, sebagaimana hadits Anas radliyallaahu
‘anhu;
c.
jenazah tersebut manusia, sebagaimana hadits Sahl bin
Hunaif dan Qaid bin Sa’d radliyallaahu ‘anhumaa [lihat : ‘Aunul-Ma’buud,
8/461].
4.
Berdirinya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bukanlah
hanya sekali (untuk kasus jenazah orang Yahudi), namun beliau senantiasa melakukannya (berdiri) sebagaimana tergambar dalam hadits-hadits yang dibawakan oleh pendapat kedua.
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimiin rahimahullah berkata :
الراجح أن الإنسان إذا مرت به الجنازة
قام لها ؛ لأن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أمر بذلك ، وفعله أيضاً ،
ثم تركه ، والجمع بين فعله وتركه أن تركه ليبين أن القيام ليس بواجب
“Yang raajih, bahwasannya seseorang apabila ada jenazah
lewat di hadapannya, maka ia berdiri untuknya, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam telah memerintahkannya. Dan beliau shallallaahu ‘alaihi wa
sallam melakukannya juga, kemudian meninggalkannya. Penjamakan antara beliau
melakukannya dan meninggalkannya adalah : bahwa beliau meninggalkannya untuk
menjelaskan berdiri (untuk jenazah) bukan merupakan kewajiban” [Majmuu’
Fataawaa wa Rasaail, 17/112].
Wallaahu a’lam.
Semoga ada manfaatnya.
[abul-jauzaa’ – perum ciomas permai, ciapus, ciomas,
bogor – 18092012].
[1] Lihat : Al-Ausath
oleh Ibnul-Mundzir 5/395, Mukhtashar Khaliil hal. 54, Mawaahibul-Jaliil
oleh Al-Haththaab 3/241, dan Syarh Kharsyiy ‘alaa Khaliil 2/139.
[2] Lihat
: Tabyiinul-Haqaaiq oleh Az-Zaila’iy 1/244.
[3] Lihat : Al-Ausath
oleh Ibnul-Mundzir 5/395, Al-Umm oleh Asy-Syaafi’iy 1/318, Al-Majmuu’
oleh An-Nawawiy 5/280 dan Ar-Raudlah (juga oleh An-Nawawiy) 1/630.
[4] Lihat : Al-Inshaaf
oleh Al-Mardaawiy 2/543 dan ia menyatakan hal tersebut merupakan pendapat
madzhab, dan Ahmad mempunyai riwayat-riwayat yang lain.
[11] Lihat : Al-Muhadzdzab
oleh Asy-Syiiraaziy yang dicetak bersama Al-Majmuu’ oleh An-Nawawiy,
5/280.
[12] Sebagaimana
kaedah ushuliyyah bahwa asal dari perintah menunjukkan hukum wajib,
hingga datang dalil yang memalingkannya.
ust apa derajat Hadits ini..? dan apakah benar ini riwayat bukhari dan Muslim..??
BalasHapus“anak perempuanku adalah belahan jiwaku, aku bisa gelisai dengan sebab gelisah, hatiku sakit dengan sebab sesuatu yang menyakitkan hatinya”
syukran...
karena hadits tentang perkataan pendeta dan perintah rosul setelahnya, berderajat sangat lemah maka hadits tersebut tidak dapat dijadikan dasar nasakhnya sunnah ini dan tidak bisa 'me-makhruh-kan'. Begitukah?
BalasHapusYa.
BalasHapuspada ulasan diatas dibawakan 3 pendapat: makruh, sunnah dan 'boleh berdiri dan boleh juga tidak berdiri'.
BalasHapusBedanya sunnah dengan 'boleh berdiri dan boleh juga tidak berdiri' apa? Mohon penjelasannya.
@Anonim 19 September 2012 15:51,.... hadits tersebut shahih. Hadits itu adalah perkataan Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam saat 'Aliy hendak memadu Faathimah. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
BalasHapusفاطمة بضعة مني، فمن أغضبها أغضبني
“Faathimah adalah bagian dariku. Barangsiapa yang membuatnya marah, itu artinya juga membuatku marah” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3714].
====
@Anonim 20 September 2012 05:16,.... boleh berdiri dan boleh juga tidak - maka ia tidak berisi anjuran untuk berdiri ketika melihat jenazah.
ustad mohon dicermati sepertinya yang di tanyakan anonim 19 September 2012 15:51 , haditsnya beda dengan yang antum bawakan .
BalasHapusatukah ada hadits yang dimaksud
Sama, karena yang dimaksudkan adalah hadits 'Ubaadah bin Ash-Shaamit radliyallaahu 'anhu yang saya bawakan di atas (saat menyebut pendalilan kelompok pertama).
BalasHapusmaksudnya hadits yang antum bawakan dalam komentar tentang fatimah,,, sepertinya berbeda dengan pertanyaan anonim yang pertama.
BalasHapusketika dikatakan: 'jenazah lewat'
BalasHapussaya udah bayangkan yang nggak-nggak.. :D
@Anonim 22 September 2012 04:23,... o iya. Ternyata tentang yang hadits Faathimah ya.
BalasHapusPada dasarya sama. Saya hanya membawakan salah satu lafadhnya saja. Hadits yang dibawakan oleh Anonim 19 September 2012 15:51 adalah hadits tentang perkataan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam terhadap Faathimah saat 'Aliy hendak menikahi anak perempuan Abu Jahl. Memang agak 'kesulitan' jika hanya dibawakan terjemahannya saja untuk menelusuri lafadh hadits yang dimaksudkan.
NB : Saya harapkan jika Pembaca berkomentar, harap menggunakan nama tertentu (bukan Anonim).
Ada kah doa khusus untuk orang meninggal.
BalasHapusSarah