tag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post6606769962934422794..comments2024-03-24T04:17:07.334+07:00Comments on Abul-Jauzaa Blog - !! كن سلفياً على الجادة: QS. An-Nisaa’ Ayat 65 Sebagai Dalil Pengkafiran Orang yang Berhukum dengan Selain yang Diturunkan Allah ?Unknownnoreply@blogger.comBlogger49125tag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-74018280959004091112019-11-15T20:12:03.951+07:002019-11-15T20:12:03.951+07:00Di mana Allah ?Di mana Allah ?Arrojuluhttps://www.blogger.com/profile/00006641040654050015noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-65267086646233899812018-01-27T08:53:21.036+07:002018-01-27T08:53:21.036+07:00Mohon dijelaskan lagi Ustadz. Kenapa penolakan sah...Mohon dijelaskan lagi Ustadz. Kenapa penolakan sahabat terhadap perintah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bukan kekafiran? Kan dia mengingkari dengan perbuatan. <br /><br />Dan apa bedanya dengan kufur istikbaar? http://abul-jauzaa.blogspot.co.id/2013/01/macam-macam-kekufuran.html<br /><br />Yang semakna dengan kufur ini adalah kufur istikbaar menurut pembagian Ibnul-Qayyim rahimahullah, karena definisi istikbaar adalah :<br />الامتناع عن قبول الحقِّ معاندة وتكَبُّراً<br />“Penolakan untuk menerima kebenaran dengan penentangan dan kesombongan (takabbur)” [Tahdziibul-Lughah, 4/3091].Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-64934057482029969262015-06-03T05:15:55.060+07:002015-06-03T05:15:55.060+07:00Maka perkara tidak berhukum dengan hukum Allah bar...Maka perkara tidak berhukum dengan hukum Allah baru bisa dinilai kufur akbar ataupun kufur ashgar setelah diperhatikan sholat lima waktu berjama'ahnya.<br /><br />Jika dirinya tidak tampak sholat lima waktu berjama'ah maka sudah dapat dipastikan bahwa dirinya kufur akbar, tanpa perlu dirinci lagi.<br /><br />Lain halnya dengan orang yg berhukum dengan hukum Allah namun tidak tampak sholat lima waktu berjama'ah, maka yg diperhatikan adalah ketika disebutkan nama Allah (yakni disebutkan tentang kerasnya azab Allah) kepadanya.<br /><br />Jika hatinya bergetar karena takut kepada Allah, maka itu tandanya masih ada imannya. Dan jika dirinya biasa saja ketika disebut nama Allah dan tidak tampak takut akan azab Allah, maka dapat dipastikan bahwa dirinya telah kufur akbar. Sebagaimana yg dikatakan oleh Syaikhul Islam dan Ibnul Qoyyim:<br /><br />''Tidaklah semua yg melakukan cabang keimanan disebut beriman sampai melakukan pokok dan hakikat keimanan.''<br /><br />Wallohu a'lamErizal bin Katabhttps://www.blogger.com/profile/07277638618220448717noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-27968277686147973332015-06-03T03:32:31.398+07:002015-06-03T03:32:31.398+07:00Perkara sholat ini sangat penting untuk diperhatik...Perkara sholat ini sangat penting untuk diperhatikan, sebagaimana hadits yg antum bawakan tentang karakter orang khowarij yg tidak dibunuh lantaran amalan lahirnya (yakni sholat). Sedangkan perkara hati diserahkan kepada Allah.<br /><br />Khaalid bin Waliid berkata : “Wahai Rasulullah, tidakkah aku penggal saja leher orang itu ?”. Beliau bersabda : “Jangan, barangkali ia masih mengerjakan shalat”. Khaalid berkata : “Betapa banyak orang yang melakukan shalat berkata dengan lisannya apa-apa yang tidak ada dalam hatinya ?”. Rasululah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya aku tidak diperintahkan untuk menyelidiki hati-hati manusia dan membelah perut-perut mereka”.<br /><br />Dalam hadits ini jelas bahwa perkara sholat adalah perkara lahir, sehingga berprasangka buruk (yakni menganggap munafik) kepada orang yg tidak menampakkan sholat adalah perkara yg telah dicontohkan oleh salafus sholeh.<br /><br />Maka alangkah aneh ketika sebagian ikhwan malah berprasangka baik kepada seorang presiden yg tidak menampakkan sholat lima waktu berjama'ah, dan tetap menganggapnya sebagai seorang pemimpin (Ulil Amri). Padahal tiada seorangpun salafus sholeh yg pernah berprasangka baik kepada orang yg tidak menampakkan sholat berjama'ah di Masjid.<br /><br />Mengenai hujjah belum tegak, maka alasan ini tidak bisa diterima, karena barangsiapa yg telah sampai padanya al-Qur'an maka itu tandanya hujjah telah tegak kepadanya. Sehingga uzur jahil tidak bisa diterapkan kepada orang yg tidak menampakkan sholat lima waktu berjama'ah.<br /><br />Wallohu a'lamErizal bin Katabhttps://www.blogger.com/profile/07277638618220448717noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-3592953518061963592015-06-03T03:25:38.278+07:002015-06-03T03:25:38.278+07:00Perkara sholat ini sangat penting untuk diperhatik...Perkara sholat ini sangat penting untuk diperhatikan, sebagaimana hadits yg antum bawakan tentang karakter orang khowarij yg tidak dibunuh lantaran amalan lahirnya (yakni sholat). Sedangkan perkara hati diserahkan kepada Allah.<br /><br />Khaalid bin Waliid berkata : “Wahai Rasulullah, tidakkah aku penggal saja leher orang itu ?”. Beliau bersabda : “Jangan, barangkali ia masih mengerjakan shalat”. Khaalid berkata : “Betapa banyak orang yang melakukan shalat berkata dengan lisannya apa-apa yang tidak ada dalam hatinya ?”. Rasululah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya aku tidak diperintahkan untuk menyelidiki hati-hati manusia dan membelah perut-perut mereka”.<br /><br />Dalam hadits ini jelas bahwa perkara sholat adalah perkara lahir, sehingga berprasangka buruk (yakni menganggap munafik) kepada orang yg tidak menampakkan sholat adalah perkara yg telah dicontohkan oleh salafus sholeh.<br /><br />Maka alangkah aneh ketika sebagian ikhwan malah berprasangka baik kepada seorang presiden yg tidak menampakkan sholat lima waktu berjama'ah, dan tetap menganggapnya sebagai seorang pemimpin (Ulil Amri). Padahal tiada seorangpun salafus sholeh yg pernah berprasangka baik kepada orang yg tidak menampakkan sholat berjama'ah di Masjid.<br /><br />Mengenai hujjah belum tegak, maka alasan ini tidak bisa diterima, karena barangsiapa yg telah sampai padanya al-Qur'an maka itu tandanya hujjah telah tegak kepadanya. Sehingga uzur jahil tidak bisa diterapkan kepada orang yg tidak menampakkan sholat lima waktu berjama'ah.<br /><br />Wallohu a'lamErizal bin Katabhttps://www.blogger.com/profile/07277638618220448717noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-34271866628250576802015-04-21T15:14:35.928+07:002015-04-21T15:14:35.928+07:00Afwan, izinkan ana ikut muzakaroh ini.
Kaedah pen...Afwan, izinkan ana ikut muzakaroh ini.<br /><br />Kaedah penting yang perlu diperhatikan sebagaimana dibawakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam Al Iqtidho’ dan juga Ibnul Qoyyim dalam kitab Ash Sholah: <br /><br />“Tidaklah semua yang melakukan salah satu cabang kekufuran adalah kafir mutlak sampai dia mengerjakan hakekat kekufuran. Begitu pula, tidaklah semua yang melakukan salah satu cabang keimanan dikatakan beriman sampai melakukan pokok dan hakekat keimanan.”<br /><br />Seorang Presiden bisa dikatakan beriman jika dirinya telah menampakkan pokok dan hakikat keimanan. Salah satu pokok keimanan adalah sholat lima waktu berjama'ah.<br /><br />Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda,<br /><br />“Sungguh akan ada pemimpin-pemimpin yang<br />kalian kenal (kebaikan mereka, -pen.) dan kalian<br />ingkari (kemaksiatan mereka, -pen.). Barang siapa mengingkari kemaksiatannya, dia terlepas<br />dari tanggung jawab; dan barang siapa membencinya, dia selamat, tetapi (yang berdosa adalah) mereka yang ridha dan ikut.” Sahabat bertanya, “Bolehkah kami memerangi mereka?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak boleh, selama mereka mengerjakan shalat lima waktu bersama kalian.”<br />(HR. Ahmad. Shohih).<br /><br />Sedangkan hakikat keimanan adalah hati yg bergetar ketika dibacakan ayat-ayat Allah, khususnya ketika dibacakan ayat tentang azab Allah.<br /><br />“Orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka. Dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” (QS. Al-Anfal: 2). <br /><br />az-Zajaj mengatakan, “Maksudnya, apabila disebutkan tentang kebesaran dan kekuasaan-Nya dan ancaman hukuman yang akan ditimpakan kepada orang-orang yang durhaka<br />kepada-Nya maka hati mereka pun merasa takut.” (lihat Zaadul Masir, hal. 540).<br /><br />Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma berkata,<br /><br />“Orang-orang munafik itu tidak pernah sedikit pun meresap dzikir kepada Allah ke dalam hatinya pada saat mereka melakukan amal-amal yang diwajibkan-Nya. Mereka sama sekali tidak mengimani ayat-ayat Allah. Mereka juga tidak bertawakal [kepada Allah]. Mereka tidak mengerjakan sholat apabila dalam keadaan tidak bersama orang. Mereka pun tidak menunaikan zakat dari harta-harta mereka. Oleh sebab itulah Allah mengabarkan bahwasanya mereka itu memang bukan termasuk golongan orang-orang yang beriman.” <br />(lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [4/11]).<br />[sumber: http://muslim.or.id/aqidah/ciri-seorang-mukmin.html].<br /><br />Dan faktanya presiden Indonesia bukannya menampakkan pokok keimanan, malahan menampakkan hakikat kekufuran.<br /><br />Hal ini (iman atau kafirnya penguasa) wajib dituntaskan, karena menyangkut perkara kepemimpinan, dimana orang mukmin diharamkan mengangkat orang kafir sebagai Imam.<br /><br />Wallohu a'lamErizal bin Katabhttps://www.blogger.com/profile/07277638618220448717noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-75979872018496549202014-07-13T13:55:02.633+07:002014-07-13T13:55:02.633+07:00Asy-Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah pun menjelaskan ...Asy-Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah pun menjelaskan senada tentang QS. An-Nisaa' ayat 65:<br /><br />وهذا الإيمان المنفي هو أصل الإيمان بالله ورسوله (بالنسبة) إلى تحكيم الشريعة والرضا بها والإيمان بأنها الحكم بين الناس ، فلا بد من هذا ،<br />* فمن زعم أنه يجوز الحكم بغيرها ، أو قال إنه يجوز أن يتحاكم الناس إلى الآباء أو إلى الأجداد أو إلى القوانين الوضيعة التي وضعها الرجال - سواء كانت شرقية أو غربية - فمن زعم أن هذا يجوز فإن الإيمان منتف عنه ويكون بذلك كافرا كفرا أكبر. فمن رأى أن شرع الله لا يجب تحكيمه ولكن لو حكم كان أفضل ، أو رأى أن القانون أفضل ، أو رأى أن القانون يساوي حكم الله فهو مرتد عن الإسلام . وهي ثلاثة أنواع : <br />النوع الأول: أن يقول : إن الشرع أفضل ولكن لا مانع من تحكيم غير الشرع. <br />النوع الثاني: أن يقول : إن الشرع والقانون سواء ولا فرق . <br />النوع الثالث: أن يقول إن القانون أفضل وأولى من الشرع . وهذا أقبح الثلاثة ، وكلها كفر وردة عن الإسلام . <br />* أما الذي يرى أن الواجب تحكيم شرع الله ، وأنه لا يجوز تحكيم القوانين ولا غيرها مما يخالف شرع الله ولكنه قد يحكم بغير ما أنزل الله لهوى في نفسه ضد المحكوم عليه ، أو لرشوة ، أو لأمور سياسية ، أو ما أشبه ذلك من الأسباب وهو يعلم أنه ظالم ومخطئ ومخالف للشرع - فهذا يكون ناقص الإيمان ، وقد انتفى في حقه كمال الإيمان الواجب؛ وهو بذلك يكون كافرا كفرا أصغر وظالما ظلما أصغر وفاسقا فسقا أصغر ، كما صح معنى ذلك عن ابن عباس رضي الله عنهما ومجاهد وجماعة من السلف رحمهم الله ، وهو قول أهل السنة والجماعة خلافا للخوارج!! والمعتزلة! ومن سلك سبيلهم، والله المستعانAbu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-39008275839341429232014-07-13T13:45:18.519+07:002014-07-13T13:45:18.519+07:00Ahlul-Badr tidak mungkn berbuat kekufuran akbar ya...Ahlul-Badr tidak mungkn berbuat kekufuran akbar yang menyebabkan dirinya <b>murtad</b> keluar dari Islam. Kufur akbar itu tidak ditolerir pada siapapun. Adapun berbuat dosa besar, maka itu mungkin seperti yang dilakukan Haathib radliyallaahu 'anhu. Dan Haathib diampuni oleh Allah ta'ala.<br /><br />Dan, peristiwa pertengkaran tersebut terjadi setelah peristiwa Badr. Ini adalah sesuai dhahir riwayat yang saya bawakan. Kalau dikatakan itu terjadi sebelum peristiwa Badr, itu bertentangan dengan dhahir riwayat.<br /><br />Tidak perlu berpanjang-panjang kata. Saya kira, pemahaman dan pengamalan ulama Ahlus-Sunnah terhadap QS. An-Nisaa ayat 65 sudah jelas. Di atas sudah saya sebut perkataan Ibnu Taimiyyah, Ibnu Rajab, dan juga Ibnut-Tiin (yang disepakati oleh Ibnu Hajar). Perkataan Ibnu Taimiyyah dalam Minhajus-Sunnah itu secara tegas dan jelas membantah fikrah Khawaarij yang menggunakan QS. An-Nisaa' ayat 65 untuk mengkafirkan secara mutlak orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah (dengan berhukum dengan dirinya atau berhukum dengan yang lain/thaghut). Sesuatu yang jelas tidak perlu dijelaskan lagi.<br /><br />NB : Tentang konteks al-iimaanul-waajib yang dinukilkan di atas, saya kira perkataan Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Rajab sudah jelas ya.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-50335998665093100892014-07-13T11:23:48.771+07:002014-07-13T11:23:48.771+07:00Kalau Ahli Badr tersebut tidak kafir, maka itu ada...Kalau Ahli Badr tersebut tidak kafir, maka itu adalah karena belum turun ayat seperti dalam penjelasan Ibnu Hazm. Dan tidak diungkit-ungkit apakah dia berhukum kepada Thoghut atau tidak. Karena ahli badr itu hanya sekedar meninggalkan mengamalkan hukum. <br /><br />Darimana anda memastikan bahwa bermaksud berhukum kepada Thoghut dalam surat an-Nisa 60 tidak kafir hanya sekedar bermaksud berhukum? <br /><br />Kalau ayat 60 dan 65 bersambung, maka tidak ada alasan bagi anda untuk tidak mengkafirkan anshari tersebut karena alasan ahli badr.<br /><br />Kalau anda tidak mengkafirkan, maka anda berarti memalingkan makna "yuriiduuna an yatahaakamuu ila at=thoohut" pada ayat 60 dan memalingkan makna hakiki "laa yu'minuuna" pada ayat 65 tanpa dalil sama sekali dari ayat dan hadis. <br /><br />Kalau ayat 60 dan 65 terpisah, maka ini sangat bisa menjadi alasan tidak bisa dikafirkannya anshori tersebut.<br /><br />Sedangkan antum telah menyatakan bahwa ayat 60 dan 65 bersambung.<br /><br />Ini adalah kontradiksi yang nyata!!!<br /><br />Lalu bagaimana anda bisa memastikan bahwa kehilangan keimanan yang wajib dalam perkataan Ibnu Taimiyyah tersebut tidak kafir? <br />Bukankah kehilangan Iman yang wajib bisa kafir atau tidak. <br /><br />Adapun perkataan Ibnu Taimiyyah dalam Minhajus Sunnah :<br /><br />فمن لم يلتزم تحكيم الله ورسوله فيما شجر بينهم فقد أقسم الله بنفسه أنه لا يؤمن ، وأما من كان ملتزماً لحكم الله ورسوله باطناً وظاهراً ، لكن عصى واتبع هواه ، فهذا بمنزلة أمثاله من العصاة<br /><br />Sama sekali tidak dikatakan di sini:<br /><br />وأما من كان ملتزماً لحكم الله ورسوله باطناً وظاهراً ، لكن عصى واتبع هواه فتحاكم إلى الطاغوت<br /><br />Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-62077847309016334032014-07-13T10:58:46.462+07:002014-07-13T10:58:46.462+07:00Antum cermati perkataan Ibnu Taimiyyah:
و إن كانت...Antum cermati perkataan Ibnu Taimiyyah:<br /><br />و إن كانت القصة بعد بدر فإن القائل لهذه الكلمة يكون قد تاب و استقر و قد عفا له النبي صلى الله عليه و سلم عن حقه فغفر له و المضمون لأهل بدر إنما هو المغفرة : إما بأن يستغفروا إن كان الذنب مما لا يغفر إلا بالاستغفار أو لم يكن كذلك إما بدون أن يستغفروا<br /><br />Darimana anda memastikan ahli Badr tidak mungkin berbuat kekufuran?<br /><br />Yang pasti adalah Ahli Badr itu sudah pasti diampuni. Jadi Ahli Badr itu pasti taubat sesudah melakukan kekufuran.<br /><br />Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-86582834518567070612014-07-12T17:45:23.476+07:002014-07-12T17:45:23.476+07:00Ibnu Rajab Al-Hanbaliy ketika mensyarah hadits no....Ibnu Rajab Al-Hanbaliy ketika mensyarah hadits no. 41 dalam Jaami'ul-'Ulum wal-Hikam berkata:<br /><br />وأما معنى الحديث ، فهو أنَّ الإنسان لا يكون مؤمناً كامل الإيمان الواجب حتى تكون محبته تابعةً لما جاء به الرسول من الأوامر والنَّواهي وغيرها ، فيحبُّ ما أمر به ، ويكره ما نهى عنه .<br />وقد ورد القرآن بمثل هذا في غير موضع . قال تعالى : فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجاً مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيماً ( ) . <br />وقال تعالى : وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُولُهُ أَمْراً أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ( ) .<br />وذمَّ سبحانه من كره ما أحبَّه الله ، أو أحبَّ ما كرهه الله ، قال : ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ ( ) ، وقال تعالى : ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعُوا مَا أَسْخَطَ اللهَ وَكَرِهُوا رِضْوَانَهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ ( ) .<br />فالواجب على كلِّ مؤمن أنْ يُحِبَّ ما أحبَّه الله محبةً توجِبُ له الإتيان بما وجب عليه منه ، فإنْ زادت المحبَّةُ ، حتّى أتى بما ندب إليه منه ، كان ذلك فضلاً ، وأنْ يكره ما كرهه الله تعالى كراهةً توجِبُ له الكفَّ عمَّا حرَّم عليه منه ، فإنْ زادت الكراهةُ حتَّى أوجبت الكفَّ عما كرهه تنْزيهاً ، كان ذلك فضلاً . وقد ثبت في <br />" الصحيحين " ( ) عنه أنَّه قال : (( لا يؤمن أحدُكُم حتّى أكونَ أحبَّ إليه من نفسه وولده وأهله والنّاس أجمعين )) فلا يكون المؤمن مؤمناً حتى يُقدم محبة الرسول على محبة جميع الخلق ، ومحبة الرسول تابعة لمحبة مرسله .<br /><br />Intinya,.... ada perincian tentang kekafiran dalam hal ini.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-87784877931479276472014-07-12T17:45:13.086+07:002014-07-12T17:45:13.086+07:00Dari dhahir riwayat, tepatnya pada jalan riwayat l...Dari dhahir riwayat, tepatnya pada jalan riwayat lain pada Shahiih Al-Bukhaariy no. 2708:<br /><br />أَنَّ الزُّبَيْرَ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّهُ خَاصَمَ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا<br /><br />"Bahwasannya Az-Zubair menceritakan bahwa ia pernah bertengkar dengan seorang laki-laki dari Anshaar yang ikut serta dalam perang Badr..."<br /><br />Dhahir riwayat ini secara jelas menunjukkan kejadian pertengkaran tersebut setelah peristiwa Badr. Hal itu dikarenakan ketika disebutkan peristiwa lawan Az-Zubair dalam pertengkaran/perselisihannya tersebut, disebutkan dengan jelas ia adalah shahabat Anshaar yang hadir dalam perang Badr. Dan tidak mungkin shahabat Badr itu menjadi kafir setelah beriman.<br /><br />Tidak ada satu pun riwayat shahih yang menyatakan bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengkafirkannya atau memintanya bersyahadat ulang. Ibnut-Tiin rahimahullah dalam hal ini berkata :<br /><br />إن كان -يعني: هذا الأنصاري- بدريًّا فمعنى قوله تعالى: لاَ يُؤْمِنُونَ. لا يستكملون الإيمان، والله أعلم<br /><br />“Seandainya ia – yaitu orang Anshaar tersebut – adalah orang yang turut serta dalam peperangan Badr, maka makna firman-Nya ta’ala : ‘tidaklah mereka beriman’ adalah tidak sempurna keimanan mereka. Wallaahu a’lam” [Fathul-Baariy, 5/44].<br /><br />Bukan 'seandainya' lagi, tapi ia memang shahabat yang turut serta dalam perang Badr sebagai riwayat di atas.<br /><br />Tentang pemahaman Ibnu Taimiyyah terhadap QS. An-Nisaa' ayat 65, maka beliau telah menjelaskan pemahamannya sendiri, sehingga tidak perlu diwakili oleh pemahaman siapapun. Saya sudah bawakan di atas. Begitu juga penjelasan beliau yang lain:<br /><br />والمقصود هنا ان كل ما نفاه الله ورسوله من مسمى أسماء الأمور الواجبة كاسم الايمان والاسلام والدين والصلاة والصيام والطهارة والحج وغير ذلك فانما يكون لترك واجب من ذلك المسمى ومن هذا قوله تعالى فلا وربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ثم لا يجدوا فى أنفسهم حرجا مما قضيت ويسلموا تسليما فلما نفى الايمان حتى توجد هذه الغاية دل على أن هذه الغاية فرض على الناس فمن تركها كان من أهل الوعيد<br /><br />[Al-Iimaan Al-Kabiir, 7/37].<br /><br />وأما ما يقوله بعض الناس إن هذا نفى للكمال كقوله لا صلاة لجار المسجد إلا فى المسجد فيقال له نعم هو لنفى الكمال لكن لنفى كمال الواجبات أو لنفى كمال المستحبات فأما الأول فحق وأما الثانى فباطل لا يوجد مثل ذلك فى كلام الله عز و جل ولا فى كلام رسوله قط وليس بحق فإن الشىء إذا كملت واجباته فكيف يصح نفيه <br /> وأيضا فلو جاز لجاز نفى صلاة عامة الأولين والآخرين لأن كمال المستحبات من أندرالأمور <br /><br /> وعلى هذا فما جاء من نفى الأعمال فى الكتاب والسنة فإنما هو لإنتفاء بعض واجباته كقوله تعالى فلا وربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم ثم لا يجدوا فى أنفسهم حرجا مما قضيت ويسلموا تسليما<br /><br />[Al-Fataawaa, 22/530-531].<br /><br />Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-69237487772264974762014-07-12T12:50:41.175+07:002014-07-12T12:50:41.175+07:00Lalu darimana anda menyatakan secara pasti bahwa A...Lalu darimana anda menyatakan secara pasti bahwa Anshori tersebut tidak kafir. Bisa saja dia kafir karena bermaksud berhukum kepada thohut dan mencela Nabi, lalu dia bertaubat dari kekafirannya tersebut dan Nabi menerima taubatnya. Kalau tidak disebutkan di kisah tentang kafirnya dia atau tidak maka di kembalikan kepada keumuman an-Nisa ayat 60, yaitu kafirnya orang yang bermaksud berhukum kepada Thogut.<br /><br />Ibnu Taimiyyah berkata pada as-Shoorim al-Masluul:<br /><br />فنقول : ليس في الحديث أن هذه القصة كانت بعد بدر فلعلها كانت قبل بدر و سمي الرجل بدريا لأن عبد الله بن الزبير حدث بالقصة بعد أن صار الرجل بدريا<br />فعن عبد الله بن الزبير عن أبيه أن رجلا من الأنصار خاصم الزبير عند رسول الله صلى الله عليه و سلم في شراج الحرة التي يسقون بها النخل فقال الأنصاري : سرح الماء يمر فأبى عليه فاختصما عند رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم للزبير : [ اسق يا زبير ثم أرسل الماء إلى جارك ] فغضب الأنصاري ثم قال : يا رسول الله أن كان ابن عمتك فتلون وجه النبي صلى الله عليه و سلم ثم قال للزبير : [ اسق يا زبير ثم احبس الماء حتى يرجع إلى الجدار ] فقال الزبير : و الله لأني أحسب هذه الآية نزلت في ذلك { فلا و ربك لا يؤمنون حتى يحكموك فيما شجر بينهم } [ النساء : 65 ] متفق عليه<br />و في رواية البخاري من حديث عروة قال : فاستوعى رسول الله صلى الله عليه و سلم حينئذ حقه و كان رسول الله صلى الله عليه و سلم قبل ذلك قد أشار على الزبير برأي أراد فيه سعة له و للأنصاري فلما أحفظ الأنصاري رسول الله صلى الله عليه و سلم استوعى رسول الله عليه الصلاة و السلام للزبير حقه في صريح الحكم و هذا يقوي أن القصة نتقدمة قبل بدر لأن النبي عليه الصلاة و السلام قضي في سيل مهزور أن الأعلى يسقي ثم حتى يبلغ الماء إلى الكعبين فلو كانت قصة الزبير بعد هذا القضاء لكان قد علم وجه الحكم فيه و هذا القضاء ظاهر أنه متقدم من حين قدم النبي صلى الله عليه و سلم لأن الحاجة إلى الحكم فيه من حين قدم و لعل قصة الزبير أوجبت هذا القضاء<br />و أيضا فإن هؤلاء الآيات قد ذكر غير واحد أن أولها نزل لما أراد بعض المنافقين أن يحاكم يهوديا إلى ابن الأشرف و هذا إنما كان قبل بدر لأن ابن الأشرف ذهب عقب بدر إلى مكة فلما رجع قتل فلم يستقر بعد بدر بالمدينة استقرار يتحاكم إليه فيه و إن كانت القصة بعد بدر فإن القائل لهذه الكلمة يكون قد تاب و استقر و قد عفا له النبي صلى الله عليه و سلم عن حقه فغفر له و المضمون لأهل بدر إنما هو المغفرة : إما بأن يستغفروا إن كان الذنب مما لا يغفر إلا بالاستغفار أو لم يكن كذلك إما بدون أن يستغفروا...اهAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-28804625148890716812014-07-05T04:17:27.908+07:002014-07-05T04:17:27.908+07:00Saya kira tidak kontradiksi,... karena i'raadl...Saya kira tidak kontradiksi,... karena i'raadl dalam satu perkara hukum asasi yang wajib diketahui dan diamalkan seseorang ya kufur hukumnya.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-84293901543810463912014-07-05T04:10:22.288+07:002014-07-05T04:10:22.288+07:00Sependek pengetahuan saya, inti definisi kufur i&#...Sependek pengetahuan saya, inti definisi kufur i'raadl yang dikatakan Ibnul-Qayyim ya seperti itu. Ada juga perkataan beliau yang lain dalam kitab Miftaah Daaris-Sa'aadah. Namun intinya tetap sama. I'raadl secara bahasa ada banyak tersebar dalam nash. Namun saya kira di sini kita sedang membicarakan definisi atau cakupan i'raadl yang menyebabkan kekufuran. Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata hampir senada:<br /><br />والكفر أعم من التكذيب فكل من كذب الرسول كافر، وليس كل كافر مكذباً، بل من يعلم صدقه، ويقر به وهو مع ذلك يبغضه أو يعاديه كافر، أو من أعرض فلم يعتقد لا صدقه ولا كذبه كافر وليس بمكذبAbu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-461615461541459182014-07-05T03:58:02.947+07:002014-07-05T03:58:02.947+07:00Anda mengatakan:
"I'raadl yang menyebabk...Anda mengatakan:<br /><br />"I'raadl yang menyebabkan kekufuran (oleh karenanya disebut kufur i'raadl) adalah keadaan sebagaimana yang disebutkan Ibnul-Qayyim rahimahullah di atas."<br /><br />Sedangkan yang lalu anda mengatakan:<br /><br />" Kufur i'raadl pada satu hukum itu sama saja dua, tiga, sepuluh, seratus, dan seterusnya. Maksudnya, outputnya sama saja, yaitu kafir."<br /><br />Bukankah ini kontradiksi?Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-63749917139313418042014-07-05T03:47:42.657+07:002014-07-05T03:47:42.657+07:00Berarti anda benar-benar melakukan taqyiid mutlaq...Berarti anda benar-benar melakukan taqyiid mutlaq al-iradh bighoiri daliil! Berarti bid'ah dalam istidlaal.<br /><br />Apakah Ibnul-Qayyim rahimahullah mentaqyiid kufur i'radh hanya pada yang disebutkannya saja ditempat itu?Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-50832550292583399462014-07-05T03:42:41.469+07:002014-07-05T03:42:41.469+07:00I'raadl yang menyebabkan kekufuran (oleh karen...I'raadl yang menyebabkan kekufuran (oleh karenanya disebut kufur i'raadl) adalah keadaan sebagaimana yang disebutkan Ibnul-Qayyim rahimahullah di atas.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-3484799676918358272014-07-05T03:36:44.179+07:002014-07-05T03:36:44.179+07:00Berarti menurut anda i'radh dalam QS. An-Nisaa...Berarti menurut anda i'radh dalam QS. An-Nisaa' ayat 60-61 hanya i'radh dengan i'tiqad saja. Sedangkan dalam kamus-kamus arab i'radh itu bisa terjadi hanya dengan mendatangkan sesuatu perbuatan yang bisa dikatakan i'radh secara bahasa arab, yang berarti i'radh itu bisa dengan perbuatan anggota tubuh saja (Arkaa), atau perbuatan hati saja, dll. Bukankah ini berarti taqyiid mutlaq al-iradh bighoiri daliil?Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-29329424313759930892014-07-05T03:26:15.725+07:002014-07-05T03:26:15.725+07:00Kalau Anda cermat,... bahwa maksud saya menuliskan...Kalau Anda cermat,... bahwa maksud saya menuliskan di atas adalah bahwa para ulama mengklasifikasikan beberapa keadaan tidak berhukum dengan hukum Allah. Ada yang menyebabkan kekafiran, ada pula yang tidak menyebabkan kekafiran. Anda bisa kok buka-buka kitab tafsirnya. <br /><br />Maka, tentang perkataan saya :<br /><br /><i>"I'raadl tetap kufur meskipun nggak pakai istikbaar"</i><br /><br />itu ketika saya berbicara kekufuran (akbar) yang dimaksudkan dalam QS. An-Nisaa' ayat 60-61. <br /><br />Tentang QS. An-Nisaa' ayat 65, maka di situ para ulama menjelaskan perinciannya, terutama dengan adanya sababun-nuzuul shahabat Anshar tersebut. Oleh karena itu, Ibnu Taimiyyah rahimahullah sendiri merincinya, mana keadaan yang dapat menyebabkan kekafiran, dan mana pula yang tidak.<br /><br />OK ?Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-48501371359775947102014-07-05T03:16:24.218+07:002014-07-05T03:16:24.218+07:00Sekali lagi:
Adapun dalam sebab nuzul ayat 65, ti...Sekali lagi:<br /><br />Adapun dalam sebab nuzul ayat 65, tidak disinggung bahwa Anshori tersebut berhukum dengan hukum Thoghut atau berhukum kepada thoghut, sedangkan disitu dijelaskan bahwa dia hanya sekedar tidak berhukum yang berarti i'rodh 'an hukm.<br /><br />Tetapi kenapa anda berkata:<br /><br />"I'raadl tetap kufur meskipun nggak pakai istikbaar"<br /><br />Sedangkan anda dalam tulisan anda tidak mengkafirkannya dengan berkata:<br /><br />"Tidak ada satu pun riwayat shahih yang menyatakan bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengkafirkannya atau memintanya bersyahadat ulang."<br /><br />Bukankah ini kontradiktif?<br /><br />Sekali lagi, berarti anda anda menafsirkan<br /><br />مجرد الإعراض عن حكم الرسول<br /><br />dengan<br /><br />مجرد الإعراض عن جميع حكم الرسول?اه<br /><br />Sedangkan anda berkata:<br /><br />" Kufur i'raadl pada satu hukum itu sama saja dua, tiga, sepuluh, seratus, dan seterusnya. Maksudnya, outputnya sama saja, yaitu kafir."<br /><br />Bukankah ini kontradiksi? Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-25381989708047238352014-07-05T03:05:16.392+07:002014-07-05T03:05:16.392+07:00Anggaplah saya tidak paham.
I'raad 'anir...Anggaplah saya tidak paham. <br /><br />I'raad 'anir-Rasul itu ya i'raadl dari hukum yangbeliau bawa. Sudah konsekuensi. <br /><br />Kekufuran itu tidak dilihat dari nisbahnya. Kufur i'raadl pada satu hukum itu sama saja dua, tiga, sepuluh, seratus, dan seterusnya. Maksudnya, outputnya sama saja, yaitu kafir. <br /><br />Kufur pada satu ayat Al-Qur'an itu sama saja dengan kufur dengan keseluruhan ayat. Sama dalam konsekuensinya = kafir.<br /><br />Makanya, kekafiran itu dilihat pada jenisnya, bukan pada nisbahnya.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-8474326306576987612014-07-05T02:58:37.227+07:002014-07-05T02:58:37.227+07:00Tentang masalah shahabat Anshaar, justru itu sanga...Tentang masalah shahabat Anshaar, justru itu sangat jelas. Dengan sebab dia lah ayat tersebut turun. Isi dan hukum yang terkandung dalam ayat, <b>tentu</b> berkaitan dengan perbuatan shahabat Anshaar itu. Tidak dapat dilepaskan begitu saja. Intinya, <b>terdapat perincian</b>. Itu yang ingin disampaikan dalam artikel di atas.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-8170435358015988612014-07-05T02:53:30.507+07:002014-07-05T02:53:30.507+07:00Berarti anda tidak bisa membedakan antara
مجرد ال...Berarti anda tidak bisa membedakan antara<br /><br />مجرد الإعراض عن حكم الرسول وإرادة التحاكم إلى غيره<br /><br />dengan <br /><br /> الإعراض عن الرسول<br /><br />Dan anda menafsirkan <br /><br />مجرد الإعراض عن حكم الرسول<br /><br />dengan <br /><br />مجرد الإعراض عن جميع حكم الرسولAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-83293668112718176522014-07-05T02:52:57.128+07:002014-07-05T02:52:57.128+07:00Sama saja mas... I'raadl tetap kufur meskipun ...Sama saja mas... I'raadl tetap kufur meskipun nggak pakai istikbaar. Intinya adalah pemahaman keseluruhan ayat. Ia tidak hanya sekedar tidak berhukum dengan hukum Allah dan Rasul-Nya saja. Atau dengan kata lain : Beda hukumnya tidak berhukum dengan hukum Allah dengan i'raadl dan tanpa i'raadl. Apalagi ditambah istikbaar. Dan para ulama memandang konteks hukum ayat yang Anda bicarakan adalah meninggalkan hukum Allah disertai i'raadl dan istikbaar.<br /><br />Saya rasa, keterangan di atas sudah jelas kok.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.com