17 November 2013

Pandangan (Inshaaf) Asy-Syaikh Muhammad bin Shaalih Al-‘Utsaimiin terhadap Sayyid Quthb rahimahumallah

Pertanyaan :
سيد قطب : رجل ظهر على العالم الإسلامي بفكر، واختلفوا فيه الناس بين ممجد وقادح قدحاً شديداً جداً، فنود أن يبين شيخنا لنا بيان وافي عن هذا الموضوع، وكيف يكون موقف المسلم نحو الرجل؛ لأن سيداً له أثر في العالم الإسلامي، وله آثار من كتب ومؤلفات فنريد بياناً من فضيلتكم؟
“Sayyid Quthb, seorang yang telah dikenal di dunia Islam dengan pemikirannya, maka orang-orang berselisih pendapat tentangnya. Ada yang meninggikan dan memuliakannya, ada pula yang mencelanya dengan sangat keras. Kami menginginkan agar Anda, wahai syaikh kami, untuk memberikan penjelasan yang memadai kepada kami tentang permasalahan ini. Dan bagaimanakah seharusnya sikap seorang muslim terhadap orang ini, karena Sayyid (Quthb) mempunyai pengaruh (yang besar) di dunia Islam. Selain itu ia juga mempunyai peninggalan berbagai tulisan/buku. Oleh karena itu, kami mohon kemurahan Anda untuk memberikan penjelasannya”.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shaalih Al-‘Utsamiin rahimahullah menjawab :
أولاً بارك الله فيكم! لا أرى أن يكون النزاع والخصومة بين الشباب المسلم في رجل معين، لا سيد قطب ولا غير سيد قطب ، بل النزاع يكون في الحكم الشرعي، فمثلاً: نعرض قول من الأقوال لـ قطب أو لغير قطب ، ونقول: هل هذا القول حق أو باطل؟ ثم نمحصه إن كان حقاً قبلناه وإن كان باطلاً رددناه، أما أن تكون الخصومة والنزاع بين الشباب، والأخذ والرد في رجل معين فهذا غلط وخطأ عظيم.
فـ سيد قطب ليس معصوماً، ومَن فوقه من العلماء ليسوا معصومين، ومَن دونه من العلماء ليسوا معصومين، وكل أحد يؤخذ من قوله ويترك إلا من ؟ إلا رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم، فيجب قبول قوله على كل حال.
فلذلك أنا أنهى الشباب أن يكون مدار نزاعهم وخصوماتهم على شخص معين أياً كان؛لأنه إذا كانت الخصومات على هذا النحو فربما يُبْطل الخصم حقاً قاله هذا الشخص، وربما يَنْصُر باطلاً قاله هذا الشخص، وهذا خطر عظيم؛ ليش ؟ لأنه إذا تعصب الإنسان للشخص وتعصب آخر ضده، فالذي يتعصب ضده سوف يقول عنه ما لم يقله، أو يؤول كلامه، أو ما أشبه ذلك، والثاني ربما يُنْكِر عنه ما قاله، أو يوجه ما قاله من الباطل.
“Pertama, semoga Allah memberikan barakah kepada kalian, aku tidak berpandangan bahwa perselisihan dan perdebatan di antara pemuda muslim itu diperbolehkan untuk terjadi hanya dengan sebab seseorang, baik Sayyid Quthb maupun selain Sayyid Quthb. Akan tetapi perselisihan itu semestinya terjadi terkait hukum syar’iy. Misalnya : Kita membawakan satu perkataan di antara perkataan-perkataan Sayyid Quthb atau selain Sayyid Quthb, dan kemudian kita berkata : ‘Apakah perkataan ini benar ataukah salah ?’. Kemudian kita menganalisisnya. Jika ia benar, maka kita terima, dan (sebaliknya) jika baathil/keliru, maka kita menolaknya. Adapun perdebatan, perselisihan, penerimaan, dan penolakan yang terjadi di antara pemuda (muslim) tentang orang tertentu, maka ini kekeliruan yang besar.
Sayyid Quthb bukan orang yang ma’shum. Begitu juga orang-orang yang lebih tinggi dan yang lebih rendah darinya dari kalangan ulama juga bukan ma’shum. Setiap orang dapat diambil dan ditinggalkan perkataannya kecuali siapa ?. Kecuali Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa sallam yang wajib diterima perkataannya dalam setiap keadaan.
Oleh karena itu, aku melarang para pemuda menjadikan pokok perselisihan dan perdebatan mereka atas orang tertentu, siapapun dia. Hal itu dikarenakan bila perdebatan didasarkan atas hal semacam ini, maka boleh jadi pendebat akan membatalkan kebenaran yang dikatakan oleh orang tersebut, dan boleh jadi (sebaliknya) ia menolong kebathilan yang dikatakan oleh orang tersebut. Ini bahaya yang sangat besar. Kenapa ?. Karena bila seseorang fanatik (ta’ashub) pada individu tertentu, dan orang lain juga fanatik dengan lawan individu pertama; maka orang yang fanatik pada lawan individu pertama (kemungkinan) akan mengatakan tentangnya sesuatu yang tidak dikatakannya, atau menta’wil perkataannya (secara tidak benar), atau yang semacam itu. Sedangkan orang kedua boleh jadi mengingkari apa yang dikatakannya atau memalingkan apa yang dikatakannya dari kebathilan.
فأنا أقول: لا نتكلم في الأشخاص، ولا نتعصب لأشخاص، و سيد قطب انتقل من دار العمل إلى دار الجزاء، والله تعالى حسيبه، وكذلك غيره من أهل العلم.
أما الحق فيجب قبوله سواء جاء من سيد قطب أو من غيره، والباطل يجب رده سواء كان من سيد قطب أو من غيره، ويجب التحذير من أي باطل كُتِب أو سُمِع سواء من هذا أو من هذا، من أي إنسان.
هذه نصيحتي لإخواننا، ولا ينبغي أن يكون الحديث والمخاصمة والأخذ والرد في شخص بعينه.
“Maka aku katakan : Janganlah kita berbicara tentang orang-orang tertentu dan jangan pula kita fanatik kepada orang-orang tertentu. Sayyid Quthb telah meninggal dunia, dan Allah ta’ala yang akan menghisabnya. Begitu pula yang berlaku atas selain dirinya dari kalangan ulama.
Adapun kebenaran, maka wajib untuk diterima, baik berasal dari Sayyid Quthb atau selainnya. Dan (sebaliknya) kebathilan wajib untuk ditolak, baik berasal dari Sayyid Quthb atau selainnya. Dan wajib pula untuk mentahdziir kebathilan apapun yang tertulis atau terdengar, baik yang berasal dari ini ataupun itu, siapapun orangnya.
Inilah nasihatku bagi saudara-saudara kami. Tidak selayaknya pembicaraan, perdebatan, penerimaan, dan penolakan didasarkan pada orang tertentu.
Pertanyaan :
ما رأيكم في آثاره ؟ 
“Bagaimana pendapat Anda tentang karya-karyanya (Sayyid Quthb) ?”.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shaalih Al-‘Utsamiin rahimahullah menjawab :
أما سيد قطب فرأيي في آثاره أنه مثل غيره، فيه حق وباطل، ليس أحد معصوماً، ولكن ليست آثاره مثلاً كآثار الشيخ محمد ناصر الدين الألباني مثلا فبينهما كما بين السماء والأرض، فآثار الرجل الأول هي عبارة عن أشياء أدبية وثقافية عامة، وليس عنده كما عند الشيخ الألباني في التحقيق والعلم.
ولذلك أنا أرى أن الحق يؤخذ من كل إنسان، والباطل يُرَد من كل إنسان، وأنه لا ينبغي لنا بل ولا يجوز لنا أن نجعل مدار الخصومة والنزاع والتفرق والائتلاف هو أسماء الرجال , نعم.
“Tentang Sayyid Quthb, pendapatku terkait karya-karyanya adalah seperti pendapatku terhadap selain dirinya. Padanya ada kebenaran dan juga kekeliruan. Tidak ada seorang pun yang ma’shuum. Akan tetapi, karya-karyanya tidaklah seperti karya-karya Asy-Syaikh Muhammad Naashiruddiin Al-Albaani misalnya. Kedudukan keduanya seperti langit dan bumi. Karya-karya orang pertama (yaitu Sayyid Quthb) lebih condong pada bidang kesastraan dan kebudayaan umum. Tidak ada padanya seperti yang ada pada Asy-Syaikh Al-Albaaniy dalam hal tahqiiq dan ilmu.
Maka dari itu, aku berpandangan kebenaran diambil dari setiap orang dan kebathilan pun ditolak dari setiap orang. Tidak selayaknya bagi kita dan bahkan tidak diperbolehkan bagi kita menjadikan pokok perdebatan, perselisihan, perpecahan, dan persatuan adalah nama-nama orang tertentu. Na’am
[selesai – diterjemahkan dari pertemuan terbuka Asy-Syaikh Muhammad bin Shaalih Al-‘Utsaimiin rahimahullah kaset no. 130 side A yang transkripnya ada di sini atau di sini].
Semoga ada manfaatnya.

[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor – 14011435/17112013 – 22:00 – bacaan terkait : Antara Kedhaliman dan Pelurusan : Sayyid Quthb].

11 komentar:

  1. Sungguh jawaban yg sangat pas atas pertanyaan dan mengena dengan permasalahan

    BalasHapus
  2. Saya sering menemukan artikel yang menenangkan pikiran spt ini di blog ustadz abil jauzaa'.. jazaakallohu khoiro

    BalasHapus
  3. MasyaAllah.. untaian jawaban yang indah dilandasi ilmu dari ulama yang bermanhaj lurus. Syukron ustadz.

    BalasHapus
  4. Ustadz, boleh gak kalo kita menjadikan timbangan benci dan cinta kita kpd seseorang dengan timbangan sahabat radliyallaahu ‘anhum ? Maksudnya, kita berkata " siapa saja yg mencela, membenci sahabat, maka kita benci dengan orang tersebut, kita hajr, kita berlepas diri, bahkan kita tahdzir, atau siapa yg mencintai, memuji para sahabat maka kita bersama dlm barisannya." .Mohon jawabannya ya ustadz.. Ane nyoba nyari2 belum ketemu juga euy..

    BalasHapus
  5. Afwan Ustadz, kenapa harus menampilkan foto tokohnya segala? Ana rasa gambar pemandangan lebih bagus. Barakallahu fiik.

    BalasHapus
  6. Allahul musta'an. Si Abul Jauzaa ini sangat aktif membela para tokoh menyimpang. Lebih baik ente diam daripada jadi setan yang bikin kabur kebenaran. Semoga Allah tidak memperbanyak manusia seperti dirimu. Amin.

    BalasHapus
  7. Anonim 19 November 2013 05.26, boleh, karena para shahabat adalah golongan yang wajib untuk dicintai berdasarkan nash. Tapi tentunya harus dilihat dulu orangnya, karena ada orang bodoh yang mesti diajari, ada pula orang yang pintar yang umat mesti diperingatkan akan kesalahannya dan menjauhinya.

    -----

    @Fadhl Ihsan,... karena mubah, dan sebagai penguat ilustrasi tulisan.

    -----

    @Anonim 28 November 2013 10.40,..... bilang saja Anda tidak menyukai penjelasan Asy-Syaikh Muhammad bin Shaalih Al-'Utsaimiin rahimahullah. Saya hanya menterjemahkan.

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah, stadz abul jauzaa ini sangat aktif menyampaikan perkataan dan pandangan2 ulama.. Alangkah baiknya kalau antum bisa lebih produktif lagi dan menukil lebih banyak lagi pandangan2 ulama ahlus sunnah sehingga kebenaran semakin nampak.. Semoga Allah memperbanyak rang seperti antum.. Amin..
    barakallahu fiik..

    BalasHapus
  9. Ini baru ulama , Lurus manhaj, aqidah, dan bersih mulutnya dari kekotoran terhadap orang yang menyelisihinya. Berbuat adil kepada lawan atau pun kawan. Tidak seperti orang2 belakangan. Sukanya mengkafirkan dan mentahdzir, yang pada akhirnya pun kena tahdzir juga oleh sesamanya.

    BalasHapus
  10. Kalau begitu mungkin kabar bahwa Syaikh Bin Baz sempat mendoakan Sayyid Quthb itu benar ya..

    Dalam kabar itu disebutkan kalau Syaikh Bin Baz sempat mengajak Sayyid Quthb rujuk, tapi ternyata surat Syaikh Bin Baz terlambat kehadirannya sampai Sayyid Quthb dihukum mati oleh Aparat setempat.

    Oleh karena itu Sayyid Quthb (dalam kabar itu) meninggal dalam keadaan masih memiliki pemikiran rancu (masih awam). Dan Syaikh Bin Baz mendoakan ampunan untuknya karena Sayyid Quthb bagaimanapun juga tetaplah orang yang berusaha membela Islam.

    Meskipun cara dan pokok pemikirannya sangatlah salah.

    BalasHapus