tag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post4348480339632057192..comments2024-03-24T04:17:07.334+07:00Comments on Abul-Jauzaa Blog - !! كن سلفياً على الجادة: Shahih : ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu Membakar Kaum AtheisUnknownnoreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-68014514261122725782012-09-23T20:32:24.408+07:002012-09-23T20:32:24.408+07:00Coba antum baca :
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/s...Coba antum baca :<br /><br /><a href="http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=104311" rel="nofollow">http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=104311</a>.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-3420967978506539182012-09-23T18:53:31.886+07:002012-09-23T18:53:31.886+07:00Assalamu'alaikum,
to : admin
afwan akhi ... ...Assalamu'alaikum,<br /><br /><b>to : admin</b><br /><br />afwan akhi ... (lagi-lagi) mengganggu waktu antum,<br />ada yang mau saya tanyakan perihal 'Ikrimah, mengenai Jarh (kadzaab) yang di tuduhkan kepada beliau :<br /><br />روى عبد الله بن أحمد بن حنبل في كتاب (العلل ج2 ص 70) تكذيب سعيد بن المسيب لعكرمة عن أبيه أحمد بن حنبل عن إبراهيم بن سعد عن أبيه عن سعيد بن المسيب.<br />وقال محقق كتاب العلل الدكتور وصي الله بن محمد عباس :<br /><b>( إسناده صحيح )</b><br /><br />قال الحافظ يعقوب بن سفيان الفسوي في كتاب (المعرفة والتاريخ ج2 ص5 ، تحقيق أكرم ضياء العمري ) حدثنا عبد العزيز بن عبدالله الأويسي حدثنا ابراهين بن سعد عن أبيه (سعد بن ابراهيم ) عن سعيد بن المسيب أنه كان يقول لبرد مولاه:<br /><b>يا برد لا تكذب على كما كذب عكرمة على ابن عباس </b><br /><b>( رجاله ثقات )</b><br /><br />yang ini saya bingung akhiy :<br />_____مقدمة فتح الباري - ابن حجر_____<br />وقال وهب بن خالد : كان يحيى بن سعيد الأنصاري يكذبه ، وقال إبراهيم بن المنذر عن معن بن عيسى وغيره : كان مالك لا يرى عكرمة ثقة ويأمر أن لا يؤخذ عنه ، وقال الربيع : قال الشافعي : لا أرى لأحد أن يقبل حديث عكرمة<br /><br />sementara dalam at-Tagrib<br />عكرمة أبو عبد الله مولى ابن عباس أصله بربري ثقة ثبت عالم بالتفسير لم يثبت تكذيبه عن ابن عمر ولا تثبت عنه بدعة من الثالثة مات سنة أربع ومائة وقيل بعد ذلك<br /><br />Syukraan katsiir atas penjelasannya,<br /><br />Jazakallahu khairan wa barakallahu fiik.orang awamhttp://www.yahoo.comnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-21396366715376856282011-08-12T08:52:04.450+07:002011-08-12T08:52:04.450+07:00Saya pribadi merasa tidak masalah dengannya, toh d...Saya pribadi merasa tidak masalah dengannya, toh dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah dan Al-Bazzaar menunjukkan bahwa 'Aliy memang membakar kaum Zanadiqah tanpa membuat perincian. Perbedaan lafadh ini kemungkinan disebabkan oleh Abu Bakr bin 'Ayyaasy karea faktor hapalannya. Dan jika kita lihat, dalam sanad Asy-Syaafi'iy, disebutkan Ibnu Hushain, bukan Abu Hushain sebagaimana riwayat jama'ah.<br /><br />Adapun hadits Qabiishah bin Jaabir, maka ia dla'iif - sebagaimana telah saya katakan.<br /><br />Hadits-hadits shahih jelas sekali menunjukkan bahwa 'Aliy memang benar-benar pernah membakar kaum Zanaadiqah.<br /><br />Orang Syi'ah itu - dengan kegemarannya - selalu mempertentangkan riwayat-riwayat yang shahih tanpa mau melakukan usaha penjamakan. Karena kita tahu bahwa usaha penjamakan hanya akan merugikan hasil usahanya.<br /><br />Jika kita lakuan penjamakan, maka itu menunjukkan bahwa pembakaran itu tidak hanya dilakukan sekali. Dan silakan rekan-rekan mencermati keseluruhan riwayat di atas.<br /><br />Adakalanya dilakukan dengan membunuhnya terlebih dahulu baru dibakar, atau dilakukan dengan dibakar (dalam pembunuhannya). Semuanya itu shahih dan terekam dalam sejarah.<br /><br />Kedua cara tersebut adalah hal yang terlarang dalam Islam. Aneh sekali orang Syi'ah itu membela bahwa kalau dibunuh terlebih dahulu baru kemudian dibakar adalah boleh. Subhaanallaah, fitrah Islam pun mengingkari hal ini. Karena Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam hadits lain telah melarang pembunuhan secara sabr, yaitu dengan mencabik-cabik jasad. Apakah mencabik-cabik jenazah itu lebih mudah dan enteng daripada membakar jasad ?. <br /><br />Jika orang Syi'ah itu membolehkan, ya itu hanyalah kilahnya saja....<br /><br />Adapun perkataan orang Syi'ah itu :<br /><br /><i>"Perkataan di atas disebutkan oleh salah seorang salafy dan ini adalah perkataan dusta. Ada dua kedustaan, pertama <b>Syiah yang kami ketahui [jika yang ia maksud Syiah adalah Syiah Imamiyah, Zaidiyah dan Ismailiyah] tidak pernah mencintai Ahlul Bait sampai ke taraf menuhankan mereka</b>. Kedustaan kedua ia mengatakan bahwa Imam Ali telah membakar Syiah yang menuhankan mereka seperti dalam riwayat shahih maka ini sangat jelas kedustaannya"</i>.<br /><br />Pertama, sungguh kerdil pengetahuannya tentang Syi'ah. Ya lain kali kita akan tunjukkan bagaimana kaum Syi'ah menuhankan Ahlul-Bait (dan sebenarnya dalam artikel blog ini sudah banyak ditunjukkan). Dan kedua bahwa dusta yang dibakar adalah orang Syi'ah, maka dia lah yang berpura-pura bodoh karena kecintaan akut atas agama Syi'ah nya yang rusak. Dalam kitab-kitab sejarah sudah banyak dijelaskan tentang siapakah yang dibakar oleh 'Aliy. Atau mungkin anggapannya, agama Syi'ah itu bukan agama Zindiq ?. Kalau dia orang Syi'ah, ya wajar kalau tidak mengakuinya. Pengakuannya hanya akan merugikan agama kaumnya saja.....Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-29527173233860486912011-08-12T07:27:47.237+07:002011-08-12T07:27:47.237+07:00Ada lagi tanggapan ngawur atas revisi artikel di a...Ada lagi tanggapan ngawur atas revisi artikel di atas. Bantahan iu berkisar pada anggapan bahwa saya telah melakukan kedustaan tentang peristiwa pembakaran kaum zanadiqah. Kalau kita tanya, dimana sih letak kedustaan saya ? Jangan berkhayal jika memang tidak bisa berlogika sehat.<br /><br />Pokok bantahan itu hanyalah pembelaannya bahwa 'Aliy membunuh dulu kaum Zanaadiqah, baru kemudian membakarnya.<br /><br />Kalau kita melihat beberapa riwayat di atas, maka dapat kita lihat bahwa 'Aliy membakar kaum Zanadiqah adalah shahih --- padahal dulu orang Syi'ah Raafidlah ini mati-matian menolaknya.<br /><br />Riwayat 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbaas itu shahih dan sanadnya muttashil. Itu bisa ditunjukkan pada sanad lain yang juga saya bawakan (Asy-Syaafi’iy dalam Al-Musnad no. 1616 dan Ibnu Abi Syaibah 7/655) bahwa 'Ikrimah mendapatkan riwayat tersebut dari Ibnu 'Abbaas. Oleh karena itu, perkataan 'Aliy bin Abi Thaalib : <i>"Benarlah Ibnu ‘Abbas"</i> adalah muttasil alias bersambung. 'Ikrimah mendapat riwayat tersebut dari Ibnu 'Abbaas. Tidak ada masalah jika orang Syi'ah itu menolaknya, karena memang sudah tabiatnya.<br /><br />Kemudian tentang riwayat 'Ubaid bin Nisthaas. Ia menolak deengan logika yang amat dipaksakan, karena ia tahu bahwa sebenarnya ia tidak punya hujjah untuk itu. Hadits mu'an'an tetap dihukumi muttashil apabila si perawi bukan mudallis, tidak ada perkataan ahli hadits yang menunjukkan adanya keterputusan, dan keduanya memungkinkan untuk bertemu. Logika sederhananya bagi mereka yang telah belajar thabaqah perawi,.... 'Ubaid bin Nisthaas ini termasuk <b>thabaqah ketiga</b> (kalangan tabi'iy pertengahan). Thabaqah ini adalah thabaqah yang <b>sangat memungkinkan</b> untuk meriwayatkan dari generasi 'Aliy bin Abi Thaalib (thabaqah satu). Lantas apa yang musykil ?. Belajar dulu ilmu thabaqah perawi bung, dan tanya-tanya kalau tidak paham. <br /><br />Al-Mizziy menyebutkan beberapa perawi di thabaqah ketiga yang meriwayatkan dari 'Aliy, di antaranya : Asmaa' bintu Al-Hakam Al-Fazaariy, Hayyaan bin Hushain, 'Abdurrahmaan bin Qais Al-Hanafiy, Yahyaa bin Al-Jazaar, dan yang lainnya. Jika itu memungkikan bagi mereka, lantas, atas dasar apa orang Raafidliy itu mengeluarkan 'Ubaid bin Nisthaas dari kemungkinan ini ?. Jawabannya tidak ada. Pendek kata, riwayat 'Ubaid bin Nisthaas ini adalah <b>shahih</b>. Adapun keraguan perawi apakah 'Aliy menempatkannya di masjid atau di penjara, maka itu sama sekali tidak memudlaratkan riwayatnya secara keseluruhan.<br /><br />Tentang riwayat Suwaid,.... orang Raafidliy tersebut membawakan riwayat lain dari Ad-Daarimiy dalam Ar-Radd no. 193 dan Asy-Syaafi'iy dalam Al-Umm 7/192 bahwasannya 'Aliy membunuh terlebih dahulu baru kemudian membakarnya. Sedangkan dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah 10/141 & 12/391-392 disebutkan secara mutlak bahwa 'Aliy bin Abi Thaalib membakar kaum Zanaadiqah. Sudah saya tuliskan bahwa beberapa mutaba'ah untuk Ibnu Abi Syaibah dalam periwayatannya dari Abu Bakr bin 'Ayyaasy, yaitu Khalaad bin Aslam sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bazzaar dan Yahyaa bin 'Abdil Hamiid sebagaimana diriwayatkan oleh Ad-Daarimiy dalam Ar-Radd ‘alal-Jahmiyyah no. 384, dan Asy-Syaafi’iy sebagaimana dalam Al-Umm 7/200.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-54138503580039487082010-06-09T13:26:58.309+07:002010-06-09T13:26:58.309+07:00Tentang kritikannya terhadap 'Ubaid bin Nistha...Tentang kritikannya terhadap 'Ubaid bin Nisthaas, ini lebih mengada-ada. Ia mengatakan bahwa 'Ubad ini tidak melihat peristiwa pembakaran itu. Lagi-lagi, bagaimana ia bisa menyimpulkan hal itu ? dengan peramalan ? Anaknya yang bernama 'Abdurrahman adalah perawi yang menerima hadits dari Asy-Sya'biy, sedangkan Asy-Sya'biy ini menerima hadits dari 'Aliy bin Abi Thaalib (meskipun hanya satu hadits), 'Abdullah bin 'Abbaas, dan yang lainnya dari kalangan shahabat besar. Di sini dapat dipahami bahwa 'Abdurrahmaan adalah ashhaab dari Asy-Sya'biy. Sama halnya dengan ayahnya. Bukanlah satu hal yang berlebihan jika 'Ubaid bin Nisthaas ini <b>minimal</b> aqraan dari Asy-Sya'biy. Lebih-lebih, 'Ubaid menerima riwayat dari shahabat Al-Mughiiirah bin Syu'bah radliyallaahu 'anhu, sedangkan anaknya sendiri masih menerima riwayat Anas bin Maalik dan Ibnu Abi Aufaa, sebagaimana dikatakan Ibnu Hibbaan dalam Ats-Tsiqaat (5/104).<br /><br />Maka, <b>sangat-sangat memungkinkan</b> jika 'Ubaid ini menyaksikan peristiwa pembakaran itu, mengingat ia juga tinggal di Kuffah, sama seperti 'Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu 'anhu.<br /><br />Tidak ada pernyataan satu ulama pun yang memursalkan hadits 'Ubaid dari 'Aliy, atau minimal mengisyaratkannya. Maka, riwayatnya dihukumi muttashil. Beda halnya dengan kasus Maalik Ad-Daar yang telah lalu, karena Al-Khaliiliy telah mengisyaratkan para ulama berbeda pendapat bersambung tidaknya riwayat Abu Shaalih dengan Maalik Ad-Daar.<br /><br />Terakhir, adanya perbedaan lafadh tentang siapa yang dibakar 'Aliy, tapi riwayat-riwayat itu bersatu dalam penegasan bahwa 'Aliy memang pernah membakar orang-orang yang ia anggap melakukan kesyirikan. Dikuatkan lagi dalam pernyataan ahli sejarah tentang hal itu, baik dari kalangan Ahlus-Sunnah maupun Syi'ah. Juga beberapa hadits lemah yang dapat menguatkannya. Selebihnya,(tentang siapa yang dibakar), maka ini dapat dilakukan tarjih atau penjamakan sebagaimana dilakukan Ibnu Hajar dalam Fathul-Baariy.<br /><br />Itu saja komentar singkat saya. Wallaahu a'lam bish-shawwaab.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-78975656080888278022010-06-09T13:26:38.920+07:002010-06-09T13:26:38.920+07:00Ada bantahan pada artikel ini. Tapi kalau dibaca s...Ada bantahan pada artikel ini. Tapi kalau dibaca sebenarnya penyakitnya cuma satu, yaitu keyakinan : <i><b>Beliau adalah pribadi yang selalu dalam kebenaran, beliau adalah Ahlul Bait yang menjadi pedoman bagi umat agar tidak tersesat dan selalu bersama Al Qur’an tidak berpisah sampai kembali kepada Rasulullah SAW di Al Haudh</b></i>.<br /><br />Oleh karena itu, hujjah apapun yang menunjukkan kekeliruan 'Aliy bin Abi Thaalib akan ditolak, bahkan dengan cara yang paling lucu sekalipun.<br /><br />Perkataannya bahwa hadits Ibnu 'Abbas yang berasal dari 'Ikrimah adalah mursal karena anggapan bahwa 'Ikrimah tidak bertemu dengan 'Aliy adalah mengada-ada. Telah disebutkan di atas dalam riwayat Asy-Syaafi'iy bahwa yang menyatakan 'Aliy membakar orang-orang zindiq bukan dari 'Ikrimah, tapi ada orang yang menyampaikan kepada Ibnu 'Abbaas. Apalagi 'Ikrimah punya mutaba'ah dari Anas yang memang haditsnya bisa dijadikan penguat. Lucunya, rekan Rafidlah itu menegaskan bahwa Anas tidak menyaksikan peristiwa pembakara itu. Darimana ia bisa berkesimpulan ? Aneh sekali. <br /><br />Dari sini saja sudah tampak akan tsabitnya khabar pembakaran tersebut. <br /><br />Pembenaran 'Aliy setelah sampainya pengingkaran Ibnu 'Abbas pun sangat bisa terpahami dari hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidziy. Lucunya (lagi), ia mempertentangkan antara kalimat <i>shadaqa Ibn 'Abbaas</i> dengan <i>waiha Ibn 'Abbas</i> dengan alasan yang lagi-lagi mengada-ada. Padahal tidak ada pertentangan antara dua kalimat tersebut dalam bahasa 'Arab. Penafsirannya bahwa <i>waiha Ibn 'Abbas</i> merupakan pengingkaran 'Aliy terhadap Ibnu 'Abbaas adalah karena 'aqidahnya yang menyatakan : <i>'Aliy tidak mungkin keliru</i>. Tidak lebih dari ini. Perkataannya yang mengatakan lafadh At-Tirmidziy adalah syaadz adalah dikarenakan ia tidak paham ilmu mushthalah, tidak paham bahasa 'Arab, plus keyakinan ghulluw-nya terhadap 'Aliy. Antara kata <i>shadaqa Ibn 'Abbaas</i> dan <i>waiha Ibn 'Abbaas</i> bukanlah satu kata yang saling bertentangan. Sudah saya sertakan referensinya, tinggal dibuka. Oleh karena itu, ini bukan katagori syaadz. Dan tidak ada satu pun ulama mengatakan hadits itu syaadz kecuali rekan Raafidliy itu. Justru perkataannya itu lah yang syaadz (atau bahkan munkar) karena menyelisihi para ulama ahli hadits. Silakan baca penjelasan Ibnu Shalah yang berkaitan dengan hadits syaadz ini.<br /><br />Kritikannya terhadap riwayat Suwaid bin Ghafalah yang ia lakukan pun sangat-sangat tidak mengena. Ia mengkritik rawi Abu Bakr bin 'Ayyaasy karena ada masalah pada hapalannya. Memang benar, itu pun telah saya sebutkan. Tapi ingat, ia merupakan perawi yang dipakai oleh Bukhaari dan Muslim dalam Shahih-nya. Al-Bukhaariy (dalam Shahih-nya) mengambil riwayatnya melalui perantaraan Ibnu Abi Syaibah. Selain itu, dapat kita lihat bahwa pertemuan antara Abu Bakr bin 'Ayyaasy dengan 'Utsmaan bin 'Aashim adalah sebelum Abu Bakr bin 'Ayyaasy berubah hapalannya (perhatikan tahun kelahiran dan kematian pada foot note 1). Maka, riwayatnya ini sangat layak untuk dikatakan hasan. Ditambah lagi, riwayat tentang pembakarannya ini juga diikuti oleh riwayat-riwayat lainnya. Bagaimana bisa ia mendla'ifkan riwayat ini ?Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-77537041368153588712010-06-06T20:22:37.989+07:002010-06-06T20:22:37.989+07:00Si secondprince kembali membantah tuliasn antum in...Si secondprince kembali membantah tuliasn antum ini. Tapi lihatlah bagaimana lemahnya bantahannya bahkan lebih lemah dari sarang laba-laba...:DAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-41952937191251819982010-05-31T10:49:53.887+07:002010-05-31T10:49:53.887+07:00subhanalloh...akhirnya keluar jg jurus simpanan an...subhanalloh...akhirnya keluar jg jurus simpanan antum ust, tuk membantah si 'pencari kebenaran'.<br /><br />Baarokallohu fiikAnonymousnoreply@blogger.com