tag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post5650629814092364625..comments2024-03-24T04:17:07.334+07:00Comments on Abul-Jauzaa Blog - !! كن سلفياً على الجادة: Kisah Ath-Thabaraaniy, Ibnul-Muqri’, dan Abusy-Syaikh Beristighatsah kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallamUnknownnoreply@blogger.comBlogger17125tag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-37789590341142486072013-06-17T12:28:49.628+07:002013-06-17T12:28:49.628+07:00mata saya malah tertuju ke :
IDAHRAM
IDrus AHmad ...mata saya malah tertuju ke :<br /><br />IDAHRAM<br />IDrus AHmad RAMli<br /><br />kalo memang bener,<br />pantes lah<br /><br />mesti diwaspadai nih orang<br />dan sedulur-sedulur NU mesti menangisi NU nya yang sudah di obok-obok oknum-oknum misterius @_@Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-53257507138457061072013-06-12T09:36:15.986+07:002013-06-12T09:36:15.986+07:00Anggaplah kisah ini shahih. Apakah perbuatan 3 ula...Anggaplah kisah ini shahih. Apakah perbuatan 3 ulama ini menjadi hujjah ? Tanpa dilandasi dalil syar'i !!!<br /><br />Jelas terlihat bahwa alasan yang dipakai yang terhormat Al-Ustadz Muhammad Idrus Ramli hanya untuk melegalkan perbuatan syirik (beristighatsah melalui perantara ahli kubur). Tidak ada perintah Allah, tidak ada Sunah Nabi, tidak ada perbuatan Sahabat seperti itu, maka cerita basi juga jadi buat dalil.<br /><br />Begitulah sikap Quburiyyun amalnya berkaitan erat sekitar kuburan dan ahli kubur, seperti berikut :<br />1. Kenduri (Walimah kematian) untuk ahli kubur<br />2. Ulang tahun kematian (haul) ahli kubur<br />3. Istighatsah melalui perantara ahli kubur<br />4. Tawasul melalui perantara ahli kubur<br />5. Mau menghadapi ujian berdoa kepada ahli kubur<br />6. Meninggikan kuburan padahal dilarang Nabi<br />7. Mencari berkah di kuburan<br />8. Bangun mesjid di kuburan<br />9. Tilawah qur'an di kuburan<br />10. Wisata ziarah ke kuburan<br />11. Dan masih banyak lainnya<br />Dengan amalan seperti ini mereka masih mengaku bagian dari Ahlus Sunah, benarkah demikian ?<br /><br />Abu RidhoAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-84416007723657373512013-06-11T04:06:11.656+07:002013-06-11T04:06:11.656+07:00Pertanyaan yg muncul semakin kesini, semakin tidak...Pertanyaan yg muncul semakin kesini, semakin tidak berbobot.<br /><br />Jika kisah yang dibawakan Adz-Dzahabiy saja sudah gag jelas asal usulnya, bagaimana bisa Anda menjadikannya hujjah.<br /><br />Pencantuman Adz Dzahabiy akan kisah tsb tidak mengindikasikan akan bolehnya atau setidaknya menyetujui perbuatan Imam Thabraniy. Ditambah lagi riwayat tsb dibawakan dengan shigat tamridl...<br /><br />Cukup jelas jika memang dipahami dengan benar pembahasan awal Musthalah.<br /><br />Wallahu a'lamAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-39333869537018631742013-06-10T19:28:28.726+07:002013-06-10T19:28:28.726+07:00Jadi intinya kenapa kita harus berdalil dengan ats...Jadi intinya kenapa kita harus berdalil dengan atsar ulama yang dhaif ataupun imam adzahabi yang tidak mengomentari atsar tersebut tentang kesesatannya padahal jelas jelas perbuatan ulama itu bertentangan dengan alquran dan assunnah serta pemahaman sahabat. Kecuali orang orang yang memaksakan ingin memaksakan pendapatnya yang bertentangan dengan dalil. Seperti itu yang saya pahami. Barakakahufik.<br />Rudi Hartanto.Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-19765799071487365922013-06-05T23:02:17.123+07:002013-06-05T23:02:17.123+07:00Ya, terima kasih infonya. Telah saya tanggapi seca...Ya, terima kasih infonya. Telah saya tanggapi secara ringkas di kolom komentar artikel : <a href="http://abul-jauzaa.blogspot.com/2012/11/atsar-ibnu-umar-radliyallaahu-anhu.html" rel="nofollow">Atsar Ibnu 'Umar radliyallaahu 'anhumaa</a>.<br /><br />Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-59470584514714657112013-06-05T19:52:06.346+07:002013-06-05T19:52:06.346+07:00Ustadz, ada tanggapan 'ilmiyah' jilid 2 te...Ustadz, ada tanggapan 'ilmiyah' jilid 2 tentang sand atsar di artikel ini di FB Ustadz Idrus Ramli (IDrus 'AHmad' RAMli, IDAHRAM) di sini:<br /><br />https://www.facebook.com/photo.php?fbid=166302280211686&set=a.122857684556146.24725.117807148394533&type=1&relevant_count=1<br /><br />Sekaligus ada sedikit syubhat di kolom komentarnya sebagai berikut:<br /><br />"Abul Jawza hanya mengulang2 syubhat Abdurrahman Dimasyqiyyah... Dan jauh2 hari sudah dijawab oleh Syaikh Salim 'Alwan... Tadlis yg salah kaprah..."<br /><br />Mudah-mudahan kalau Ustadz Abul Jauza ada waktu bisa dikasih sedikit tanggapan balik. Barakallahu fiikum...<br /><br />AYAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-42653029529509694532013-06-03T13:14:57.612+07:002013-06-03T13:14:57.612+07:00Lha.... coba deh, itu ditanyakan kepada ustadz And...Lha.... coba deh, itu ditanyakan kepada ustadz Anda. Itu masuk di dalam awal-awal bahasan kitab mushthalah yang membahas hadits mu'allaq.<br /><br />Saya kasih clue-nya ya : Ibnu Hajar rahimahullah menulis kitab Taghliiqut-Ta'liiq atas beberapa riwayat mu'allaq dalam Shahih Al-Bukhaariy.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-20577080478216087492013-06-03T13:08:15.961+07:002013-06-03T13:08:15.961+07:00bukankah Bukhori dlm shahihnya jg terkadang menuli...bukankah Bukhori dlm shahihnya jg terkadang menuliskan hadits secara mu'allaq. kenapa mu'allaqnya bukhori kita terima sementara yg ini tdk?Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-54621524969422615242013-06-03T13:01:45.145+07:002013-06-03T13:01:45.145+07:00Saya kira tidak ada tambahan dari saya. Saya hanya...Saya kira tidak ada tambahan dari saya. Saya hanya sedikit berkomentar di nomor 1 saja : "Justru itu itu sanad perantaranya kosong mlompong", alias mu'allaq. Hanya ada perawi di awal dan di akhir saja. Bagaimana bisa dinilai sanadnya lha wong gak ada ?. Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-53254111959721785212013-06-03T12:52:26.455+07:002013-06-03T12:52:26.455+07:00Pertama, kisah itu gak ada sanadnya. Jadi, bagaima...Pertama, kisah itu gak ada sanadnya. Jadi, bagaimana bisa dikatakan tasahul dalam penilaian sanad ?. Itu hanyalah penukilan saja.<br />(saya hanya ngikutin apa yg anda katakan.(Mari kita cermati bersama,…… ternyata riwayat di atas terputus sanadnya beberapa generasi.)<br />Kedua, para ulama ketika menjelaskan boleh menggunakan riwayat-riwayat dla'if dalam sirah dan maghaziy itu adalah yang tidak ada kaitannya dengan masalah hukum dan 'aqiidah, dan ia mempunyai pokok dalam riwayat shahih. Misalnya riwayat-riwayat dla'iif tentang jumlah pasukan, warna baju, pembangunan suatu negeri, pertanian, dan yang semisalnya. Nah, riwayat di atas itu terkait dengan ibadah yang notabene bersangkut-paut dengan masalah hukum dan 'aqiidah. Jelas saja tidak bisa digunakan.<br />(saya cuman ingin mencari kejelasan dari anda,ttg tujuan imam dzahabi menuliskannya, tanpa mengomentarinya, padahal ini bisa berimplikasi terhadap akidah)<br />Keempat, Adz-Dzahabiy tidak mempersyaratkan bahwa riwayat dalam As-Siyar itu shahih semua, karena ia hanya mengambil beberapa riwayat yang terkait dengan biografi yang sedang ia kisahkan. Ini sebenarnya sudah cukup menjawab pertanyaan Anda. Sighah tamridl itu sendiri merupakan komentar eksplisit dari Adz-Dzahabiy akan riwayat yang dibawakan, yaitu riwayat tersebut tidak shahih (tapi anehnya kok Anda bertanya : bisa jadi Imam Dzahabi menyetujui perbuatan Imam Thabraniy tersebut atau Imam Dzahabi tdk tau kualitas perkataan yg disampaikannya?).<br /><br />Keenam, kalau Anda paham, niscaya Anda tidak akan berapologi seperti itu.(Anda tentu paham kebiasaan imam Dzahabi yang ga kenal kompromi dlm kesesatan, lihat ketika beliau mengkritik org2 jahmiyah, syi'ah rafidhoh dsb..tapi kenapa beliau malah menukilnya dlm kitab ini meskipun ditandai dg sighot tamridh tanpa menunjukkan kesesatannya?.Klo hanya utk alasan penulisan biografi saya rasa tdk perlu menyodorkan riwayat itu, lbh lagi kalo beliau berpendapat bahwa itu musyrik dan tau bahayanya pasti beliau akan melalukan saddu dzaro'iyAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-30606002956682442852013-06-03T11:58:11.044+07:002013-06-03T11:58:11.044+07:00Basic argumen Anda ini aneh. Anda tahu bahwa riway...Basic argumen Anda ini aneh. Anda tahu bahwa riwayat itu lemah, tapi menggunakan alasan lain untuk mengambilnya.<br /><br />Bung, harap Anda perhatikan bahwa tasahul dalam sanad dalam masalah sirah dan maghaaziy itu tidak seperti yang Anda bayangkan. <br /><br /><b>Pertama</b>, kisah itu gak ada sanadnya. Jadi, bagaimana bisa dikatakan tasahul dalam penilaian sanad ?. Itu hanyalah penukilan saja.<br /><br /><b>Kedua</b>, para ulama ketika menjelaskan boleh menggunakan riwayat-riwayat dla'if dalam sirah dan maghaziy itu adalah yang tidak ada kaitannya dengan masalah hukum dan 'aqiidah, dan ia mempunyai pokok dalam riwayat shahih. Misalnya riwayat-riwayat dla'iif tentang jumlah pasukan, warna baju, pembangunan suatu negeri, pertanian, dan yang semisalnya. Nah, riwayat di atas itu terkait dengan ibadah yang notabene bersangkut-paut dengan masalah hukum dan 'aqiidah. Jelas saja tidak bisa digunakan.<br /><br /><b>Ketiga</b>, riwayat sejarah itu seringkali tidak bisa dipisahkan dengan 'aqaaid ('aqidah) dan ahkaam, karena dalam kisah sejarah/sirah dan peperangan, mengandung masalah hukum dan 'aqidah. Oleh karena itu, mengambil perkataan ulama yang membolehkan mengambil hadits dla'if dalam masalah sejarah dan peperangan dalam hal ini adalah perbuatan terlalu menggampangkan, pengambilan perkataan yang tidak pada tempatnya, dan tidak memahami duduk permasalahan yang ada.<br /><br /><b>Keempat</b>, Adz-Dzahabiy tidak mempersyaratkan bahwa riwayat dalam As-Siyar itu shahih semua, karena ia hanya mengambil beberapa riwayat yang terkait dengan biografi yang sedang ia kisahkan. Ini sebenarnya sudah cukup menjawab pertanyaan Anda. Sighah tamridl itu sendiri merupakan komentar eksplisit dari Adz-Dzahabiy akan riwayat yang dibawakan, yaitu riwayat tersebut tidak shahih (tapi anehnya kok Anda bertanya : <i>bisa jadi Imam Dzahabi menyetujui perbuatan Imam Thabraniy tersebut atau Imam Dzahabi tdk tau kualitas perkataan yg disampaikannya?</i>).<br /><br /><b>Keenam</b>, kalau Anda paham, niscaya Anda tidak akan berapologi seperti itu.<br /><br /><b>Ketujuh</b>, seandainya Anda mau berhujjah dalam masalah 'aqiidah dan hukum, maka carilah riwayat-riwayat yang dapat dijadikan sandaran. Jangan suka berdalih bahwa ulama A atau B membawakannya atau menyetujuinya. Ini adalah budaya apologi destruktif yang menimpa kaum 'ASWAJA'. Budaya ketaqildan, kejumudan, dan mencari-cari alasan yang sangat akut.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-46239952805942266802013-06-03T11:35:59.111+07:002013-06-03T11:35:59.111+07:00Saya tau disana ditulis dg sighot tamrid, dan riwa...Saya tau disana ditulis dg sighot tamrid, dan riwayat itu terindikasi sbg riwayat lemah. hanya saja sdh bukan menjadi rahasia umum dikalangan muhadditsin jika dalam hal sejarah diperbolehkan tasahhul dalam sanad..dan pertanyaan saya belum anda jawab. Apa urgensinya Imam Dzahabi menulis riwayat itu tanpa komentar?.(bisa jadi Imam Dzahabi menyetujui perbuatan Imam Thabraniy tersebut atau Imam Dzahabi tdk tau kualitas perkataan yg disampaikannya?) . Bukankah klo hanya ingin menceritakan biografi seseorang, masih banyak kisah2 yang lain yang tdk menimbukan isykal dihati pembacanya?Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-28937954668487366242013-06-02T16:30:23.238+07:002013-06-02T16:30:23.238+07:00saya hanya bisa menggaruk kepala ketika membaca tu...saya hanya bisa menggaruk kepala ketika membaca tulisan si Idrus Ramli, pasalnya ketika dihayati, hati saya hanya bisa berkata, ada apa dengan si Idrus , masak ia seorang ustad membawa dendam dalam tulisan, menghujat dan menghina Ibnu taimiyah dan ulama ulama yang bukan ulamanya, apakah jadi kalau seluruh ulama ulama NU di hina, seperti mereka menghina ulama ulama kami, tentu mereka akan menyatakan perang, padahal mereka menyimpan potensi kebencian kepada wahabi sejak lahirnya ormas Muhammadiyah, di mana mana , bahkan ketika mereka keluar dari masumi, selalu mendengungkan anti wahabi, hingga ketika Amin Rais sebagai calon presiden, saya kira kebencian mereka berlatar belakang ploitik, terlebih kalau baca majalah Tebuireng, Umat Islam di Indonesia harus punya satu aqidah menurut konsep Aswaja (Asyairoh Wal Jahmiyah) al Indonesi. Itulah perjuangan mereka, jelas motif politik bukan maslah agamaH. Zulkarnain El-Maduryhttps://www.blogger.com/profile/16529972560273895778noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-35693412225010424542013-05-30T15:42:12.785+07:002013-05-30T15:42:12.785+07:00Kitab As-Siyar itu adalah kitab yang berisi biogra...Kitab As-Siyar itu adalah kitab yang berisi biografi para ulama, mulai dari thabaqah shahabat, tabi'iin, hingga terus ke era belakang. Adz-Dzahabiy menyusun buku itu dengan mengumpulkan riwayat yang terkait dengan orang yang sedang ia jelaskan. Adz-Dzahabiy memang tidak terlalu berkomentar banyak dari sisi 'aqidah atau beberapa hukum dalam kitab tersebut. Dan ingat, di situ Adz-Dzahabiy telah menggunakan sighah tamridl yang mengindikasikan lemahnya riwayat.<br /><br />Atau begini saja, menurut Anda, kisah Ath-Thabaraaniy dkk. rahimahumullah itu shahih atau dla'if ?. Kalau shahih, apa alasannya ?.<br /><br />Dan ingat bung, dalam madzhab Syaafi'iyyah, hadits dla'if itu tidak boleh digunakan untuk membangun 'aqidah dan hukum, dan ia hanya boleh digunakan dalam masalah fadlaail dan targhib-tarhib saja. Nah,... Hadits Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam yang disifati ma'shum - namun kualitasnya lemah (dla'iif) - saja tidak boleh digunakan untuk masalah 'aqidah dan ahkam, apalagi riwayat selain beliau yang tidak disifati ma'shum ?. <br /><br />Bukankah Ustadz Muhammad Idrus Ramli itu hendak berhujjah dengan kisah Ath-Thabaraaniy dkk. rahimahumullah untuk masalah 'aqidah dan ahkam ?. Menurut Anda, bolehkah metode seperti ini ?.Abu Al-Jauzaa' :https://www.blogger.com/profile/01463031649165087443noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-7985066469111032612013-05-30T15:06:42.152+07:002013-05-30T15:06:42.152+07:00terus apa urgensinya Imam Dzahabi menulisnya dalam...terus apa urgensinya Imam Dzahabi menulisnya dalam siyar 'alam..dan membiarkan redaksi tersebut tanpa komentar lagi? bukankah jika menurut pandangan beliau bahwa hal itu syirik, maka beliau tdk akan mencantumkannya atau mencantumkannya namun disertai komentar..kesimpulan saya yg bodoh. Imam dzahabi menganggap bahwa apa yg dilakukan oleh Imam Thabraniy bukanlah hal yg mamnu'. Kecuali antum bisa menjelaskan apa maksud dari Azddzahabi meriwayatkan hal itu...salamAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-82468934174480875562013-05-28T12:30:58.837+07:002013-05-28T12:30:58.837+07:00sebenarnya kelompok mana yang pertama kali menguba...sebenarnya kelompok mana yang pertama kali mengubah pemahaman tawassul sehingga mirip seperti praktek syiah ini.<br /><br />Maksud saya, syiah kan juga hobi tawassul ke imam di kuburan mereka. Apa syiah justru ketularan pemahaman seperti ini atau sebaliknya?Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8372105893582766617.post-50226666227779089792013-05-28T11:01:01.615+07:002013-05-28T11:01:01.615+07:00Bismillah,
melihat tulisan Idrus Ramli, dapat kit...Bismillah,<br /><br />melihat tulisan Idrus Ramli, dapat kita duga beliau tergolong orang yang "gampangan" dalam berdalil termasuk menggunakan "sedalil-dalilnya" alias pokoknya dalil.<br />Ust Agus Hasan Bashory juga pernah menjelaskan pada Idrus Ramli bahwa tawassul beda dengan istighotsah, setelah acara diskusi/debat dengan Idrus Ramli. namun rupanya dia belum paham juga sehingga mengulangi kesalahan dengan masih menganggap bahwa tawassul itu sama dengan istighotsah.<br /><br />jazakallahu khoiron untuk ustadz Abul Jauzaa, semoga jerih payah antum mendapat pahala yang mengalir terus kepada antum dari Allah Ta'ala.<br /><br />Abu NidaAnonymousnoreply@blogger.com