16 April 2011

Berlepas Dirinya Imam Ahlul-Bait terhadap Orang-Orang yang Mencela Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa

Sudah menjadi pengetahuan yang jamak bahwa dua imam, Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa, menjadi musuh utama orang-orang Syi’ah. Orang-orang Syi’ah membenci mereka berdua melebihi kebenciannya terhadap orang Majusi yang jelas-jelas kafir.[1] Kebencian mereka dilandasi dalih Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa telah mendhalimi imam mereka dalam perkara imamah. Mereka kobarkan dakwah (palsu) kecintaan terhadap Ahlul-Bait dengan sebab itu,…… padahal Ahlul-Bait sebenarnya berlepas diri dari kecintaan (palsu) mereka. Berikut salah beberapa buktinya :

1.      ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu.
حَدَّثَنَا عَمْرِو بْنِ مَرْزُوقٍ، قَالَ: أنا شُعْبَةُ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ، عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ، قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ: مَا لِي وَلِهَذَا الْحَمِيتِ الأَسْوَدِ، يَعْنِي: عَبْدَ اللَّهِ بْنَ سَبَإٍ، وَكَانَ يَقَعُ فِي أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ.
Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Marzuuq, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Syu’bah, dari Salamah bin Kuhail, dari Zaid bin Wahb, ia berkata : Telah berkata ‘Aliy (bin Abi Thaalib) : “Apa urusanku dengan orang hitam jelek ini – yaitu ‘Abdullah bin Saba’ - . Dia biasa mencela Abu Bakar dan ’Umar” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Khaitsamah no. 4358; shahih].
’Amru bin Marzuuq Al-Baahiliy, Abu ’Utsmaan Al-Bashriy; seorang yang tsiqah, faadlil, namun mempunyai beberapa keraguan. Dipakai Al-Bukhaariy dalam Shahih-nya. Wafat tahun 244 H [At-Taqriib, hal. 745 no. 5145].
Syu’bah bin Al-Hajjaaj bin Al-Ward Al-’Atakiy; seorang tsiqah, haafidh, lagi mutqin. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 160 H [idem, hal. 436 no. 2805].
Salamah bin Kuhail bin Hushain Al-Hadlramiy, Abu Yahyaa Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya [idem, hal. 402 no. 2521].
Zaid bin Wahb Al-Juhaniy, Abu Sulaimaan Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagi jaliil. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat setelah tahun 80 H, dikatakan juga tahun 96 H [idem, hal. 356 no. 2172].
Lihatlah,.... ’Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ’anhu menjadikan pencelaan terhadap Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhumaa sebagai sebab pencelaannya kepada ’Abdullah bin Saba’ – gembong nomor wahid firqah Raafidlah.[2]
2.      Muhammad bin ’Aliy bin Al-Husain bin ’Aliy bin Abi Thaalib, imam kelima Syi’ah.
حَدَّثَنَا أَبُو ذَرٍّ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ، نَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ أَشْكَابٍ، نَا إِسْحَاقُ بْنُ أَزْرَقَ، عَنْ بَسَّامِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الصَّيْرَفِيِّ، قَالَ: سَأَلْتُ أَبَا جَعْفَرٍ قُلْتُ: مَا تَقُولُ فِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا؟ فَقَالَ: " وَاللَّهِ إِنِّي لأَتَوَلاهُمَا وَأَسْتَغْفِرُ لَهُمَا، وَمَا أَدْرَكْنَا أَحَدًا مِنْ أَهْلِ بَيْتي إِلا وَهُوَ يَتَوَلاهُمَا "
Telah menceritakan kepada kami Abu Dzarr Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakr : Telah mengkhabarkan kepada kami ’Aliy bin Al-Husain bin Asykaab : Telah mengkhabarkan kepada kami Ishaaq bin Azraq, dari Bassaam bin ’Abdillah Ash-Shairafiy, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Abu Ja’far, aku berkata : ”Apa komentarmu tentang Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhumaa ?”. Maka ia menjawab : ”Demi Allah, sungguh aku menjadikan mereka berdua sebagai wali dan memintakan ampun untuk mereka berdua. Tidaklah kami menjumpai seorang pun dari kalangan Ahlul-Baitku kecuali ia juga menjadikan mereka berdua sebagai wali” [Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 41; shahih].
Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakr Al-Waasithiy, Abu Dzarr; seorang yang tsiqah. Wafat tahun 326 H [Taraajimu Rijaal Ad-Daaruquthniy, hal. 111 no. 239].
’Aliy bin Al-Husain bin Isykaab; seorang yang shaduuq (bahkan tsiqah – Abul-Jauzaa’). Wafat tahun 261 H [At-Taqriib, hal. 693 no. 4747].
Ishaaq bin Yuusuf bin Mirdaas Al-Azraq; seorang yang tsiqah. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 295 H [idem, hal. 356 no. 2172].
Bassaam bin ’Abdillah Ash-Shairafiy, Abul-Hasan Al-Kuufiy; seorang yang shaduuq, termasuk thabaqah kelima dari kalangan shighaarut-taabi’iin [idem, hal. 166 no. 668].
Abu Ja’far, ia adalah Muhammad bin ’Aliy bin Al-Husain bin ’Aliy bin Abi Thaalib, Abu Ja’far Al-Baaqir; seorang yang tsiqah lagi faadlil. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 118 H [idem, hal. 879 no. 6191].
Diriwayatkan juga oleh Ibnu ‘Asaakir 54/285 dari jalan Ad-Daaruquthniy, dan Abu Haamid Al-Maqdisiy dalam Ar-Radd ‘alar-Raafidlah hal. 304.
Atsar ini menunjukkan pada kita bahwa madzhab Ahlul-Bait yang dikenal oleh Abu Ja’far Al-Baaqir rahimahullah adalah mencintai dan mendoakan kebaikan bagi Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhu. Beda kenyataannya dengan orang-orang yang (pura-pura) mencintai Ahlul-Bait, namun malah membenci, mencaci, dan bahkan mengkafirkan Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhumaa.
3.      Ja’far bin Muhammad bin ’Aliy bin Al-Husain bin Abi Thaalib, imam keenam Syii’ah.
حَدَّثَنِي أَبِي نا أَسْبَاطٌ، عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ، قَالَ: سَمِعْتُ جَعْفَرَ بْنَ مُحَمَّدٍ، يَقُولُ: " بَرِئَ اللَّهُ مِمَّنْ تَبَرَّأَ مِنْ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ "
Telah menceritakan kepadaku ayahku : Telah mengkhabarkan kepada kami Asbaath, dari ‘Amru bin Qais, ia berkata : Aku mendengar Ja’far bin Muhammad berkata : “Allah berlepas diri terhadap orang-orang yang berlepas diri terhadap Abu Bakr dan ‘Umar” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah no. 1182; shahih].[3]
Asbaath, ia adalah Ibnu Muhammad bin ‘Abdirrahmaan bin Khaalid bin Maisarah Al-Qurasyiy; seorang yang tsiqah, dla’iif dalam riwayat dari Ats-Tsauriy. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 200 H [At-Taqriib, hal. 124 no. 322].
‘Amru bin Qais Al-Mulaaiy, Abu ‘Abdillah Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah, mutqin, lagi ‘aabid. Dipakai oleh Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 146 H [idem, hal. 743 no. 5135].
Ja’far bin Muhammad bin ‘Aliy bin Al-Husain bin ‘Aliy bin Abi Thaalib Al-Haasyimiy, terkenal dengan nama (Ja’far) Ash-Shaadiq; seorang yang shaduuq, faqiih, lagi imam. Dipakai Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 148 H [idem, hal. 200 no. 958]. Syi’ah menganggapnya sebagai imam yang keenam.
Diriwayatkan juga oleh Al-Mahaamiliy dalam Al-Amaaliy no. 235, Ad-Daaruqthniy dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 63, Ibnu Hibbaan dalam Ats-Tsiqaat 5/73, dan Al-Laalikaa’iy dalam Syarh Ushuulil-I’tiqaad no. 2393.
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ مُحَمَّدٍ الصَّفَّارُ، قَالَ: نَا أَبُو يَحْيَى الرَّازِيُّ جَعْفَرُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ: نَا مُحَمَّدُ بْنُ مِهْرَانَ، قَالَ: نَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمٍ الطَّائِفِيُّ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، قَالَ : "إِنَّ الْخُبَثَاءَ مِنْ أَهْلِ الْعِرَاقِ يَزْعُمُونَ أَنَّا نَقْعُ فِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَهُمَا وَالِدَايَ "
Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin Muhammad Ash-Shaffaar, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Yahyaa Ar-Raaziy Ja’far bin Muhammad, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Mihraan, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Yahyaa bin Sulaim Ath-Thaaifiy, dari Ja’far bin Muhammad, ia berkata : ”Sesungguhnya orang-orang jelek dari kalangan penduduk ‘Iraaq mengatakan bahwasannya aku mencela Abu Bakr dan ‘Umar, padahal mereka berdua adalah orang tuaku” [Diriwayatkan oleh Ad-Daaruquthniy dalam Fadlaailush-Shahaabah no. 83; hasan].
Ismaa’iil bin Muhammad bin Ismaa’iil Ash-Shaffaar; seorang yang tsiqah. Wafat tahun 341 H [Taraajimu Rijaal Ad-Daaruqthniy, hal. 145-146 no. 337].
Ja’far bin Muhammad bin Al-Hasan Ar-Raaziy, Abu Yahyaa; seorang yang shaduuq tsiqah. Wafat tahun 279 H [idem, hal. 169 no. 387].
Muhammad bin Mihraan Al-Jammaal, Abu Ja’far Ar-Raaziy; seorang yang tsiqah lagi haafidh. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim dalam Shahih-nya. Wafat tahun 238/238 H [idem, hal. 900 no. 6373].
Yahyaa bin Sulaim Ath-Thaaifiy; seorang yang shaduuq. Dipakai Al-Bukhaariy dan Muslim (syawaahid) dalam Shahih-nya. Wafat tahun 193 H [Man Tukullima fiih, hal. 541-542 no. 374].[4]
Siapakah penduduk ’Iraaq yang dimaksud oleh Ja’far Ash-Shaadiq rahimahullah ? Sudah terkenal dalam kitab-kitab sejarah bahwasannya firqah Syi’ah dari dulu hingga sekarang tumbuh subur di bumi ’Iraaq, terutama Kuufah dan sekitarnya. Ya, ia (Ja’far Ash-Shaadiq) berlepas diri dari golongan ini.....
Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhumaa adalah sebaik-baik/seutama-utama manusia setelah Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam.
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلانَ، مِنْ أَهْلِ مَرْوَ، نا حُجَيْنُ بْنُ الْمُثَنَّى، نا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ الْمَاجِشُونَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: " كُنَّا نَقُولُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَعُثْمَانُ، وَيَبْلُغُ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلا يُنْكِرُهُ عَلَيْنَا "
Telah menceritakan kepada kami Mahmuud bin Ghailaan dari kalangan penduduk negeri Marwi : Telah mengkhabarkan kepada kami Hujain bin Al-Mutsannaa : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin Al-Maajisyuun, dari ‘Ubaidullah, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : “Dulu kami (para shahabat) mengatakan di jaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan. Dan sampailah hal itu kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau tidak mengingkari kami akan hal itu” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad no. 1357 dan dari jalannya Al-Khallaal dalam As-Sunnah no. 580; shahih].
Maksud perkataan Ibnu ‘Umar : ‘Dulu kami (para shahabat) mengatakan di jaman Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan’ ; adalah mengutamakan Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan. Karena dalam riwayat lain mengisyaratkan hal itu :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ عَبْدِ الْجَبَّارِ، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ عُمَيْرٍ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: " كُنَّا نَقُولُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَيٌّ أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَعُثْمَانُ "
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ibraahiim Ad-Dauraqiy : telah menceritakan kepada kami Al-‘Alaa’ bin ‘Abdil-Jabbaar : Telah menceritakan kepada kami Al-Haarits bin ‘Umair, dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : “Dulu kami (para shahabat) berkata dimana waktu itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam masih hidup : Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsmaan” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3707; shahih].
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ، ثنا بِشْرُ بْنُ شُعَيْبٍ، ثنا أَبِي، عَنِ الزُّهْرِيِّ، حَدَّثَنِي سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ، قَالَ: " كُنَّا نَقُولُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حي أفضل أمة رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَهُ: أَبُو بَكْرٍ، ثُمَّ عُمَرُ، ثُمَّ عُثْمَانُ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin ‘Utsmaan : Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Syu’aib : Telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Az-Zuhriy : Telah menceritakan kepadaku Saalim bin ‘Abdillah : Bahwasannya ‘Abdullah bin ‘Umar berkata : “Dulu kami (para shahabat) berkata dimana waktu itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam masih hidup : Seutama-utama umat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam setelah beliau adalah Abu Bakr, kemudian ‘Umar, kemudian ‘Utsmaan” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Aashim dalam As-Sunnah – bersama Dhilaalul-Jannah - no. 1190; shahih].
Keutamaan Abu Bakr dan ‘Umar (dan juga ‘Utsmaan) radliyallaahu ‘anhum yang disebutkan oleh Ibnu ‘Umar adalah satu perkara yang diketahui oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Bukan sekedar pendapat Ibnu ‘Umar saja sebagaimana sangkaan kosong orang-orang Raafidlah. Inilah pemahaman komprehensif atas riwayat Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa.
‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu pun menyepakati apa yang dikatakan Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa :
ثنا سفيان بن عيينة عن بن أبي خالد ح وثنا أبو معاوية ثنا إسماعيل عن الشعبي عن أبي جحيفة سمعت عليا رضي الله عنه يقول : خير هذه الأمة بعد نبيها أبو بكر وعمر رضي الله عنهما ولو شئت لحدثتكم بالثالث
Telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin ’Uyainah, dari Abu Khaalid. Dan telah menceritakan kepada kami Abu Mu’aawiyyah : Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil, dari Asy-Sya’biy, dari Abu Juhaifah : Aku mendengar ’Aliy radliyallaahu ’anhu berkata : ”Sebaik-baik umat setelah nabi mereka adalah Abu Bakr dan ’Umar radliyallaahu ’anhumaa. Seandainya engkau ingin, niscaya aku akan katakan kepadamu orang yang ketiga” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/110; shahih].
Namun sayangnya, orang-orang Syi’ah lagi-lagi tidak menyepakati perkataan ’Aliy radliyallaahu ’anhu di atas.
Akhirnya,...... inilah sebagian riwayat dari tiga imam Syi’ah yang bisa dituliskan. Tiga orang Ahlul-Bait Nabi shallallaahu ’alaihi wa sallam yang disebutkan di sini (’Aliy bin Abi Thaalib, Abu Ja’far Al-Baaqir, dan Abu ’Abdillah Ja’far Ash-Shaadiq) adalah permata jaman di mata Ahlus-Sunnah. Mereka berjalan ke timur sedangkan orang-orang Syi’ah berjalan ke barat. Sungguh jauh jarak timur dan barat itu.
Semoga ada manfaatnya.
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
[abu al-jauzaa’ – 1432 h - sedikit editing tanggal  16-4-2011].


[1]     Orang-orang Syi’ah memperingati hari kegembiraan meninggalnya ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu di tangan seorang Majusiy, dan bahkan pembunuh yang jelas-jelas kafir itu dihormati dan diagungkan laiknya seorang pahlawan dalam Islam.
[3]     Dalam kitab Al-Amaaliy karya Al-Mahaamily (1/23-24 no. 235) disebutkan tashrih periwayatan pada semua thabaqaat :
ثنا مَحْمُودُ بْنُ خِدَاشٍ، ثنا أَسْبَاطُ بْنُ مُحَمَّدٍ، ثنا عَمْرُو بْنُ قَيْسٍ، قَالَ: سَمِعْتُ جَعْفَرَ بْنَ مُحَمَّدٍ، يَقُولُ: " بَرِئَ اللَّهُ مِمَّنْ تَبَرَّأَ مِنْ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا "
Telah menceritakan kepada kami Mahmuud bin Khidaasy : Telah menceritakan kepada kami Asbaath bin Muhammad : Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Qais, ia berkata : Aku mendengar Ja’far bin Muhammad berkata : “Allah berlepas diri terhadap orang-orang yang berlepas diri terhadap Abu Bakr dan ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa”.
Mahmuud bin Khidaasy, seorang yang tsiqah.
[4]     Sebenarnya ada perbincangan mengenai Yahyaa bin Sulaim ini. Ada yang melemahkannya, ada pula yang menguatkannya. Baca penjelasan menarik dalam penjamakan riwayat dalam tahqiiq kitab Man Tukullimaa fiih lidz-Dzahabiy hal. 541-542 dan Tahriirut-Taqriib 4/86-87 no. 7563. 

4 komentar:

  1. Assalamu'alaikum warrohmatulloh ustadz,

    Minta tolong dijelaskan status : Asbaath, ia adalah Ibnu Muhammad bin ‘Abdirrahmaan bin Khaalid bin Maisarah Al-Qurasyiy; seorang yang tsiqah, dla’iif dalam riwayat dari Ats-Tsauriy.

    Afwan, mengapa ia dihukumi dha'if dalam riwayat dari Ats-Tsauri sedangkan bila dalam riwayat yg lainnya ia tsiqoh? Apakah ia melakukan tadlis?

    BalasHapus
  2. Ia tidaklah melakukan tadlis.

    Ibnu Ma'iin berkata : "Tsiqah, namun sering keliru dalam periwayatan dari Sufyaan".

    Tidak dijelaskan dalam Tahdziibut-Tahdziib sebab kelemahannya riwayatnya dari Ats-Tsauriy. Namun di lain riwayat Ibnu Ma'iin berkata : "Tsiqah, (namun) orang-orang Kuufah melemahkannya".

    Sufyaan dan Asbaath adalah orang Kuufah. Bersamaan dengan itu, orang-orang Kuufah - sebagaimana dikatakan Ibnu Ma'iin - melemahkannya (Asbaath). Penduduk suatu negeri lebih mengetahui apa yang ada di dalamnya. Maka, pendla'ifan itu dijamak dengan pentaqyidan riwayatnya yang berasal dari Ats-Tsauriy. Hal itu juga dipertimbangkan bersamaan dengan tautsiq yang diberikan oleh para ulama jarh wa ta'dil masyhur seperti Ibnu ma'iin sebagaimana telah lewat (juga Abu Daawud, Muhammad bin Sa'd, Abu Syu'aib Al-Harraaniy, Ad-Daaruquthniy, dan yang lainnya). Apalagi Al-Bukhaariy dan Muslim memakainya dalam kitab Shahihnya.

    Beberapa perawi tsiqah dapat saja periwayatannya lemah dari beberapa perawi tertentu. Misalnya, ia mendengar hadits itu dari gurunya saat ia (orang pertama/murid) sudah tua dan hapalannya kabur. Dan yang lainnya....

    Wallaahu a'lam.

    BalasHapus
  3. SHOHIH MUSLIM, Kitab 31 bab tentang keutamaan Ali ibn Abu Tholib

    Rasulullah berkata: "Kedudukan Ali ibn Abu Tholib dengan diri saya sama dengan kedudukan Harun dengan Musa; kecuali tidak ada lagi nabi setelah saya!"

    Berdasarkan Hadith tersebut maka Kaum Syiah tidak mengakui Abu Bakr, Umar ibn Khattab dan Uthman ibn Affan sebagai Khalifah Rasulullah (pengganti utusan Tuhan)

    karena kedudukan Ali dengan Nabi Muhammad sama dengan kedudukan Harun dengan Musa

    Ketika Musa pergi atau wafat; maka Harun segera menggantikan Musa; begitu juga ketika Nabi Muhammad wafat maka Ali ibn Abu Tholib wajib menggantikan Nabi Muhammad, bukan Abu Bakr, bukan Umar ibn Khattab dan bukan Uthman ibn Affan.

    Kaum Syiah tidak membenci Abu Bakr, Umar ibn Khattab dan Uthman ibn Affan tetapi Kaum Syiah tidak mengakui mereka karena Kaum Syiah tidak mau menghianati Rasulullah seperti Kaum Sunni menghianati Rasulullah

    BalasHapus
  4. Apa hubungannya hadits tersebut dengan khalifah pengganti ?. Tidak ada petunjuk dalam hadits tersebut bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menunjuk 'Aliy sebagai pengganti beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam sebagai khalifah pengganti. Penyamaan ‘Ali bin Abi Thaalib dengan Harun dalam hadits justru semakin membatalkan klaim Syi'ah.

    Sebagaimana diketahui bahwa Harun tidak pernah menggantikan Musa ‘alaihimas-salaam sebagai khalifah memimpin Bani Israil. Ia wafat ketika Musa masih hidup, dan hanya menggantikan untuk sementara waktu dalam pengurusan (memimpin) Bani Israil saat Musa pergi untuk bermunajat kepada Rabbnya. Tidak ada riwayat sama sekali yang menjelaskan bahwa Harun ‘alaihis-salaam menjadi khilafah/pemimpin bagi Bani Israil sepeninggal (wafat) Musa, melainkan hanya waktu itu saja. Yang menggantikan Musa setelah wafatnya dalam memimpin Bani Israel adalah Nabi Yusya’ bin Nuun ‘alaihis-salaam.

    Begitu juga ‘Ali yang hanya menjadi pengganti Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam setelah keberangkatan beliau menuju Tabuk dalam hal pengurusan wanita dan anak-anak di Madinah.

    Kalau kata Anda bahwa Syi'ah tidak membenci Abu Bakr dan 'Umar, maka Anda salah. Kalau Anda mengaku sebagai orang Syi'ah atau berpemahaman Syi'ah, dapat saya pastikan bahwaq Anda baru mengenal Syi'ah sebatas kulitnya saja. Alias, masih amatir.

    Orang Syi'ah Raafidlah bahkan mengkafirkan Abu Bakr dan 'Umar radliyallaahu 'anhumaa, bukan hanya sekedar membencinya saja. Orang-orang Syi'ah bahkan mempunyai dua kebinasaan bagi Abu Bakr dan 'Umar :

    اللهم صل على محمد، وآل محمد، اللهم العن صنمي قريش، وجبتيهما، وطاغوتيهما، وإفكيهما، وابنتيهما، اللذين خالفا أمرك، وأنكروا وحيك، وجحدوا إنعامك، وعصيا رسولك، وقلبا دينك، وحرّفا كتابك.....

    “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Ya Allah, laknat bagi dua berhala Quraisy, Jibt dan Thaghut, kawan-kawan, serta putra-putri mereka berdua. Mereka berdua telah membangkang perintah-Mu, mengingkari wahyu-Mu, menolak kenikmatan-Mu, mendurhakai Rasul-Mu, menjungkir-balikkan agama-Mu, merubah kitab-Mu…..dst.”

    Semoga Allah memberikan petunjuk pada kita semua, khususnya kepada Anda. Amiin...

    BalasHapus