tag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post5631390578236221435..comments2024-03-24T04:17:07.334+07:00Comments on Abul-Jauzaa Blog - !! كن سلفياً على الجادة: Kebaikan dan Kejelekan Terjadi atas Takdir (Qadar) AllahUnknownnoreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-33756554356265405202017-12-03T21:46:16.129+07:002017-12-03T21:46:16.129+07:00Maaf ustadz.. Saya masih belum faham, bisa dijel...Maaf ustadz.. Saya masih belum faham, bisa dijelaskan lagi apa perbedaan mendasar antara paparan ustafz dg faham jabariyah? Sepertinya sama saja. <br />Jika dalam pandangan jabariyah manusia dipaksa melakukan kehendaknya bukankah sama saja jika dikatakan kehendak manusia mengikuti kehendak Allah? <br />Pada intinya tentu Allah sudah menentukan apa yg diperbuat manusia seperti pemahaman jabariyah? fikhar85https://www.blogger.com/profile/08012894786750228891noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-16437680557607800982017-08-31T09:29:03.391+07:002017-08-31T09:29:03.391+07:00Assalamualaykum..
Kalau saya boleh utarakan denga...Assalamualaykum..<br /><br />Kalau saya boleh utarakan dengan bahasa simpel, maka yang saya pahami anatara AMAL dan TAQDIR adalah begini:<br /><br />Bahwa setiap hamba itu beramal dan berikhtiar bukan untuk mencapai hasil. Karena hasil yang akan kita dapat sudah ditakdirkan. Akan tetapi seorang hamba beramal dengan tujuan untuk beriman terhadap TAKDIR. Karena salah satu syarat masuk surga adalah BERIMAN KEPADA TAQDIR.<br /><br />Kira-kira tepatkah kesimpulan saya ini?Ilmu Julackhttps://www.blogger.com/profile/04227185756324801617noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-91858825358736171332017-05-26T08:38:36.685+07:002017-05-26T08:38:36.685+07:00Wa'alaikumus-salaam.
Jawabannya ada di hadits...Wa'alaikumus-salaam.<br /><br />Jawabannya ada di hadits ini:<br /><br />عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ قَتَادَةَ السُّلَمِيِّ، أَنَّهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ: " إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَ آدَمَ، ثُمَّ أَخَذَ الْخَلْقَ مِنْ ظَهْرِهِ، وَقَالَ: هَؤُلَاءِ فِي الْجَنَّةِ وَلَا أُبَالِي، وَهَؤُلَاءِ فِي النَّارِ وَلَا أُبَالِي ".قَالَ: فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَعَلَى مَاذَا نَعْمَلُ؟ قَالَ: " عَلَى مَوَاقِعِ الْقَدَرِ "<br /><br />Dari ‘Abdurrahmaan bin Qataadah As-Sulamiy, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda : <i>“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla menciptakan Adam, kemudian ia menciptakan makhluk (yaitu keturunannya) dari tulang punggungnya seraya berfirman : ‘<b>Mereka akan berada di surga</b> sedangkan Aku tidak peduli; dan <b>mereka akan berada di neraka</b>, sedangkan Aku tidak peduli”</i>. Seseorang berkata : “Wahai Rasulullah, lantas atas dasar apa kita beramal ?”. Beliau ﷺ menjawab : “Di atas dasar/pijakan qadar” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/186, Ibnu Hibbaan no. 338, Al-Haakim 1/31, dan yang lainnya; dishahihkan oleh Al-Arna’uth dkk. dalam Takhriij Musnad Al-Imaam Ahmad 29/206].<br /><br />Ya, memang seperti itu. Bahagia dan celaka, neraka dan surga telah ditetapkan oleh Allah ta'ala. Namun kita tidak mengetahuinya. Kewajiban kita hanyalah beramal, karena Allah akan mudahkan kita menuju takdir kita masing-masing.<br /><br /><br />عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: جَاءَ سُرَاقَةُ بْنُ مَالِكِ بْنِ جُعْشُمٍ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَيِّنْ لَنَا دِينَنَا كَأَنَّا خُلِقْنَا الْآنَ، فِيمَا الْعَمَلُ الْيَوْمَ؟ أَفِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ؟ أَمْ فِيمَا نَسْتَقْبِلُ؟ قَالَ: لَا، بَلْ فِيمَا جَفَّتْ بِهِ الْأَقْلَامُ وَجَرَتْ بِهِ الْمَقَادِيرُ، قَالَ: فَفِيمَ الْعَمَلُ، فَقَالَ: اعْمَلُوا، فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ "<br /><br />Dari Jaabir, ia berkata : Suraaqah bin Maalik bin Ju’syum datang dan berkata : “Wahai Rasulullah, berikanlah penjelasan kepada kami tentang agama kami, seakan-akan kami baru diciptakan sekarang. Untuk apakah kita beramal hari ini?. Apakah itu terjadi pada hal-hal yang pena telah kering dan takdir yang berjalan, ataukah untuk yang akan datang?”. Beliau ﷺ menjawab : <i>“Bahkan pada hal-hal yang dengannya pena telah kering dan takdir yang berjalan”</i>. Ia bertanya : “Lalu apa gunanya beramal?”. Beliau ﷺ bersabda : <i>“Beramallah kalian, <b>karena masing-masing dimudahkan (untuk melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya)</b>”</i> [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2648].Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-28913497062913839602017-05-14T15:06:00.514+07:002017-05-14T15:06:00.514+07:00Assalamu'alaikum ustadz, ana ijin tanya,
Ana ...Assalamu'alaikum ustadz, ana ijin tanya,<br /><br />Ana sedang berusaha memahami takdir secara sederhana, dan ana ingin pemahaman ana diluruskan ustadz,<br />ustadz sampaikan bahwa manusia masuk surga/neraka karena perbuatan mereka sendiri, dan perbuatan mereka mengikuti takdir yang telah Allah tetapkan, dengan kata lain manusia masuk surga/neraka pada hakikatnya karena ketetapan Allah ustadz, bukan begitu ustadz? Jadi seperti sebab berantai gitu ya ustadz?Unknownhttps://www.blogger.com/profile/15844110372249906685noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-20560334542177647822017-04-25T21:26:50.944+07:002017-04-25T21:26:50.944+07:00Ya, Anda salah. Anda masih pat gulipat memposisika...Ya, Anda salah. Anda masih pat gulipat memposisikan ikhtiyaar. Saya tidak akan menulis kembali apa yang telah dijelaskan Ustadz Khaalid. Silakan simak sendiri. Dan saya cukup mengenal Ustadz Khaalid dalam masalah ini. <br /><br />Ikhtiyaar hamba itu sudah masuk cakupan takdir Allah. Bahagia dan dan celaka, segala pilihan manusia, sudah ditaqdirkan Allah di Lauh Mahfuudh. Allah tahu seorang manusia akan memilih A diantara dua pilihan A dan B. Manusia diberikan akal sehingga ia dapat berkehendak dan berikhtiyaar. Maka, perkataan Ustadz Khaalid yang antum kutip itu benar. Anda masih bingung ya ?. Ketika ia masuk surga atau neraka, maka itu karena perbuatan yang ia lakukan. Perbuatannya itu atas kehendak dan ikhtiyaarnya. Akan tetapi, kehendak makhluk itu mengikuti kehendak Allah ta'ala.... Paham ?.<br /><br />Coba bandingkan dengan perkataan Ustadz Adi Hidayat, Lc., MA. yang saya kutip di atas. <br /><br />Semoga Allah memberikan petunjuk bagi kita semua....Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-15330720132076518682017-04-24T14:56:58.024+07:002017-04-24T14:56:58.024+07:00ada lagi pak di menit 10:42-10.55 Allah sudah tau ...ada lagi pak di menit 10:42-10.55 Allah sudah tau sekarang siapa penghuni surga siapa penghuni neraka, dari mana? dari pilihan hamba itu sendiri bukan Allah yg paksa dia masuk surga atau masuk neraka<br /><br />pada menit 18.40-18.25 kurang lebih begini: termasuk org meninggal dalam keadaan kafir, dlm keadaan beriman itu pilihan dia, ikhtiyar dia , dia bisa beriman kok dia bisa tidak kafir dia bisa juga kafir, bebas <br /><br />bukankah ini bertentangan dengan artikel diatas yg menyatakan kehendak kita mengikuti kehendak Allah , jadi pilihan kita dari pilihan Allah bukan pilihan kita sendiri , yang bertentangan dgn ust. khalid di menit itu?ajinoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-23408931750441764942017-04-23T20:22:59.480+07:002017-04-23T20:22:59.480+07:00pada menit 6.30-7.28 yg ana tangkap seperti ini: a...pada menit 6.30-7.28 yg ana tangkap seperti ini: allah yg tentukan di lauhul mahfuz apa yang akan dipilih dari perilaku hambanya <br /><br />pada menit 9.46 - 10.03 yg ana tangkap, Allah tentukan tapi disini allah ga paksa kita, salah kalau ada orang bilang saya kan berzina karena allah sudah takdirkan betul dicatat di lauhul mahfuz sebagai ketentuan allah tapi pilihan kamu itu. <br />(ini bukannya bertentangan dengan artikel diatas yang menyatakan kalau hamba bermaksiat sudah takdir dia walaupun kita dilarang berhujjah dengan takdir terhadap kemaksiatan karena kita tidak tau takdir kita, yang ana bahas disini orang yang sudah berzina seperti pernyataan ustad khalid itu)<br /><br />ini kan seakan akan takdir ditetapkan karena kita yang pilih takdir itu dan Allah tau sebelum kita memilihnya , dan Allah tulis 50.000 tahun sebelum makhluk diciptakan , jadi yang pilih kita dan allah tau kita akan pilih itu makanya ditulis sebagai takdir kita, begitu yg ana tangkap dari penjelasan ustad khalid pada menit menit yg ana tulis diatas beda dengan penjelasan artikel diatas.<br /><br />kalau artikel diatas menyatakan pilihan kita mengikuti apa yang allah tetapkan sebelumnya kalau kita sudah berzina ya karena allah yang tetapkan kita berzina<br /><br />bagaimana ya pak?ajinoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-20721147291614362462017-04-22T13:15:40.689+07:002017-04-22T13:15:40.689+07:00Sangat beda mas.... Ada kalimat yang mirip, tapi b...Sangat beda mas.... Ada kalimat yang mirip, tapi beda substansinya antara siang dan malam. Coba Anda renungi apa yang dinamakan taqdir ikhtiyariy dari mulai menit 6.30 - 7.28. Ini pokok yang membedakan. Bedanya antara malam dan siang. <br /><br />Perkataan Ustadz Adi Hidayat sebagiannya sudah saya ambil di atas. Semoga Allah ta'ala memudahkan kita semua untuk <b>belajar</b>.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-24392877911359487962017-04-21T20:05:04.322+07:002017-04-21T20:05:04.322+07:00pak, sepertinya ustad khalid basalamah juga memaha...pak, sepertinya ustad khalid basalamah juga memahami takdir seperti ustad adi hidayat ya pak? di link ini pak : https://www.youtube.com/watch?v=_VJyMrFuiPM<br />apakah ustad khalid bermanhaj salaf? sedangkan rekaman di youtube itu sudah dilihat diatas 100.000 kali, bisakah diberi peringatan kepada kaum muslimin agar tidak keliru memahami takdir?<br /><br /><br />jazakallaahu khairanajinoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-25656166447991537972017-04-17T11:15:48.132+07:002017-04-17T11:15:48.132+07:00Ketika kita diperintahkan beramal, ya beramal saja...Ketika kita diperintahkan beramal, ya beramal saja. Jangan ditanyakan mengapa kita harus beramal, karena Allah ta'ala berfirman:<br /><br />لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ<br /><br /><i>"Dia tidak ditanya tentang perbuatan-Nya, akan tetapi merekalah yang akan ditanya tentang perbuatan mereka"</i> (QS. Al-Anbiyaa’ : 23).<br /><br />Begitu juga dengan doa. Allah memerintahkan doa, maka kita pun berdoa. Hikmah kita berdoa adalah menetapkan harapan dan keimanan kita kepada Allah ta'ala bahwa Ia adalah satu-satunya Dzat yang Berkuasa atas segala sesuatu dan mampu memberikan semua yang diminta oleh hamba-Nya. Meskipun takdir telah ditetapkan, bukankah kita tidak mengetahui apa yang telah ditetapkan untuk kita itu. Sekali lagi:<br /><br /> اعْمَلُوا، فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ<br /><br /><i>“Beramallah kalian, karena masing-masing dimudahkan (untuk melakukan sesuatu yang telah ditakdirkan untuknya)”</i> [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2648].Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-50065558300328975652017-04-11T18:29:31.267+07:002017-04-11T18:29:31.267+07:00Ustad, tolong dikoreksi. Dari penjelasan Ustad, ja...Ustad, tolong dikoreksi. Dari penjelasan Ustad, jadi manusia tetap harus beramal dan berikhtiar karena meski sudah ditetapkan takdirnya,manusia tidak tahu akan takdirnya. Betulkah? Pertanyaan saya kemudian, apa fungsi dari do'a, kita meminta pada Allah, jika semua sudah ditetapkan? Syukran. Mohon pencerahannya, Ustad. Ledi Trialdihttps://www.blogger.com/profile/06741395741003050743noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-10089636799630387142017-04-06T07:03:55.024+07:002017-04-06T07:03:55.024+07:00Ahsanta. Bārakallāhu fīkAhsanta. Bārakallāhu fīkAlmufid.nethttp://www.almufid.netnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-20292272890119164342017-04-05T20:26:06.814+07:002017-04-05T20:26:06.814+07:00@aji,.... pertama, apa yang dituliskan di atas ada...@aji,.... pertama, apa yang dituliskan di atas adalah perkataan para imam kita Ahlus-Sunnah. Mereka menetapkan itu bersamaan pula adanya pengingkaran mereka terhadap paham Qadariyyah di satu sisi dan Jabriyyah di sisi lain. Bahkan, dalil-dalilnya dengan jelas antum dapat baca. Kedua, Jabriyyah menafikkan adanya kehendak dan ikhtiyar manusia. Mereka berpendapat bahwa manusia dipaksa dalam perbuatan-perbuatan mereka, dan mereka tidak mempunyai pilihan. Manusia hanyalah seperti daun yang diterbangkan angin. Ahlus-Sunnah menetapkan kehendak dan ikhtiyaar hamba/manusia. Hanya saja, sebagaimana dijelaskan dalam artikel, kehendak hamba mengikuti kehendak Allah ta'ala. Dan kita tetap diwajibkan untuk beramal, karena takdir Allah adalah sesuatu yang ghaib. Kita dikaruniai akal untuk dapat memilih mana yang baik mana yang tidak baik. <br /><br />Satu hal yang perlu diingat dalam masalah takdir, yaitu firman Allah ta'ala:<br /><br />لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ<br /><br />"Dia tidak ditanya tentang perbuatan-Nya, akan tetapi merekalah yang akan ditanya tentang perbuatan mereka" (QS. Al-Anbiyaa’ : 23).<br /><br />Beriman, dan tetap beramal.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-65373709731371943642017-04-05T19:58:15.716+07:002017-04-05T19:58:15.716+07:00Barokallohu fiikum.. Sesungguhnya kedudukan orang ...Barokallohu fiikum.. Sesungguhnya kedudukan orang yang berilmu, hanya bisa dikenali oleh orang yang berilmu. Jazakallohu khoiron, ustadz. Anonymoushttps://www.blogger.com/profile/17236801884394816445noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-39362412360684828622017-04-05T14:55:23.973+07:002017-04-05T14:55:23.973+07:00Kalau menurut saya, ustadz AH sebaiknya mengajar b...Kalau menurut saya, ustadz AH sebaiknya mengajar bahasa arab saja atau setidaknya siroh.<br /><br />Sebab kalau menyampaikan masalah aqidah dan fiqih kayaknya bukan bidang beliau.<br />Beberapa kali beliau menggunakan ayat Qur'an dengan pendapat beliau sendiri.<br /><br />Wallaahu a'lam.Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-13371243490741625702017-04-05T14:42:44.127+07:002017-04-05T14:42:44.127+07:00mau tanya pak, mengenai ini: Dalil-dalil di atas ...mau tanya pak, mengenai ini: Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa manusia diberikan kehendak sehingga ia dapat berikhtiyaar, namun kehendak manusia tersebut mengikuti kehendak Allah ta’ala dan takdir yang telah ditetapkan sebelumnya.<br /><br />bukannya sama saja dgn Jabbariyah , cuma bahasanya lebih halus? kalau jabbariyah bukannya manusia dipaksa melakukan semua amalan yang telah ditetapkan, sedangkan pembahasan diatas juga demikian cuma bedanya lebih halus penjelasannya , karena kehendak manusia mengikuti kehendak Allah dan takdir yang telah ditetapkan sebelumnya. bukannya pada hakikatnya sama saja? contoh jam 1 nanti fulan ditetapkan makan nasi , kehendak fulan karena kehendak Allah , jam 1 ditetapkan akan makan nasi , bukankah ini aqidah jabbariyah , sama juga dengan penjelasan artikel diatas?<br /><br />syukran pakajinoreply@blogger.com